Berkah bagi Orang Lain fadjar January 28, 2016

Berkah bagi Orang Lain

Seseorang punya dua pilihan dalam hidupnya, yaitu menjadi berkah bagi orang lain, atau sebaliknya menjadi petaka bagi orang lain. Tentu saja pilihan yang harus diambil adalah menjadi berkah bagi orang lain.

Agar memberikan manfaat kepada orang lain, seseorang harus melakukan hal yang benar dalam setiap pekerjaannya. “Di luar itu, hidup kita bisa menjadi petaka bagi orang lain,” kata Hendra Lesmana di Jakarta, belum lama ini.

Mungkin karena itu pula, chief executive officer (CEO) PT Dimension Data Indonesia ini tak mau memberikan toleransi untuk hal-hal yang salah. “Do the right thing. Jangan pernah berkompromi untuk hal yang salah,” ujar ayah dua anak ini.

Apa saja nilai-nilai hidup yang dipegang Hendra Lesmana? Bagaimana ia menerapkan gaya kepemimpinan di perusahaan yang dinakhodainya? Bagaimana pula ia menyeimbangkan hidup? Apa strateginya dalam memajukan perusahaan? Berikut wawancara dengannya.

Bagaimana perjalanan karier Anda hingga menjadi CEO Dimension Data?
Pada 2001 saya bergabung dengan PT Multipolar sampai 2005. Nah, pada 2005, saya gabung ke Dimension Data. Waktu itu, memang namanya masih Datacraft Asia. Saat awal masuk, posisi saya sebagai direktur profesional services. Selanjutnya, pada 2012, saya diminta untuk take role di region di Singapura. Pada awal 2015, tepatnya April, saya diminta balik lagi ke Indonesia dan menjadi COO (chief operating officer) di sini. Baru pada November tahun lalu saya diminta menjadi CEO PT Dimension Data.

Posisi tersebut sesuai latar belakang pendidikan Anda?
Saya menamatkan kuliah sarjana teknik kimia di Ubaya (Universitas Surabaya) pada 1998. Latar belakang pendidikan saya, istilahnya begini, kalau hard core teknik kimianya mungkin enggak sejalan. Tetapi banyak prinsip yang dipakai di kimia.
Jadi, misalnya di kimia itu ada yang namanya neraca massa. Apa yang masuk harus sama dengan yang keluar. Jadi, prinsip seperti itu untuk menjalankan company dan juga untuk prinsip finansial, masih masuk juga sih.

Multipolar, kemudian Dimension Data, dua-duanya perusahaan teknologi. Passion Anda memang di teknologi?Memang dari dulu hobi saya selalu berhubungan dengan teknologi dan komputer. Mulai dari kecil, di kantor papa saya, kalau ada komputer yang rusak, saya utak-atik. Mulainya dari situ, kesukaan saya memang berawal dari situ.

Apa kiat Anda untuk mencapai sukses dalam berkarier?
Ada tiga hal yang menunjang, di luar kerja keras. Pertama, kita harus berteman dengan semua orang, sebab apa yang dicapai hari ini enggak akan bisa kalau tanpa teman-teman yang membantu. Kedua, kalau ada kesempatan harus diambil, walau mungkin itu berarti Anda harus mundur satu langkah ke belakang.

Misalnya, dahulu waktu di Multipolar, saya ada kesempatan untuk ambil sertifikasi di Cisco. Waktu itu semua dibiayai perusahaan, tentu harus ada ikatan dinas. Kalau dalam ikatan dinas itu kan katanya enggak bisa naik gaji, segala macam. Kalau orang melihatnya, mungkin itu langkah mundur. Kenapa kamu mau ikatan dinas? Tetapi saya melihat bahwa itu membuka jendela ke hal yang lain lagi. Jadi, just do it. Kalau ada kesempatan, jangan sampai enggak diambil.

Ketiga, jangan pernah berhenti belajar dalam hal apa pun. Selain teknik, saya masih suka belajar tentang desain organisasi, bagaimana memotivasi tim, belajar tentang apa yang terjadi di dunia finansial. Saya pikir, itu tiga hal yang penting buat saya.

Kiat Anda dalam memimpin?
Satu hal yang mesti dibuat kalau sudah jadi pemimpin adalah harus melakukan hal yang benar. Do the right thing. Misalnya disuruh memilih mau lewat jalan depan atau jalan belakang? Maka harus memilih lewat jalan depan. Jangan pernah berkompromi untuk hal yang salah.

Demikian juga kalau misalnya ada karyawan yang berprestasi dan harus naik gaji, ya jangan ditahan-tahan. Sebaliknya, kalau ada karyawan yang kurang berprestasi, langsung dikasih tahu bahwa pekerjaannya tidak sesuai ekspektasi.

Hal lainnya, klien adalah pusat seluruh pekerjaan kita. Client is the center everything you do. Kalau istilah nonteknisnya, bagaimana Anda menempatkan diri supaya menjadi berkah bagi orang lain.

Strategi Anda untuk memajukan perusahaan?
Kami pakai strategi balanced scorecard. Jadi, ada dua sisi. Kita kan punya business as usual, dan transformation of business. Kami fokus untuk tumbuh pada keduanya, tetapi kami tidak fokus masuk ke dalam transformasi. Yang kita bicarakan adalah soal cloud dan manage services.

Contoh keberhasilan atau gebrakan yang pernah Anda buat?
Dibandingkan dengan jualan hardwarice, porsi services di Dimension Data sudah 40 persen. Apa yang ingin kami capai adalah menjadi services company, di mana serves lebih banyak ketimbang berjualan hardware. Kami mau pada 2018 bisa 60 persen services dan 40 persen hardware. Untuk mencapai itu, kami fokus mengembangkan aset yang paling berharga dalam perusahaan, yakni orang-orangnya (sumber daya manusia/SDM).

Nah, kalau boleh dianalogikan, jika dahulu kami adalah toko obat, kami ingin bertransformasi menjadi rumah sakit (RS). Kalau toko obat, ada orang datang bilang sakit kepala, oleh penjualnya langsung dikasih Panadol.

Kami ingin menjadi RS, di mana kalau ada yang sakit, kami akan melakukan observasi dan penyelidikan lebih lanjut. Yang dijual itu adalah kesembuhan pasien. Kalau di Dimension Data adalah business outcome-nya.

Filosofi hidup Anda?
Memang butuh waktu yang cukup lama untuk menyadari filosofi hidup. Tetapi pada prinsipnya saya ingin hidup saya menjadi berkah bagi orang lain. Sesuai juga dengan yang dijelaskan tadi, do the right thing.

Bagaimana Anda menyeimbangkan pekerjaan, keluarga, dan hobi?
Jadi, mungkin sudah tahu bahwa Dimension Data adalah partner ASO (Amaury Sport Organisation), penyelenggara Tour de France, balap sepeda. Kebetulan saya juga suka bersepeda.

Hidup di Jakarta ini memang dari sisi interaksi agak challenging, karena bisa butuh waktu dua jam lebih di jalan. Maka dari itu, di Dimension Data ada yang namanya flexible working hour juga. Misalnya kalau tugas di kantor sudah selesai, mau pulang lebih dulu enggak masalah. Tetapi nanti sampai di rumah, bisa bekerja lagi.

Memang mengelola waktu di Jakarta lebih banyak tantangannya. Tetapi kuncinya, jangan me-manage waktu, tetapi me-manage energi. Misalnya saat di jalan, kalau di mobil, kita tidur saja. Sampai di rumah sudah segar, bisa berinteraksi lagi dengan anak. Memang itu agak susah, tetapi kalau punya komitmen untuk melakukannya pasti bisa.

Punya kegiatan sosial di masyarakat?
Kalau saya lebih kepada kegiatan di gereja. Misalnya ikut latihan paduan suara. Kalau sempat, pasti saya ikut.

Obsesi yang ingin Anda capai ke depan?
Saya melihatnya begini, kalau sudah berkeluarga, fokusnya juga kepada anak-anak. Untuk anak-anak, saya ingin anak-anak saya bisa melihat lebih jauh, lebih luas, karena mereka bisa berdiri di bahunya ‘raksasa-raksasa’. Saya ingin support anak-anak saya agar bisa melihat lebih luas.

Kalau dengan istri, saya menggunakan model kehidupan paman dan bibi saya. Walaupun sudah tua, mereka suka berlibur dengan anak-anak dan cucu-cucunya serta melakukan kegiatan bersama. Sampai tua pun mereka bisa enjoy satu dengan yang lain. Saya ingin seperti mereka. Kalau dalam pekerjaan, tiga tahun ke depan Dimension Data harus menjadi company services. Setelah itu, mari kita lihat lagi.

Peran keluarga dalam karier Anda?
Personal opinion saya, yang menjaga kewarasan adalah keluarga. Jadi, sering kali karena banyak tekanan pekerjaan, banyak hal yang menyita pikiran. Kalau tanpa keluarga, itu mungkin akan sangat berat untuk di-handle. Saya percaya, kalau misalnya kerja terus malah enggak akan berprestasi. Saat weekend, ya sudah, refreshing saja, interaksi dengan anak-anak dan istri. Keluarga menjadi penyeimbang. Terutama kalau dengan istri, kalau orang sedang banyak tantangan, yang bisa bantu adalah orang yang melihat dari luar, yang bisa menganalisis. Istri saya banyak berperan seperti itu. Istri menjadi penasihat spiritual.

Sumber: https://www.beritasatu.com