Dunia Animasi Indonesia Menuju Titik Terang fadjar July 28, 2016

Dunia Animasi Indonesia Menuju Titik Terang

DENPASAR – Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), memiliki skill saja tidak cukup. Para tenaga kerja Indonesia juga harus diakui melalui proses sertifikasi.

Demikian pula di bidang animasi. Idealnya, para animator dan pekerja animasi Indonesia memiliki kemampuan dan pengakuan sesuai standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI). Salah satunya, SKKNI yang disusun oleh Assosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (Ainaki) dan difasilitasi Kementerian Komunikasi. Standar tersebut masuk kategori informasi dan komunikasi golongan kelompok produksi gambar gerak, video dan program televisi, perekaman suara, dan penerbitan musik dalam bidang pembuatan animasi.

Demi mewujudkan hal tersebut, Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia mengadakan diklat asesor kompetensi angkatan kelima di BDI Denpasar, Bali, 15-20 Juli 2016.

‘Tujuan SKKNI ini adalah untuk mendukung LSP3 Ainaki, LSP1 BDI Pusdiklat Kemenperin, serta LSP sejenis lainnya,’ tutur Ketua Umum Ainaki Nasional sekaligus Direksi Castle Production Ardian Elkana kepada Okezone.

Ainaki adalah asosiasi industri animasi yang beranggotakan sekira 60 studio Animasi dan lembaga pendidikan animasi. Dalam waktu dekat, Ainaki akan bekerja sama dengan Asosiasi Animasi Jepang dan menawarkan sertifikasi internasional, selain sertifikasi nasional.

Selama lima hari, para peserta diklat menjalani pendidikan intens yang diampu beberapa master asesor Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) seperti Yohanes Legimin, Sri Pratowati dan Made Arya Astina. Adapun materi yang diberikan berupa teori dan praktik dalam merencanakan dan mengorganisasi asesmen (MMA), mengembangkan perangkat asesmen (MPA) dan mengases asesmen kompetensi (MAK).

Pelatihan ini diikuti 25 peserta dari berbagai instansi, di antaranya ARK Animasi Studio, Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Pelita Harapan, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Surabaya, Universitas Negeri Padang, Politeknik Negeri Padang, HHK Animation, Manimonki Studio Surakarta, Castle Production, Bali Animasi Solusi Ekakarsa, An1mage dan Cybermedia College.

Kepala Studio Manimonki Amin Wibawa yang turut menjadi peserta menilai, saat ini, pekerja animasi Indonesia sudah sangat berkembang dari sisi skill dan pengetahuan. Tetapi dari sisi jumlah, pekerja animasi profesional belum bisa mencukupi untuk mengisi kebutuhan industri. Hal ini bisa kita ketahui dari seringnya rekrutmen terbuka beberapa studio animasi di Indonesia.

‘Bahkan, ada rumah produksi animasi melakukan program pelatihan sendiri. Situasi ini sebenarnya menjadi peluang bagi generasi muda untuk terjun ke dunia animasi,’ ujar Amin.

Sementara itu, peserta lainnya, Michael Sega Gumelar, berharap, di masa mendatang, pekerja animasi Indonesia bisa membuat karya animasi dimulai dari industri komik, dengan membangun cerita dan ilustrasinya.

‘Hal ini terjadi di Jepang, Amerika Serikat, Prancis, dan Belgia. Dengan begitu, para penonton film animasi sudah mengenal dan familiar dengan tokohnya, bukan baru kenal seperti di negeri kita,’ ujar Direktur An1mage tersebut.

Pelatihan ini, imbuh mahasiswa S-3 itu, menjadi jembatan berbagi dan kontrol kualitas animasi bagi para pelaku animasi. Update yang diperlukan ke depannya adalah dengan menambahkan produser sebagai profesi, bukan produser sebagai entrepreneur. Bila produser secara profesi berarti dia bekerja di suatu lembaga penghasil animasi dan ini memerlukan standar kualitas tersendiri pula, juga ada beberapa skill animasi dalam penentuan standar tersebut ada yang sebenarnya tidak diperlukan, ada yang justru diperlukan tapi tidak ada.

‘Secara keseluruhan langkah ini sudah sangat bagus sebagai langkah dan proses awal,’ pungkasnya. (afr)