Grab for Good: Teknologi Grab Terbukti Membawa Kontribusi Positif Ekonomi dan Sosial bagi Kota Surabaya hayuning November 8, 2019

Grab for Good: Teknologi Grab Terbukti Membawa Kontribusi Positif Ekonomi dan Sosial bagi Kota Surabaya

Semakin hari masyarakat semakin tidak bisa terlepas dari ekonomi digital. Apalagi di daerah perkotaan, dimana mobilitas dan konektivitas merupakan syarat mutlak beraktivitas. Tapi pernahkah kita berpikir, jika semua aktivitas ekonomi digital itu dihitung, berapa sebenarnya dampak dan kontribusi bagi perekonomian suatu negara atau daerah?
Berangkat dari pertanyaan itulah Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics melaksanakan riset menghitung dampak kehadiran ekonomi digital bagi masyarakat, baik sebagai produsen maupun konsumen, dengan Grab sebagai studi kasus.
Sejalan dengan komitmen Grab for Good yang diperkenalkan Grab pada September lalu, Grab ingin memberdayakan lebih banyak masyarakat Asia Tenggara untuk menjangkau sejumlah akses krusial ke teknologi, peningkatan keterampilan dan layanan digital ndash; yang bagi sebagian orang merupakan kesempatan pertama kalinya. Hal ini akan mendorong mereka untuk menjadi bagian dari ekonomi digital yang tengah tumbuh dengan pesat dan memberikan mereka lebih banyak pilihan serta kesempatan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.
Manfaat bagi Produsen
Riset pertama yang dilakukan pada periode November – Desember 2018 menghitung kontribusi kehadiran Grab bagi masyarakat yang berperan sebagai produsen atau penyedia jasa ekonomi digital. Dalam konteks ekosistem Grab, mereka adalah mitra pengemudi GrabCar, GrabBike, merchant (restoran, kafe, atau warung) GrabFood, dan agen GrabKios (sebelumnya bernama Kudo).
Dari survei yang dilakukan di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan, dapat diestimasi kehadiran Grab telah memberi kontribusi kepada perekonomian nasional Indonesia sebesar Rp 48,9 triliun.
Kontribusi ekonomi nasional itu didapat salah satunya melalui penciptaan lapangan tenaga kerja. Dari data terlihat bahwa 32% mitra GrabBike dan 24% mitra GrabCar sebelumnya tidak memiliki pendapatan tetap.
Dengan menawarkan peluang pendapatan kepada sekitar 300.000 pengemudi dan 40.000 agen GrabKios individual yang sebelumnya menganggur, diperkirakan input ekonomi Grab mencapai Rp 16,4 triliun pada 2018.
Khusus di kota Surabaya, data menunjukkan Grab berkontribusi sebesar Rp 8,9 triliun pada tahun 2018. Kontribusi terbesar dihasilkan oleh mitra GrabFood sejumlah Rp 4,2 triliun, diikuti GrabBike sebesar Rp 3,5 triliun, GrabCar senilai Rp 1,1 triliun, GrabKios individual dan toko sebesar Rp 49 miliar.
Sementara, pendapatan mitra pengemudi GrabBike meningkat sebesar 144% dan GrabCar sebesar 114%. Juga, penjualan mingguan mitra merchantGrabFood meningkat sebesar 34%. Selain meningkatkan pendapatan para mitra, Grab juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja. 38% mitra pengemudi GrabBike, 40% agen individual GrabKios, serta 35% mitra pengemudi GrabCar yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan, kini dapat memperoleh penghasilan setelah bermitra dengan Grab.
Manfaat bagi Konsumen
Setelah mengukur peningkatan kesejahteraan dari sisi produsen, Tenggara Strategics dan CSIS juga mengukur peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sisi konsumen, berupa surplus konsumen yang dirasakan oleh konsumen GrabBike dan GrabCar di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).
Surplus konsumen adalah manfaat yang diperoleh konsumen dari membeli barang atau jasa pada harga yang lebih rendah dari harga maksimal yang sebenarnya rela mereka bayar. Sebagai contoh, jika seseorang bersedia membayar Rp 100.000 untuk sebuah perjalanan dari rumahnya ke Bandar Udara Internasional Juanda, sementara harga yang diberikan GrabCar untuk perjalanan tersebut adalah Rp 75.000, maka orang tersebut memperoleh surplus konsumen sebesar Rp 25.000.
Riset menemukan bahwa teknologi Grab berkontribusi sekitar Rp 46,14 triliun dalam surplus konsumen untuk Jabodetabek pada 2018. Surplus konsumen yang diperoleh konsumen GrabBike adalah Rp 5,73 triliun, sementara GrabCar berkontribusi sebesar Rp 40,41 triliun.
Bagaimana ini mempengaruhi konsumen? Layanan Grab memungkinkan pelanggan menghemat uang yang awalnya telah mereka persiapkan untuk melakukan perjalanan dari titik A ke titik B. Uang yang dapat disimpan dari sebelumnya dialokasikan untuk melakukan perjalanan, sekarang dapat digunakan untuk membeli barang-barang lainnya. Artinya, pelanggan dapat memanfaatkan surplus yang dinikmati untuk membeli barang atau jasa yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Dampak Sosial Teknologi untuk Kebaikan, Grab for Good
Salah satu kesimpulan riset ini adalah potensi teknologi digital menjadi landasan pembangunan ekonomi yang inklusif bagi usaha kecil dan mereka yang selama belum cukup terlayani oleh sistem yang ada.
Yose Rizal Damuri, Kepala Departemen Ekonomi, Center for Strategic and International Studies (CSIS) menjelaskan, Formulasi kebijakan terkait ekonomi digital seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan seluruh pihak terkait agar manfaatnya bisa dirasakan secara optimal.
‘Melalui riset ini, kita bisa melihat bagaimana Grab memberikan peluang yang sama bagi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, termasuk Surabaya, untuk mengambil peran dalam ekonomi digital. Pertumbuhan ekonomi ini harus bisa dinikmati oleh setiap orang dari berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari bisnis-bisnis skala kecil hingga masyarakat umum. Satu-satunya cara kita semua dapat meraih kesuksesan adalah dengan memastikan setiap pihak benar-benar menjalankan fungsinya.”ungkapnya.
Dalam “Laporan Dampak Sosial Grab 2018-2019” diluncurkan pada 24 September diestimasi kontribusi Grab mencapai USD 5,8 miliar (Rp 81,5 triliun) terhadap perekonomian Asia Tenggara dalam 12 bulan hingga Maret 2019.
‘Dampak sosial Grab tampak pada dua aspek, pertama pembukaan akses perbankan kepada usaha kecil dan menengah (UKM), dimana 1,7 juta UMKM di Asia Tenggara telah dibantu Grab untuk membuka rekening bank pertama mereka.’tambah Yose Rizal Damuri.
Sementara itu, Tirza Reinata Munusamy, Deputy Head of Public Affairs, Grab Indonesia mengatakan, Indonesia siap menjadi salah satu ekonomi terbesar di Asia, namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk ikut tumbuh bersama Indonesia yang tengah tumbuh.
Jika sektor swasta secara aktif menciptakan program-program untuk komunitas lokal, maka teknologi dapat lebih dijangkau oleh lebih banyak orang, dan proses pembelajaran keterampilan-keterampilan baru dapat dengan segera mengubah kehidupan lebih banyak orang di Indonesia.
‘Grab ingin membangun sebuah platform yang inklusif, dan telah menjadi komitmen kami untuk menciptakan dampak positif dan berkelanjutan di setiap negara tempat kami beroperasi. Grab for Good.”ungkap Tirza Reinata Munusamy.
Teknologi dan model bisnis Grab lanjutnya, memungkinkan orang dengan disabilitas tetap menjadi tenaga kerja produktif dan makin mandiri.
‘Saat ini ada 700 orang dengan disabilitas di Asia Tenggara termasuk di Indonesia, yang menjadi wirausahawan mikro dan Grab tengah mengembangkan platform dan prosedur operasi standar agar lebih banyak orang tuli dapat menjadi mitra pengemudi.’jelas Tirza.
Sebagai bagian dari komitmen Grab for Good, peningkatan proses dan sejumlah fitur baru akan ditambahkan ke dalam aplikasi Grab untuk memudahkan mitra pengemudi berkomunikasi dengan para pelanggan, mendapatkan bantuan layanan pelanggan melalui fitur pesan instan khusus.
‘Selain itu, Grab juga akan melakukan serangkaian pelatihan bulanan untuk memastikan mitra pengemudi dapat melayani pelanggan penyandang disabilitas.’lanjutnya.
“Grab terus berkomitmen untuk membawa dampak positif dari teknologi untuk Indonesia dengan meningkatkan inklusi dan literasi digital, memberdayakan wirausahawan mikro dan bisnis skala kecil serta membangun angkatan kerja yang siap menyambut masa depan,” tutup Tirza.
Memberikan Kesempatan Sama Bagi Setiap Orang
Selain orang dengan disabilitas, Grab juga memberikan kesempatan sama bagi masyarakat Indonesia termasuk pada pedagang untuk menikmati manfaat dari ekonomi digital.
Salah satu mitra GrabKios asal Surabaya, Oktavia Ayu Suryaningsih merasakan langsung bagaimana teknologi berdampak positif terhadap bisnis counter pulsa bernama Romiks Cell miliknya.
“Dulu, kalau kita mau ngisi pulsa pelanggan keluar kota ada jatahnya. Kalau penjualan melebihi jatah cluster, kita bisa diblok dan nggak dikasih saldo,” tuturnya.
Padahal, pelanggan Oktavia rata-rata adalah orang-orang kantoran yang biasanya berasal dari luar daerah. Sejak menjadi agen GrabKios, semua keribetan itu tidak lagi dialami Oktavia Ayu. Kini, ia tidak perlu memiliki stok pulsa maupun kuota tiap provider.
“Hanya bermodalkan smartphone, kemudian men-download aplikasi GrabKios, semua sudah jadi satu. Walaupun kita isi saldonya sedikit, tapi kita bisa menjual semua item. Lebih praktis dan cara pengecekannya juga mudah,” ungkapnya.
Oktavia bersama jutaan wirausahawan mikro di Asia Tenggara menunjukkan bagaimana sebuah teknologi mampu mengubah hidup mereka.
Hadir dalam kegiatan Diskusi Publik mengenai Manfaat Ekonomi Digital – Grab For Good: Kontribusi Grab terhadap Ekonomi Indonesia Peluncuran Laporan Dampak Sosial Grab 2018 – 2019 itu, Kepala Dishub Provinsi Jawa Timur Fattah Jasin, Pengamat Ekonomi ISEI Surabaya, Dosen Fakultas Bisnis Ekonomi Universitas Surabaya Bambang Budiarto, Kepala Departemen Ekonomi, Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri, dan Direktur Utama Tenggara Strategics Riyadi Suparno.
Di kota Surabaya, kehadiran Grab telah menyumbang Rp 8,9 triliun melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapat para mitra GrabCar, GrabBike, mitra merchant GrabFood, dan agen GrabKios.
Secara luas, kehadiran Grab di Indonesia dan Asia Tenggara telah memberi kontribusi ekonomi dan sosial. Di Indonesia, kontribusi ekonomi Grab mencapai Rp 48,9 triliun melalui pendapat para mitranya. Angka ini merupakan bagian dari kontribusi Grab di Asia Tenggara sebesar Rp 81,5 triliun.
Melalui komitmen ‘Grab for Good’ Grab ingin meningkatkan keterampilan dan menyediakan kesempatan kepada lebih banyak masyarakat Indonesia dalam menyambut masa depan ekonomi digital.
Sumber : rri.co.id