Sektor Manufaktur Dijadikan Mesin Pertumbuhan Ekonomi hayuning January 13, 2020

Sektor Manufaktur Dijadikan Mesin Pertumbuhan Ekonomi

Kontribusi terhadap PDB terus menurun, manufaktur mengalami deindustrialisasi.
Guna mewujudkan hilirisasi yang berdaya saing butuh sinergi antarkementerian.
JAKARTA ndash; Sektor manufaktur dishy;harapkan mampu menjadi mesin pershy;tumbuhan ekonomi Indonesia untuk mencapai target rata-rata pertumbuhan sebesar enam persen per tahun dalam lima tahun ke depan.
Guna memacu pengembangan sekshy;tor manufaktur maka perlu digalakkan upaya hilirisasi industri, seperti sektor kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), sektor pertambangan, dan otomotif.
Pengamat ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, menyatakan hilirisasi manufaktur sifatshy;nya wajib diterapkan untuk membawa Indonesia keluar dari stagnasi pertumshy;buhan ekonomi lima persen. Untuk itu, upaya yang harus dilakukan adalah memberi kemudahan kepada investor. Persoalan yang harus diatasi untuk meshy;wujudkan kemudahan tersebut adalah komunikasi antarlembaga.
“Layaknya pendekar yang sedang bershy;tarung, kita ini sedang babak belur messhy;kipun tidak bisa dikatakan kalah. Sekashy;rang kita berjuang keras untuk menang dengan mengerahkan seluruh jurus, ilmu, dan kemampuan. Salah satu jurus tersebut adalah hilirisasi manufaktur ini,” jelas dia, ketika dihubungi, Jumat (27/12).
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappeshy;nas, Suharso Monoarfa, mengemukakan target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata enam persen per tahun bisa dishy;capai dengan mendorong industri mashy;nufaktur. “Kami harap manufaktur bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi,” kata dia, pekan lalu.
Saat ini, kinerja sektor manufaktur tengah menurun. Pada 2015ndash;2018, rashy;ta-rata pertumbuhan industri manushy;faktur dari sisi produksi mencapai 4,3 persen, atau di bawah rata-rata pertumshy;buhan ekonomi nasional sebesar lima persen. Pemerintah menargetkan pershy;tumbuhan sektor ini dapat naik menjadi 6,5 persen per tahun.
Dengan demikian, kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domesshy;tik Bruto (PDB) bisa berada di atas 20 persen. Saat ini, kontribusinya baru 19 persen terhadap PDB. Kontribusi mashy;nufaktur Indonesia sempat mencapai 29 persen dari PDB saat Orde Baru. Nashy;mun, kini sektor manufaktur mengalami deindustrialisasi.
Suharso memperkirakan peningkatshy;an sektor manufaktur dapat tercapai seiring dengan upaya hilirisasi. Salah sashy;tunya pada sektor pertambangan, misalshy;nya nikel. Hilirisasi juga dilakukan pada sektor CPO dan otomotif.
Pada sektor otomotif, salah satu upaya yang dilakukan adalah membashy;ngun pabrik baterai lithium untuk mobil listrik. Guna mendorong manufaktur, pemerintah juga akan mendorong subshy;sektor jasa, mesin, chemicals, mineral, pertanian, dan tekstil. “Ini kami masukshy;kan dalam peningkatan manufaktur sushy;paya jadi pengungkit dalam lima tahun mendatang,” ujar Suharso.
Butuh Infrastruktur
Dihubungi terpisah, Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Pashy;djadjaran, Bandung, Ina Primiana, meshy;ngatakan untuk menciptakan hilirisasi barang alam seperti perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus ada infrashy;struktur yang mendukung. “Jadi, inshy;frastruktur mulai dari kesiapan bahan bakunya, kemudian bagaimana infrashy;struktur yang tersedia, bagaimana logisshy;tik yang tersedia. Bagaimana itu harus mendukung itu semua,” papar dia.
Ina menambahkan untuk mewujudshy;kan hilirisasi yang berdaya saing dari sisi produk, tidak hanya urusan Kemenshy;terian Perindustrian (Kemenperin), meshy;lainkan diperlukan juga sejumlah keshy;menterian terkait, yakni ada lebih dari sepuluh kementerian.
Guna menekan biaya produksi, Keshy;menperin menjadi leading sector, dan diperlukan dukungan dari kementerian lain. “Supporting-nya juga penting. Kashy;lau ini nggak mendukung, jadi costly, biaya transaksinya tinggi, sehingga akhirnya nggak berdaya saing,” jelas Ina.
Dengan terciptanya sinergi antarkeshy;menterian maka mereka tidak harus membangun sendiri-sendiri. Jadi, satu sama lain harus terkait untuk mencipshy;takan produk dengan kualitas dan harga yang kompetitif.
Terkait hilirisasi, Presiden Jokowi juga meminta para menteri untuk memshy;percepat hilirisasi pada berbagai komoshy;ditas ekspor. Tujuannya, meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor dan daya saing Indonesia di pasar global.
Jokowi mengatakan selama ini Indoshy;nesia mengekspor bahan mentah, seshy;perti nikel, bauksit, alumina, dan batu bara, tanpa diolah dulu di dalam negeri. “Satu per satu harus mulai kita tata agar ekspornya dalam bentuk setengah jadi atau kami paksa langsung barang jadi,” kata Presiden, beberapa waktu lalu. SB/uyo/WP
Sumber: koran-jakarta.com