Garap Film Moana hingga How to Train Your Dragon 3 fadjar December 18, 2018

Garap Film Moana hingga How to Train Your Dragon 3

Tak banyak pekerja kreatif asal Surabaya yang ahli sebagai eff ect artist animation. Namun, Yorie Kumalasari membuktikan tidak hanya ahli, tetapi juga mampu menembus Hollywood. Kini perempuan 37 tahun itu menjadi salah satu eff ect artist di DreamWorks Animation.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI

YORIE Kumalasari menghabiskan waktu liburan dengan mudik ke Surabaya bersama keluarga kecilnya Kamis (13/12). Ditemui di kediamannya, Perumahan Margorejo Indah, perempuan yang menetap di Amerika Serikat itu telah menyiapkan jadwal untuk sederet agenda di Indonesia. Salah satunya menjadi pembicara di berbagai kampus dan organisasi.

Kiprahnya di dunia animasi sebagai effects artist di perusahaan film-film animasi Hollywood menginspirasi banyak orang. Khususnya anak-anak milenial di Indonesia yang tertarik pada dunia animasi. Suaminya, Leif Jeffers, pun berkecimpung di dunia yang sama sebagai animator di Walt Disney Animation Studios.

Yorie menyatakan tidak pernah menyangka bisa menjadi effects artist di perusahaan produksi film animasi bergengsi dunia. Sebab, saat ini masih sangat jarang perempuan yang menjadi effects artist. Mayoritas pekerjaan tersebut dilakukan laki-laki. ”Effects artist ini tidak hanya menyentuh seni, tetapi juga harus menguasai tekniknya,” katanya.

Meski perempuan, Yorie mampu membuktikan bahwa dirinya mampu bersanding dengan para pekerja laki-laki di perusahaan produksi film animasi Hollywood tersebut. Tidak terhitung lagi film yang sudah dikerjakannya. Beberapa film yang telah tayang di layar kaca adalah Moana yang diproduksi Walt Disney Animation Studios, Power Rangers 2017, All I See Is You, Fast and Furious 8, dan Hotel Artemis. Yorie juga telah menyelesaikan film How to Train Your Dragon; The Hidden World yang akan tayang di layar lebar pada 2019.

Dia juga sedang mengerjakan film Abominable yang akan tayang 2020. ”Saya terlibat sebagai effect artist di film-film tersebut,” ujar dia.

Yorie mengawali karir pada 2005. Awalnya, perempuan 37 tahun itu terjun di dunia commercial TV. Dia bergabung di The Mill, New York, selama 3,5 tahun. Kemudian, pindah ke Los Angeles di perusahaan yang sama. Dia mengerjakan produksi iklan-iklan komersial untuk televisi. ”Saat itu saya belum mengerjakan effects artist. Awalnya hanya generalist sebagai animator. Kadang membuat objek-objek dalam bentuk 3 dimensi (3D),” kata alumnus Universitas Surabaya (Ubaya).

Hingga akhirnya, putri pasangan Tony Wahono dan Ernawaty Tjipto itu memilih berhenti dan menjadi seorang freelance di beberapa perusahaan. Saat freelance, kemampuan Yorie justru semakin berkembang. Tidak hanya mengerjakan iklan-iklan komersial, dia juga mulai terlibat dalam pembuatan film sebagai effects artist. Salah satunya menjadi freelance di Walt Disney Animation Studios dan mengerjakan film Moana. ”Baru Februari 2018 saya bergabung sebagai effect artist di DreamWorks Animation di Glendale, California, Amerika Serikat,” kisahnya.

Ibu Kaela Sari Jeffers itu mengungkapkan, menjadi seorang effects artist adalah tantangan. Sebab, pekerjaan tersebut lebih berfokus ke hal teknis. Beruntung, dia pernah mengenyam pendidikan tinggi di Program Studi (Prodi) Teknik Informatika, Ubaya. Ilmu programming yang diperoleh saat duduk di bangku kuliah sangat berguna dalam dunia pembuatan efek 3D animasi. ”Effect artist bekerja membuat efek-efek untuk menghidupkan gambar 3D. Seperti api dan laut,” ujarnya.

Kemudian, Yorie melanjutkan S-2 di New York University Jurusan Digital Imaging in Design. Saat itu, orang tuanya menyarankan untuk fokus ke dunia teknik informatika. Namun, lambat laun Yorie menemukan kesukaannya. Yakni, di dunia animasi 3D. ”Dari kecil saya sering diajak orang tua nonton film animasi di bioskop. Saya suka sekali dengan visual animasi,” ujarnya.

Yorie menyatakan, salah satu film yang paling berkesan lantaran bisa terlibat dalam pembuatannya adalah Moana dan How to Train Your Dragon; The Hidden World. Sebab, di film Moana, hampir 80 persen adegan dilakukan di laut. ”Mengerjakan efek air itu susah,” kata dia.

Sementara itu, How to Train Your Dragon; The Hidden World menjadi salah satu film yang menarik untuk dikerjakan lantaran suaminya pernah menggarap edisi 1 dan 2. ”Dulu suami saat mengerjakan film yang 1 dan 2, saya sering melihat. Filmnya menarik. Dan sekarang saya ikut di dalamnya,” ucapnya. (*/c6/ano)

Jawa Pos, 17 Des 2018