E-Commerce Raksasa Dunia Tentukan Hidup-Mati Pemasok hayuning January 30, 2020

E-Commerce Raksasa Dunia Tentukan Hidup-Mati Pemasok

JAKARTA ndash; Sejumlah kalangan meshy;ngemukakan e-commerce raksasa dunia, seperti Alibaba, Pinduoduo, JD.com, maupun Amazon dengan kekuatan masing-masing ratusan juta pelanggan yang dimilikinya akan menentukan hidup-mati perusahaan pemasok ke depannya.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu melakukan sejumlah langkah agar produk RI bisa dipasarkan lewat e-commerce global, dengan memanfaatkan jaringan raksasa perdagangan elektronik. (Lihat pointer)
Pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengemukakan pemerintah harus mulai memutuskan apakah akan memanfaatkan e-commerce raksasa itu untuk ekspor atau impor yang mematikan bangsa.
“Saat ini deindustrialisasi makin parah, menteri-menteri cenderung memikirkan impor, bukan meningkatkan produktivishy;tas untuk ekspor. Padahal, masa depan bangsa di tangan mereka,” papar dia, keshy;tika dihubungi, Kamis (16/1).
Wibisono menambahkan banyak proshy;duk konsumsi sehari-hari yang sepele tidak bisa diproduksi di Tanah Air. “Peniti saja impor, begitu juga baut, sekrup, dan kampak. Apakah kita begitu primitif, gak bisa produksi apa-apa. Ini karena menteri dan pejabat negara yang hanya mikir rent seeking impor,” papar dia.
Semestinya, lanjut dia, pemerintah melindungi industri dalam negeri dengan mengenakan tarif impor tinggi. “Kita harus sadar bahwa devisa kita sedikit, sehingga rawan gejolak eksternal,” jelas Wibisono.
Menurut dia, pejabat negara dalam beberapa hal bisa mencontoh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang mampu memenangi peshy;rang dagang dengan Tiongkok, dan meshy;maksakan perdagangan yang berimbang.
“Kalau kamu mau ekspor, harus impor dari AS juga,” kata Wibisono.
Oleh karena itu, lanjut dia, kalau menteri tidak berjuang membela industri nasional, Indonesia berpeluang makin terpuruk. Utang pemerintah kini hampir 5.000 triliun rupiah.
“Ekonomi Indonesia tidak tergantung apakah AS-Tiongkok damai, tapi tergantung RI bisa bela industri nasional atau tidak. Tapi, dalam kondisi negara sedang sakit, setiap hari menteri bicara impor,” tukas dia.
Wibisono juga mengatakan proyek ibu kota baru yang sedang digarap Presiden Joko Widodo memang bagus. Tetapi, tanpa pertumbuhan industri yang memadai, bagaimana utang luar negeri RI akan dibayar. Hanya industri yang bisa bayar pajak dan himpun devisa unshy;tuk bayar utang.
“Janganlah industri yang sudah bagus dimatikan dengan kebijakan pro impor dan membela kartel untuk rent seeking impor. Ini sama saja bunuh diri,” ujar dia.
Sebelumnya dikabarkan, pemerintah mesti bisa mempengaruhi perusahaan e-commerce skala global, seperti Amazon dan Alibaba untuk memasarkan produk-produk Indonesia.
“Indonesia dengan populasi keempat terbesar dunia merupakan pasar yang sangat penting dan strategis untuk pershy;tumbuhan pasar masa depan bagi Amazon, Alibaba, dan e-commerce dunia lain. Untuk itu, pemerintah harus mempunyai pengaruh besar untuk mendorong e-commerce companies untuk komit mengekspor produk-produk dalam negeri dari Indonesia,” kata pemerhati bisnis dalam jaringan (online), Edi Humaidi, Rabu (15/1).
Edi menanggapi kebijakan pemerintah India yang mampu mengajak Amazon asal Amerika Serikat (AS) mengembangkan e-commerce.
Monopoli Pasar
Terkait dengan persaingan pasar e-commerce, Financial Times melaporkan, sekarang ini Alibaba berusaha memonopoli pasar online. Bahkan, pemasok Pinduoduo dan JD.com dipaksa memishy;lih sekalipun mempunyai omzet besar.
Di pasar belanja online yang sangat kompetitif di Tiongkok, pengalaman pemasok barang online menjadi semakin umum. Alibaba melawan Pinduoduo, yang dengan cepat membangun basis pelanggan tahunan 536 juta orang, tiga perempat dari total 693 juta Alibaba di Tiongkok, melalui diskon besar-besaran, permainan, dan promosi pemshy;belian kelompok. Sekarang, kompetisi utama Alibaba menggantikan JD.com yang memiliki 334 juta pelanggan. YK/SB/WP
Sumber:koran-jakarta.com