Asyik Atur Hari- Membuat Jadwal Kegiatan Melatih Kedisiplinan fadjar June 27, 2019

Asyik Atur Hari- Membuat Jadwal Kegiatan Melatih Kedisiplinan

Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu itu nama-nama hari… Hayo siapa yang baca sambil bernyanyi? Berbicara soal hari, tentu setiap orang punya kegiatan yang berbeda setiap hari. Termasuk Anya Tamin, Jessica Kirana, dan Enricho William.
SORE itu, suasana di rumah Jessica cukup ramai. Dua temannya, Anya dan Enricho, datang berkunjung. Mereka sudah mandi dan wangi setelah pulang sekolah. Ketiganya kompak menggelar selembar kertas kosong di meja. Kemudian, Anya mengambil penggaris dan membuat tabel. ‘Yuk bikin jadwal kegiatan!’ ucapnya.
Mereka pun menulis nama hari mulai dari Senin hingga Minggu plus daftar jam kegiatan. Kemudian, mereka menulis kegiatan masing-masing sesuai jam tersebut. Setiap anak punya jadwal yang berbeda. Misalnya, Jessica. Dia bersekolah di Homeschooling Kak Seto. Karena itu, jadwal sekolahnya tidak lagi Senin-Jumat. ‘Sekolahnya hanya hari Senin, Rabu, dan Jumat,’ katanya.
Sementara itu, Enricho dan Anya punya jadwal les maupun kursus yang berbeda. Enricho ikut kursus basket, sedangkan Anya lebih banyak kursus musik. Misalnya, vokal, piano, dan gitar.
Jadwal kegiatan itu lantas dihias sedemikian rupa. Jessica memilih menggambar bunga-bunga dengan spidol. Di sisi lain, Anya menggambar orang-orangan dengan pensil warna.
Setelah jadi, jadwal tersebut bisa ditempel di meja belajar atau di kamar. ‘Aku suka tempel di dekat meja belajar,’ ujar Jessica.
Membikin jadwal kegiatan itu penting, lho. Menurut kak Adelia Kesumaningsari, S.Psi., M.Sc., dosen Psikologi Perkembangan Universitas Surabaya, membuat jadwal kegiatan punya banyak manfaat. Di antaranya, melatih kedisiplinan, tanggung jawab, serta belajar tentang konsep waktu dan konsep urutan. Anak jadi tahu kegiatan yang penting dan harus didahulukan, sekaligus terlatih untuk menyelesaikan apa yang sudah direncanakan.
Jadwal kegiatan juga memudahkan untuk mengantisipasi waktu dan memperkirakan apa yang bakal terjadi. Kalau terbiasa hidup dengan rutinitas, kesehatan mental akan lebih baik. ‘Sebab, kita bisa mengantisipasi segala sesuatu dengna lebhi baik. Jadi tidak stres karena tidak ada kegiatan yang keluar jadwal,’ jelasnya.
Menurut Kak Adelia, pembuatan jadwal kegiatan bisa dimulai pada usia 3 tahun. Di usia trsebut, anak sudah bisa mengembangkan kemampuan diri dan berinteraksi. Namun, tentu saja tidak langsung membuat jadwal seperti yang dilakukan Anya, Enricho, dan Jessica. Sambil tetap didampingi ayah dan bunda, anak bisa sekadar tahu tentang aktivitas mana yang baik dan tidak untuk dilakukan. (adn/c18/nda)
JawaPos, 14 Juni 2019