Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terbaru di Dunia hayuning April 29, 2020

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terbaru di Dunia

Sumber: freepik.com (@freepik)

Selama seminggu tim penulis telah mengkurasi dan merangkum kumpulan berita Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dari penjuru Dunia hingga 28 April 2020. Kami berharap rangkuman berita ini memberikan insight kepada pembaca, dan berkontribusi terhadap tersebarnya informasi yang baik dan benar. Sumber berita diambil dari sumber yang terpercaya.

1. Paleontolog (ahli sejarah kehidupan di Bumi) menjelaskan bahwa Gurun Sahara adalah tempat paling berbahaya dalam sejarah Bumi.

Hal ini disimpulkan setelah tim peneliti internasional menemukan serangkaian fosil di Tenggara negara Morocco. Termasuk diantaranya fosil predator terbesar yang pernah ditemukan, salah satunya dinamai Carcharodontosaurus, dinosaurus serupa harimau dengan badan sepanjang 8 meter, dan gigi taring sepanjang 20 sentimeter. Nizar Ibrahim, Ph.D., selaku akademisi senior di University of Detroit Mercy dan peneliti tamu University of Portsmouth, mengatakan bahwa 100 juta tahun lalu tempat ini adalah yang paling berbahaya di muka Bumi. “Manusia tidak akan bertahan lama dalam iklim sejenis ini,” jelasnya. Sebab selain ditemukan fosil predator tersebut, juga terdapat jenis fosil lain, salah satunya adalah reptil karnivora yang bersayap, serta buaya purba yang berukuran besar.

Sumber: University of Portsmouth. (2020, April 24). Palaeontologists reveal ‘the most dangerous place in the history of planet Earth’. ScienceDaily. Retrieved April 27, 2020 from www.sciencedaily.com/releases/2020/04/200424132617.htm

2. Peneliti dari Universitas Ludwigs-Maximilians Universitaet (LMU), Munich, Jerman, menjelaskan mengapa social distancing sulit dilakukan.

Prof. Dr. Ophelia Deroy, peneliti dan pengajar neurosciences di LMU mengatakan bahwa kebijakan untuk social distancing memiliki kesulitan tersendiri. Pasalnya, insting utama ketika manusia dihadapkan dengan masalah adalah berkumpul bersama. Social distancing menolak munculnya impuls ini. “Menghadapi (atau beradaptasi) dengan kontradiksi ini merupakan suatu tantangan tersendiri,” tukas Ophelia. Ophelia dan tim menekankan bahwa secara insting manusia cenderung berkerumun bersama ketika dihadapkan dalam situasi yang mengancam. Situasi yang mengancam justru membuat manusia lebih kooperatif, dan lebih suportif dibanding kondisi biasanya.

Sumber: Guillaume Dezecache, Chris D. Frith, Ophelia Deroy. Pandemics and the great evolutionary mismatch. Current Biology, 2020; DOI: 10.1016/j.cub.2020.04.010

3. Peneliti University of Melbourne berkata bahwa kita kehabisan waktu untuk menyelamatkan lingkungan dan diri sendiri.

Dengan basis Big Data, Dr. Rebecca Runting dari Departemen Geografi University of Melbourne dan tim, mengatakan bahwa pengembangan teknologi tidak akan mampu menolong kita. Teknologi akan mampu menolong jika teknologi menuntun manusia pada tindakan yang nyata. “Big data membuat kita memahami bahwa lingkungan alam sekarang dalam kondisi yang lebih buruk dibanding yang kita kira,’ tukas James Watson, Ph.D., seorang akademisi di Departemen Ilmu Lingkungan University of Queensland. Ia pun menjelaskan bahwa hal ini didasari pada pemetaan lingkungan yang sudah dilakukan, dan melihat kondisi-kondisi yang ada di lapangan. “Es di antartika, hutan, sedang dalam kondisi yang gawat. Big data menunjukkan bahwa waktu kita terbatas,” jelasnya.

Sumber: Rebecca K. Runting, Stuart Phinn, Zunyi Xie, Oscar Venter, James E. M. Watson. Opportunities for big data in conservation and sustainability. Nature Communications, 2020; 11 (1) DOI: 10.1038/s41467-020-15870-0

4. Kombinasi bahan mampu hasilkan masker kain yang efektif

Kita sedang berada di tengah-tengah pandemi Covid-19, sebuah virus yang mampu tersebar dengan sangat cepat melalui udara dan melalui cairan yang keluar dari saluran pernapasan / mulut penderita. Dengan segera, muncul banyak sekali himbauan untuk memakai masker supaya terhindar dari penyebaran tersebut. Namun, keterbatasan masker membuat masyarakat mulai melihat opsi masker kain untuk digunakan sehari-hari. Peneliti dari America Chemical Society menemukan bahwa masker kain (dengan campuran bahan yang tepat) mampu menangkal Covid-19 dengan efektif. Kombinasi kapas dengan sutera alam atau sifon dapat menyaring partikel di udara dengan efektif.

Sumber: American Chemical Society. (2020, April 24). The best material for homemade face masks may be a combination of two fabrics. ScienceDaily. Retrieved April 27, 2020 from www.sciencedaily.com/releases/2020/04/200424081648.htm

Berikut kumpulan berita-berita untuk minggu ini, kiranya dapat memberi insight untuk para pembaca yang sedang #DiRumahAja. Stay safe! Jangan lupa menjaga kesehatan ya! (sml)