Dorong Mahasiswa Kerja Tim untuk Bikin Produk, Universitas Surabaya Siapkan Lulusan Mampu Berwirausaha hayuning November 18, 2019

Dorong Mahasiswa Kerja Tim untuk Bikin Produk, Universitas Surabaya Siapkan Lulusan Mampu Berwirausaha

Guna meningkatkan kualitas lulusannya, Universitas Surabaya (Ubaya) mendorong mahasiswanya untuk mampu membuat produk dengan kerja tim yang melibatkan lintas disiplin keilmuan. Dari 749 mahasiswa berhasil menciptakan 153 jenis produk.
Produk karya mahasiswa itu sebagian besar berupa makanan, perawatan tubuh, aplikasi, games hingga kebutuhan gaya hidup. Semua karya tersebut dipamerkan dalam festival yang dikemas dalam Creo Festa Speed 1 selama dua hari, Kamis-Jumat (14-15/11).
Ketua Pelaksana Creo Festa Prof Sujoko Efferin menuturkan, Creo Festa merupakan festival pameran karya produk mahasiswa yang digelar setiap semester sebagai hasil akhir dari mata kuliah Kewirausahaan dan Inovasi Ubaya.
Melalui Creo Festa, mahasiswa juga dapat menambah wawasan serta pengetahuan terkait dunia kewirausahaan dengan mengikuti Street Talkshow maupun Business Talkshow bersama influencer dan profesional di bidang makanan, gaya hidup dan wirausaha.
“Kegiatan ini juga menjadi ajang dalam mengembangkan kebudayaan kewirausahaan dan inovasi di lingkungan civitas akademika Ubaya. Selain memberikan wawasan terkait kewirausahaan, mahasiswa dilatih dengan diberikan tugas dalam kelompok untuk membuat sebuah inovasi produk sesuai nama brand usaha sendiri. Produk tersebut dipamerkan serta dijual kepada pengunjung,” ungkap pria yang juga menjabat sebagi Ketua Pusat Studi Inovasi Industri dan Kewirausahaan itu, Kamis (14/11).
Dalam kegiatan ini, terbagi dua zona Creo Festa. Yaitu zona FoodTuristic dan zona CreArtistic.
Pada Zona FoodTuristic dipamerkan seluruh produk inovasi olahan makanan maupun minuman. Sedangkan untuk zona CreArtistic akan memamerkan produk inovasi seperti fashion, beauty, aplikasi, games, dan jasa.
Sujoko menambahkan, Creo Festa Speed 1 menjadi awal ajang apresiasi produk inovasi karya mahasiswa. Nantinya akan ada Creo Festa Speed 2, 3, dan seterusnya.
‘Semakin sering diadakannya Creo Festa maka diharapkan kultur kewirausahaan dan inovasi di Ubaya semakin terbentuk dengan baik,’ ujarnya.
Dia menambahkan, produk yang dibuat oleh mahasiswa harus bisa menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat serta lingkungan hidup, sekaligus mengintegrasikannya dengan komisi sosial melalui usaha.
Sementara itu, Rektor Ubaya Benny Lianto mengungkapkan, kegiatan itu merupakan rangkaian proses pembelajaran kewirausahaan. Setelah mempelajari konsep dan teori di kelas, mahasiswa dapat mempraktikkan ide dan gagasan mereka dalam produknya.
“Ke depan akan banyak profesi yang hilang, kami sedang mencari cara agar lulusan kami tidak hanya menciptakan pegawai. Tetapi menciptakan lulusan yang kreatif dengan menciptakan lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Selain itu, ia juga mengapresiasi karya kreativitas yang dibuat mahasiswa. Maka dari itu, pihaknya akan mendorong produk produk yang bernilai jual tinggi untuk dikomersilkan.
Untuk bisa dikomersilkan, Benny mengungkapkan akan dilakukan coaching clinic dalam inkubator bisnis. Setelah itu produk akan masuk di tahap start up. Di mana dalam tahapan ini, para investor bisa memilih produk untuk dikembangkan dan dikomersilkan.
“Satu tahun ini kami fokus semua produk didaftarkan ke HAKI (hak kekayaan intelektual). Dari ini (pameran) akan kita seleksi untuk masuk di inkubator bisnis. Tentu setelah ini akan kami undang investor untuk bekerja sama dalam komersial produk,” pungkasnya.
Salah satu mahasiswa yang memproduksi sabun aroma terapi yang dinamakan Saghara, Adzania Nurhalitza menjelaskan, timnya membuat produk itu karena melihat tidak semua orang bisa pakai parfum dengan alasan kandungan kimia.
“Kami buat sabun ini selain untuk memberikam sensasi keharuman parfum di kulit sensitif, kita juga gunakan berbagai bahan alami sebagi pewangi,” ujarnya.
Seperti, essensial oil, bermacam-macam bunga kering contohnya lavender, rose, kamomil, green tea dan mint. Karena terbuat dari bahan-bahan alami, tingkat ketahanan sabun pun hanya bisa bertahan selama satu minggu setelah kemasan dibuka.
“Dalam pembuatan produk ini kami ada yang beda. Selain menggunakan bahan alami, juga ingin mengenalkan beberapa suku di Indonesia melalui beragam warna sabun,” jabarnya. (sulvi sofiana)
Sumber: Surya Cetak, 15 November 2019