Tanggapan Psikolog Soal Ramadan di Tengah Wabah Covid-19, Tantangan Baru: Kita Ambil Sisi Positifnya hayuning April 23, 2020

Tanggapan Psikolog Soal Ramadan di Tengah Wabah Covid-19, Tantangan Baru: Kita Ambil Sisi Positifnya

SURABAYA – Ramadan 1441 H tinggal menghitung hari.
Namun, kebahagiaan umat Islam menyambut bulan Ramadan bakalan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Pasalnya, wabah Corona (Covid-19) membuat sejumlah aktivitas yang melibatkan banyak orang di bulan Ramadan harus ditiadakan.
Jika kondisi wabah Corona masih berlanjut, ibadah di masjid seperti salat jamaah tarawih, ramainya penjual takjil, ngabuburit hingga buka bersama mungkin akan hilang pada Ramadan tahun ini.
Bahkan imbauan untuk tidak pulang ke kampung halaman atau mudik telah disosialisasikan.
Kondisi demikian memang memilukan bagi umat muslim, khususnya.
Sebab, umat muslim biasanya menyambut dan menjalani bulan puasa Ramadan dengan meriah dan menjalankan tarawih berjamaah di masjid.
Gegara wabah Corona, masyarakat diimbau untuk tetap menerapkan physical distancing atau jaga jarak dan beraktivitas di rumah lebih lama.
‘Dengan kondisi ini, itu semua (aktivitas di keramaian dan salat tarawih di masjid) seakan-akan hilang. Itulah yang bisa membuat orang stres lagi. Kita butuh penyesuaian diri lagi,’ kata Dosen dan Psikolog Fakultas Psikologi UBAYA Taufik Akbar Rizqi Yunanto, S.Psi., M.Psi.,
Imbuhnya, ‘Kita akan menghadapi tantangan lagi di bulan Ramadan, bagaimana menyesuaikan kondisi bahwa ramadan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Itu yang harus dilakukan terlebih dulu.’
Lantas, bagaimana menyikapi perubahan suasana Ramadan yang tak seperti tahun-tahun sebelumnya?
Selama masa physical distancing atau work from home kemarin, sudah banyak anjuran atau strategi yang disosialisasikan untuk membuat masyarakat betah atau menikmati aktivitas selama di rumah sehingga bisa menghindari atau menurunkan stres yang terjadi.
Taufik Akbar mengatakan, masyarakat khususnya umat muslim harus terbiasa menjalani Ramadan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Ada banyak aktivitas positif yang bisa dilakukan seperti melakukan hobi ide-ide masakan yang mungkin selama ini tidak dilakukan saat sibuk bekerja di luar rumah.
Misalnya, beraktivitas dengan melibatkan keluarga, memperbanyak aktivitas religius, meditasi maupun memasak.
Taufik berharap masyarakat bisa mengambil sisi positif dari karantina mandiri di rumah.
‘Kita perlu ambil sisi positifnya. Banyak berbagai macam aktivitas positif, olahraga, masak, menjalankan hobi yang mungkin selama ini tidak dilakukan karena tidak sempat dan lebih dekat dengan keluarga. Itu yang sisi positif yang harus disyukuri,’ kata dia.
Sumber: TRIBUNJATIM.COM