Update Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Dunia hayuning April 8, 2020

Update Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Dunia

Ilustrasi gambar: pixabay.com

Selama seminggu tim penulis telah mengkurasi dan merangkum kumpulan berita Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dari penjuru Dunia. Kami berharap rangkuman berita ini memberikan insight kepada pembaca, dan berkontribusi terhadap tersebarnya informasi yang baik dan benar (khususnya tentang Covid-19). Sumber berita diambil dari sumber yang terpercaya, berikut rangkuman beritanya:

1. Tim peneliti dari University of Gouml;ttingen, Jerman, mengatakan bahwa secara rata-rata hanya 6% kasus Covid-19 yang terdeteksi di seluruh dunia.

Peneliti dari Universitas Gouml;ttingen berargumentasi bahwa kecilnya persentase deteksi kasus Covid-19 ini dikarenakan kurangnya alat deteksi atau pemberian yang terlambat. Prof. Dr. Sebastian Vollmer, seorang ahli di bidang Ekonomi Perkembangan University of Gouml;ttingen, mengatakan bahwa “Pemerintah dan pembuat kebijakan harus berhati-hati dalam menerjemahkan angka kasus di negaranya dalam penanganan lanjut Covid-19.”

Sumber: University of Gouml;ttingen. (2020, April 6). COVID-19: On average only 6% of actual SARS-CoV-2 infections detected worldwide: Actual number of infections may already have reached several tens of millions. ScienceDaily. Retrieved April 6, 2020 from www.sciencedaily.com/releases/2020/04/200406125507.htm

2. Ahli statistik dari Lancaster University yang bekerja dalam tim penanganan Covid-19 mengatakan bahwa beberapa perawatan klinis membuahkan hasil positif dalam menghadapi Covid-19.

Prof. Thomas Jaki, pakar Biostatistika dari Departemen Matematika dan Statistik Lancaster University, Inggris, mengatakan bahwa trial penggunaan obat-obatan kasus HIV terhadap kasus Covid-19 dapat meringankan simptom yang dimiliki korban. Ia dan 64 peneliti lain bekerjasama untuk melakukan studi ini dan dihasilkan sebuah artikel dengan judul: “A Trial of Lopinavirndash;Ritonavir in Adults Hospitalized with Severe Covid-19”, yang diterbitkan pada New England Journal of Medicine. Penemuan studi ini akan digunakan untuk proyek trial RECOVERY (Randomised Evaluation of COVid-19 thERapY) yang akan dilaksanakan mendatang.

Sumber: https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa2001282

3. Ada kemungkinan hubungan polusi udara dengan angka mortalitas Covid-19 yang tinggi di Itali

Dario Caro, Ph.D., seorang peneliti dari Departemen Ilmu Lingkungan Aarhus University, Denmark, mengatakan bahwa ada kemungkinan hubungan antara polusi dengan angka mortalitas. Ia beserta 2 orang peneliti lain melihat kasus ini dari negara Italia, dimana Italia bagian Utara (daerah Lombardy and Emilia Romagna) memiliki angka mortalitas mencapai 12% dengan rerata 4,5% di seluruh Italia. Populasi Italia bagian Utara memang hidup di daerah dengan polusi udara yang lebih tinggi. Sehingga muncul kemungkinan lemahnya kondisi tubuh pasien Covid-19 yang sudah bertahun-tahun terkena paparan polusi udara tersebut.

Sumber: Edoardo Conticini, Bruno Frediani, Dario Caro. Can atmospheric pollution be considered a co-factor in extremely high level of SARS-CoV-2 lethality in Northern Italy? Environmental Pollution, 2020; 114465 DOI: 10.1016/j.envpol.2020.114465

4. Dampak ditutupnya sekolah terhadap perkembangan Covid-19

Eli P. Fenichel, Ph.D., seorang peneliti dari Yale University mengkaji dampak ditutupnya sekolah terhadap perkembangan Covid-19. Dari hasil studinya, ia mengatakan bahwa ketika sekolah ditutup akan mengurangi potensi seorang anak terpapar Covid-19. “Hal ini penting supaya tidak membebani sistem kesehatan di negara masing-masing,” jelasnya. Namun hal ini akan berdampak pada pekerja kesehatan yang berstatus single-parent dan memiliki anak tunggal. Bila anak tersebut masih berada pada usia di bawah remaja, tentunya akan memengaruhi kondisi orang tua yang harus bekerja melawan Covid-19 namun juga harus memperhatikan anak di rumah.

Sumber: Jude Bayham, Eli P Fenichel. Impact of school closures for COVID-19 on the US health-care workforce and net mortality: a modelling study. The Lancet Public Health, 2020; DOI: 10.1016/S2468-2667(20)30082-7

5. Pandemi Covid-19 dapat meningkatkan resiko obesitas pada anak.

Andrew Rundle, DrPH, seorang associate professor mengenai epidemologi dari Columbia University Mailman School of Public Health, mengungkapkan data bahwa rata-rata anak di Amerika mengalami kenaikan berat badan yang signifikan ketika masa-masa liburan di luar sekolah. Kini, masa-masa ditutupnya sekolah menghadapi Pandemi Covid-19 meningkatkan resiko tersebut. “Obesitas pada anak, bahkan pada usia yang muda, dapat berakibat pada tingginya berat badan yang akan dibawa pada perkembangan selanjutnya (middle age),” jelasnya.

Sumber: Andrew G. Rundle, Yoosun Park, Julie B. Herbstman, Eliza W. Kinsey, Y. Claire Wang. COVID-19 Related School Closings and Risk of Weight Gain Among Children. Obesity, 2020; DOI: 10.1002/oby.22813

Berikut kumpulan berita-berita untuk minggu ini, kiranya dapat memberi insight untuk para pembaca yang sedang #DiRumahAja. Stay safe! Indonesia sehat, Indonesia bisa. Jangan lupa jaga kesehatan ya di rumah. Kalaupun harus keluar, jangan lupa social dan physical distancing ya! (sml)