Ada Wajah Soekarno-Hatta di Ubaya fadjar August 18, 2015

Ada Wajah Soekarno-Hatta di Ubaya

SURABAYA ndash; Ada yang berbeda setelah upacara bendera di lapangan Universitas Surabaya (Ubaya) kemarin (17/8). Para peserta upacara tidak segera mem bu barkan barisan. Mereka malah mengeluarkan kertas kosong berukuran 37 x 39 cm. Kertas itu tidak hanya berwarna putih. Ada yang berwarna merah, hijau, hitam, dan merah muda. Kertas-kertas tersebut lantas diletakkan di atas kepala masing-masing secara serempak.

Hasilnya, dari atas gedung terlihat kertas-kertas kosong itu membentuk wajah yang tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia. Yakni, wajah sang proklamator Soekarno-Hatta Sejurus kemudian, ada aba-aba untuk membalikkan kertas yang membentuk dua tokoh nasional itu.

Lantas, rangkaian kertas berubah menjadi sang saka Merah Putih. Perubahan bendera tersebut diiringi dengan lantunan lagu Indonesia Raya. Para peserta upacara pun bernyanyi dengan khidmat.

Pemandangan itu mewarnai perayaan HUT Ke-70 RI kemarin. Aksi motion pixel art tersebut diikuti 3.000 peserta yang terdiri atas mahasiswa, karyawan, dan para petugas keamanan kampus.

Rektor Ubaya Joniarto Parung mengatakan, menumbuhkan rasa nasionalisme tidak hanya dilakukan dengan cara formal. Motion pixel art merupakan salah satu cara interaktif untuk mengajak seluruh civitas academica merayakan Hari Kemerdekaan. ‘Cara ini juga bisa meningkatkan nilai seni dan kreativitas di kalangan mahasiswa dan yang lain,” ujar Joniarto.

Menurut dia, kegiatan positif seperti itu juga merupakan salah satu bentuk kemerdekaan diri. Sebab, semua bisa bebas berekspresi tanpa melupakan nilai-nilai sejarah. ‘Merdeka tidak hanya lepas dari penjajah, tetapi juga dari kungkungan pemikiran yang sempit,” tegasnya.

Sosok di balik aksi motion pixel art tersebut adalah Ketua Masa Orientasi Bersama (MOB) Mahasiswa Baru Guguh Sujatmiko. Dia mengatakan, salah satu kendala menyiapkan acara itu adalah koordinasi dengan 3.000 peserta. Sebab, butuh kerja sama antara pengomando dan para peserta.

‘Sebelumnya juga tidak ada latihan atau geladi resik. Ya, sebelum upacara ini tadi hanya beberapa menit latihannya,” ungkap Guguh. Dia memaparkan, ide tersebut baru terbetik tahun ini. ‘Mumpung sedang berkumpul massa yang banyak di titik sama, kami pun ingin mewujudkannya dalam bentuk pop art ini,” katanya. Menurut dia, selain untuk keindahan, cara tersebut mampu meningkatkan rasa bangga kepada tokoh nasional. (ara/c7/oni)

Sumber: Jawa Pos, 18 Agustus 2015