Ideasinema: Bahas Ketimpangan Gender dalam Konstruksi Sosial Masyarakat hayuning November 12, 2019

Ideasinema: Bahas Ketimpangan Gender dalam Konstruksi Sosial Masyarakat

Jumat, 1 November 2019 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan sebuah acara pemutaran dan diskusi film bernama Ideasinema. Tema yang diangkat tahun ini adalah Ketimpangan Gender. Kegiatan tersebut dihadiri oleh sedikitnya 20 mahasiswa Ubaya penikmat diskusi yang terdiri dari berbagai angkatan dan fakultas. Ideasinema sendiri merupakan salah satu acara rutin yang diadakan setiap tahun. Kegiatan pemutaran film ini bertempat di Gedung FG 5.2, Kampus II Ubaya.
Tema Ketimpangan Gender dipilih karena banyaknya stigma tertentu dan diskriminasi terhadap perempuan maupun laki-laki yang terjadi di masyarakat. “Harapannya lewat diskusi film ini mahasiswa-mahasiswi Ubaya mempunyai pikiran yang lebih terbuka dalam menyikapi ketimpangan gender,” harap Erika, mahasiswi Fakultas Psikologi 2016, selaku ketua UKM Penalaran.
Film singkat yang ditonton dan dibahas bersama adalah Oppressed Majority. Film besutan Eleacute;onore Pourriat yang berasal dari Prancis ini menceritakan dunia dimana posisi kaum perempuan dan laki-laki dibalik. Jika di dunia nyata yang mengurus pekerjaan rumah tangga adalah perempuan maka dalam film ini laki-lakilah yang mengurus pekerjaan rumah tangga. Realita akan perilaku tidak adil dan pelecehan juga digambarkan di film ini, seperti catcalling dan menyalahkan korban pelecehan seksual. Para peserta diajak untuk menantang argumen dan stereotipe nya sendiri akan perihal gender, dengan melakukan diskusi setelah menonton.
“Baju itu bukan menjadi parameter bagi seseorang untuk dilecehkan, baik tertutup ataupun terbuka,” tegas Fahmi selaku salah satu peserta diskusi. Selain mengenai pakaian dan pelecehan, hal lain yang dibahas dalam acara ini adalah mengenai banyaknya korban pelecehan yang tidak berani speak up mengenai pengalamannya karena masih banyak pandangan masyarakat yang akan menyalahkan korban dibandingkan pelaku. Para peserta saling bertukar pikiran mengenai cara-cara yang bisa dilakukan korban untuk berani speak up tanpa perlu khawatir mendapat cap jelek dari masyarakat. (RE5, jr)