Raih Summa Cumlaude, Berawal dari Temuan Pasien Infeksi Saat Cuci Darah fadjar October 1, 2015

Raih Summa Cumlaude, Berawal dari Temuan Pasien Infeksi Saat Cuci Darah

suarasurabaya.net – Lidya Karina S.Farm.,M.Farm., Apt, mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya berhasil membuat panduan menangkal infeksi saat pasien di ICU dengan terapi cuci darah sebagai hasil tesis.

Lidya Karina membuat panduan bagi farmasis di rumah sakit untuk pemberian obat pencegah infeksi pada saat pasien membutuhkan terapi cuci darah. Ide awal bermula dari banyak temuan pasien di Intensive Care Unit (ICU) yang sedang menjalani terapi cuci darah terkena infeksi.

Pasien di (ICU) biasanya mengalami kondisi kritis dan gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut merupakan kondisi dimana terjadi penurunan fungsi ginjal secara mendadak.

Ketika kondisi gagal ginjal akut terjadi, maka fungsi ginjal dalam melakukan tugasnya tersebut menjadi menurun. Untuk membantu ginjal melakukan tugasnya kembali, maka dibutuhkanlah alat bantu dari luar tubuh untuk membersihkan racun atau obat yang sudah tidak digunakan lagi dalam tubuh.

Pada pasien ICU yang kondisinya kritis dan cenderung tidak stabil dibutuhkan cuci darah yang lebih perlahan dengan waktu pencucian yang lebih panjang. Metode ini disebut cuci darah 24 jam atau yang bahasa kerennya Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT).

‘Obat yang sudah masuk ke pasien harus terus dipantau. Hasil pantauan ini untuk melihat apakah jumlah vancomycin dalam darah sudah cukup untuk melawan kuman,’ ungkap putri tunggal pasangan alm Agus Jaya Kartawibawa dan Lilis Suryani.

Guna melengkapi data-data yang sudah dibuat, Lidya secara khusus terbang ke Belanda. Di University of Groningen, Lidya melakukan penelitian. Kali ini, penentuan dosis vancomycin dan waktu pemantauan vancomycin di dalam darah dilakukan dengan pendekatan farmakokinetika (perjalanan obat dalam tubuh termasuk pembuangan oleh ginjal dan alat cuci darah) populasi.

Data sejumlah pasien dimasukkan ke dalam software yang mampu melakukan simulasi untuk dapat mempredikisi profil farmakokinetika vancomycin pada populasi. Software yang digunakan Lidya tersebut tidak ada di Indonesia.

Data yang dimasukkan software berupa profil. Profil digunakan untuk menentukan dosis yang tepat dan waktu pemantauan kadar vancomycin. Dan hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk skema dosis dan waktu pemantauan vancomycin.

‘Semoga ini menjadi kontribusi farmasi klinis dan apoteker di bidang kesehatan, membantu optimalisasi terapi antibiotika Vancomycin pada pasien ICU yang mengalami gagal ginjal akut dan butuh cuci darah 24 jam,’ pungkas Lidya Karina S.Farm.,M.Farm., Apt peraih gelar Summa Cumlaude. (tok/rst)

Editor: Restu Indah
Sumber: https://kelanakota.suarasurabaya.net