Universitas Surabaya (Ubaya), bukan saja sukses menembus panggung pendidikan skala nasional. Salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Surabaya ini juga berhasil, bahkan mampu berkiprah di kancah global. Rektor Prof. Ir. Joniarto Parung, M.M.B.A.T., PhD adalah salah seorang sosok yang menjadikan Ubaya seperti sekarang. Berikut petikan wawancara SINDO dengan Joniarto Parung;
Mulai kapan Anda menjabat rektor Ubaya?
Menerima amanah sebagai rektor Ubaya selama dua periode. Dan sekarang periode kedua. Periode pertama, mulai 31 Mei 2011-31 Mei 2015. Periode kedua, 1 Juni 2015-31 Juni 2019. Tercatat sebagai rektor kelima di Ubaya. Ini kepercayaan dan tanggung jawab mengelola Ubaya bersama tim manajemen.
Apa capaian dari jabatan anda sebagai rektor pada periode pertama?
Periode pertama, kami fokus membenahi sumber daya manusia internal. Dosendosen kami tugaskan studi lanjut ke luar negeri dengan beasiswa pihak ketiga maupun dari Ubaya sendiri. Waktu itu ada 30-an lebih dosen. Semua dosen program pendidikan yang ada didorong untuk mencapai yang terbaik bidang pembelajaran, penelitian, serta pengabdian pada masyarakat. Hasil lain, semua prodi yang ada mendapat akreditasi sangat baik dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) hingga membuat Ubaya mulai dikenal secara internasional. Sebagai penghargaan atas capaian itu, Ubaya dua kali menerima Indonesian Green Award Kategori Green Campus dari Kementerian Kehutanan, pada 2012 dan 2014. Tahun 2014 terima penghargaan The La Tofl School of CSR dari Kementerian Perindustrian dan Majalah Bisnis. Ada penghargaan lain, yaitu SNI Award kategori Gold tahun 2015 dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) dibawah Kementerian Ristek.
Capaian sementara pada perjalanan periode kedua?
Untuk fokus periode kedua lebih banyak keluar untuk meningkatkan keunggulan kompetensi nasional. Membawa Ubaya aktif di beberapa asosiasi nasional. Selain itu, menguatkan program pendidikan untuk mengantisipasi 2050. Tahun 2050, penduduk dunia akan meledak, kekurangan kebutuhan makanan dan layanan kesehatan harus diantisipasi. Perkembangan teknologi pada tahun itu juga lebih luar biasa lagi, dan harus pula diantisipasi. Karena itu, Ubaya fokus pada tiga life science. Pertama, Farmasi, Psikologi, Teknobiologi, yang dipadu dengan Program Studi Kedokteran, yang mulai dibuka pendaftarannya mulai April 2016 ini. Kedua, engineering dengan adanya prodi magister dan doctoral engineering . Ketiga, penguatan bisnis dan ekonomi yang di dalamnya ada industri kreatif . Pada periode kedua, Ubaya juga mendapatkan Akreditasi A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi). Di Jatim, ada 6 PTS dari 40-an universitas se- Indonesia yang mendapatkan nilai A. Ubaya termasuk salah satunya.
Apa tindak lanjut dari tiga fokus life science itu?
Tiga fokus ini kami bawa ke dunia internasional. Banyak dosen aktif di asosiasi perguruan tinggi di Asia Pasifik yang tiap tahun menggelar pertemuan. Dari keikutsertaan dan kerja sama itu, salah satu manfaatnya berupa pertukaran dosen dan mahasiswa. Selain itu ada riset bersama antardosen. Tiap tahun ada dosen maupun mahasiswa asing ke Ubaya, dan sebaliknya.
Apa orientasi pengembangan Ubaya?
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, Ubaya mengambil peran global secara bertahap, dari ASEAN terlebih dulu. Saya termasuk dalam upaya ini, dengan menjadi satusatunya pembicara Organization Islamic Cooperation (OIC) bertema pendidikan dari kalangan non-Muslim di Kuala Lumpur, Malaysia, 28-29 Oktober 2015. Bulan lalu, Februari 2016 Ubaya ikut membentuk asosiasi PTS (Perguruan Tinggi Swasta) se- Asia. Ubaya diangkat sebagai perwakilan PTS di Indonesia. Dalam asosiasi ini Ubaya ikut memikirkan kondisi perubahan global yang tidak mungkin diabaikan, ditinggalkan. Ubaya berkontribusi memberikan pemikiran.
Apa latar belakang pembukaan Program Studi Kedokteran yang mulai buka pendaftaran April 2016?
Pembukaan Program Studi Pendidikan Dokter seiring turunnya Keputusan Menristekdikti No. 131/Kpt/I/2015, tertanggal 4 Desember 2015. Keberadaan surat keputusan ini diberikan di Jakarta, di Ruang Rapat Kemenristek Dikti Jalan Pintu 1 Senayan, Jakarta, Selasa (28/3). Pembukaan Program Studi Pendidikan Dokter melalui proses panjang, sejak sebelum 2010. Ada tim studi kelayakan yang mulai mempersiapkan sejak tahun itu. Dan 2013 mematangkan proposal, namun 2013 ada moratorium oleh Dikti. Ketika moratorium itu, Ubaya tetap melakukan banyak persiapan. Salah satunya, perekrutan dosen berlatar belakang pendidikan dokter S- 2 dan S-3 lulusan Unair dan Universitas Brawijaya. Persiapan lain selama moratorium belum dicabut adalah melengkapi laboratorium Fakultas Farmasi, Psikologi, dan Teknobiologi. Fakultas yang lebih dulu ada dilengkapi juga untuk bersinergi dengan Program Pendidikan Dokter yang saat itu direncanakan dibuka.
Bagaimana setelah Moratorium Pembukaan Prodi Dokter Dicabut?
Ketika tahun 2014 moratorium dibuka (dicabut), kami langsung mengajukan perizinan per Februari 2015. April 2015, Ubaya didatangi tim evaluator. Dalam tim itu ada perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Asosiasi Rumah Sakit, Asosiasi Dekan Fakultas Kedokteran di Indonesia, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), BAN Kesehatan Mandiri, Dikti, serta Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Selama dua hari tim evaluator ini memeriksa semua kelengkapan, termasuk mewawancarai dosen untuk memastikan tidak merangkap di lembaga pendidikan lain. Termasuk keberadaan Rumah Sakit pendidikan juga didatangi.
Soal ketersediaan Rumah Sakit Pendidikan Bagaimana?
Untuk Rumah Sakit utama sebagai tempat pendidikan, RSUD dr. Soekandar di Mojosari, Mojokerto. Di RS milik Pemkab Mojokerto ini, Ubaya juga sharing anggaran membangun sarana prasarana pendidikan dokter. Termasuk menyiapkan dokter di RS tersebut sebagai pengajar. Selain itu, ada RS lain yang selama ini telah menjalin kerja sama dengan Ubaya terkait keberadaan Fakultas Farmasi serta Psikologi. Di antaranya, RSU Haji milik Pemprov Jatim, RS dr. Soewandhie milik Pemkot Surabaya. Belum lagi sejumlah RS di Bali serta Jakarta yang lebih dulu menjadi tempat praktek mahasiswa Fakultas Farmasi maupun Psikologi.
Apa keunggulan Program Studi Dokter di Ubaya ?
Kami menekankan pada Interprofessional Education (IPE). Yaitu, mampu mengimplementasikan pendekatan interpersonal dalam masalah kesehatan, batas kompetensi dan kewenangan setiap profesi, mengidentifikasi nilai setiap profesi, serta mengolaborasikan kompetensi berbagai profesi kesehatan dalam penyelesaian masalah kesehatan. Keunggulan lain adalah Terapi Herbal, sehingga lulusan memahami terapi herbal dan mampu memberikan pertimbangan tentang pemanfaatan terapi herbal. Keunggulan berikutnya, keberadaan Teknologi Kedokteran sehingga mampu menjustifikasi kecanggihan, kegunaan dan efisiensi berbagai teknologi informasi peralatan kedokteran. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dan dokter lulusan Ubaya memahami kesehatan pasien dan nonpasien secara holistik dilihat dari berbagai aspek medis, psikologi, farmasi, dan lingkungan. Karena itu akan ada kuliah dan diskusi terjadwal bersama antar mahasiswa kedokteran, farmasi, psikologi, biologi dan lingkungan.
soeprayitno
Sumber: https://www.koran-sindo.com