Warga RW 1 Tenggilis Mejoyo Surabaya Rintis UMKM hingga Menangkan Penghargaan Paramakarya Presiden hayuning February 6, 2020

Warga RW 1 Tenggilis Mejoyo Surabaya Rintis UMKM hingga Menangkan Penghargaan Paramakarya Presiden

SURABAYA – Membuat sambal awalnya hanya hobi dan mengisi waktu luang bagi Susilaningsih, warga RW 1 Tenggilis Mejoyo.
Namun, banyaknya peminat membuat usahanya berkembang hingga memiliki banyak karyawan.
Bahkan lima tahun terakhir ia juga mendapat pendampingan dari Universitas Surabaya (Ubaya).
Susi, panggilan akrabnya mengungkapkan usahanya di jalan Tenggilis Timur VI Blok DD No 1 itu kini berjalan dengan stabil meskipun harga cabai kerap naik turun secara drastis.
Strategi dalam memasok sambal dan memulai produksi sesuai dengan harga cabai membuat stok sambalnya terbilang stabil.
“Saat proses produksi saya bisa mengajak 20 warga kampung sekitar sini buat bantu ngupas dan menyiapkan bahan,” urai ibu tiga anak ini.
Usaha yang dimulainya sejak 2011 inipun menghasilkan berbagai produk sambal.
Mulai dari Sambal Surabaya yang jadi ikon, ada pula 18 macam sambal lainnya.
Ada sambal ikan roa, sambal ikan teri, ikan klotok, ikan peda, ikan jambal roti, sambel sereh, sambal rujak manis dan masih banyak lainnya. Tak hanya sambal, Susi juga produksi bumbu masakan.
“Dulu awal bikin saya jual Rp 9.000, sekarang harganya beragam mulai Rp 25 ribu sampai Rp35 ribu. Saya kasih merk DD1 atau Dede Satoe supaya lebih mudah ingat sesuai alamat rumah saya,”ujar perempuan kelahiran Kroya, 5 Februari 1955.
Tak hanya memasarkannya sendiri, Susi juga mencari ilmu dengan bergabung dengan komunitas-komunitas UMKM yang ada di Kota Surabaya.
Hingga Susi menerima banyak masukan untuk memperbaiki kualitas produknya.
Seiring bertambahnya permintaan, kesuksesan Susi pun bertambah. Tak hanya sambal sehat tanpa MSG yang laris manis di pasaran, tapi juga penghargaan demi penghargaan yang dia dapatkan.
Tahun 2013 lalu dia sempat menjadi juara Pahlawan Ekonomi, dan mendaptkan hadiah pembinan Rp 30 juta rupiah.
‘November lalu bahkan saya menerima penghargaan Paramakarya dari Presiden RI, saya yang dari UMKM,”ujarnya.
Terus meningkatkan kualitas produknya dan didapingi Ubaya, Susi bahkan memperoleh penghargaan ISO tahun 2016 dan HACCP di tahun berikutnya 2017.
Selain sudah diakui kualitasnya secana nasional, Sambal DD 1 bahkan sudah ekspor ke Virginia, Amerika Serikat sejak 2016 hingga saat ini.
Susi mengatakan berani memenuhi permintaan ekspor, karena sambal buatannya memang berkualitas.
‘Sampai sekarang saya terus berlajar meningkatkan kualitas sambal DD1. Ada permintaan baru dari Amerika, agar sambal lebih tahan lebih dari tujuh hari, saya sedang coba menggunakan botol kaca. Semuanya proses,’urainya.
Tim Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) Ubaya, Yenny Sugiarti menjelaskan selama melakukan pendampingan usaha Sambel Dede Satoe berbagai kemajuan memang diraih UMKM tersebut.
Pendampingan meliputi pengenalan pentingnya pelaporan keuangan untuk memajukan usaha terkait Audit, pembukuan, laporan cash in dan cash out, laporan neraca total atau buku besar dan buku kecil.
“Tahun ini pendampingan tahun terakhir, sesuai program multi tahun dilakukan sejak tahun 2018-2020 dengan menggunakan dana hibah dari Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,”ujar Yenny.
Pendampingan ini juga melibatkan mahasiswa Program Studi Akutansi angkatan 2016 guna memberikan pengalaman bagi mahasiswa.
Menurut Yenny yang juga dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya, PPPUD merupakan salah satu skim dari program pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan membantu usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk agar berdaya saing tinggi.
Pada tahun kedua tim melakukan pendampingan terkait sistem manajemen mutu, terkait upgrade dari ISO 9001.2008 ke ISO 9001.2015 dan Marketing Online.
Persiapan audit untuk keamanan pangan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang nantinya akan dilakukan pada tahap berikutnya.
“Fokus pembenahan pada sistem manajemen Sambel Dede Satoe, yaitu terkait dokumen mutu atau ISO. Kita juga bantu untuk merekap formula keuangan yang selama ini tidak tertata rapi. Pemilik harus mengetahui keluar masuknya uang, berapa keuntungan, kerugian dan uang belanja bahan baku produk,”kata Yenny.
HACCP merupakan standar utama bagi pelaku usaha makanan atau minuman sebagai alat kontrol produk berbahaya. Saat ini produk Sambel Dede Satoe sudah menembus pasar Amerika Serikat terbukti sudah dijual di beberapa beberapa supermarket.
Hal ini menjadi bukti bahwa kualitas produk tak perlu diragukan lagi.
“Jika ingin masuk pasar expor yang lebih luas lagi, Sambel Dede Satoe harus memiliki sertifikasi HACCP. Kita akan bantu untuk pendampingan dokumen auditnya agar dapat mendongkrak penjualan. Targetnya selain pasar Amerika Serikat, bisa merambah ke Eropa juga, ”ungkap Yenny.
Sumber: SURYA.co.id