Journey to the Light: Membawa Peserta Masuk Kedalam Lagu fadjar June 15, 2015

Journey to the Light: Membawa Peserta Masuk Kedalam Lagu

Alkisah ada seorang guru yang membuka sebuah sekolah piano di AS. Guru itu kemudian diminta untuk mengajari seorang anak kecil agar dia bisa bermain piano. Anak itu berpenampilan sangat dekil dan tidak pernah mau belajar. Walaupun setiap hari diantar ibunya ke sekolah piano itu, anak itu tetap saja tidak pernah belajar. Oleh karena itu, sang guru kurang menyukai anak kecil ini.

Waktu terus berjalan hingga tiba waktunya mengadakan pagelaran piano tahunan yang diadakan oleh sekolah piano itu. Saat tiba giliran si anak kecil, dia ternyata bisa memainkan piano dengan sangat indah dan memukau semua penonton, bahkan mendapatkan standing applause. Hal ini tentu saja mengundang keheranan dari sang guru.

Hey, anak muda, bagaimana bisa kau memainkan piano seindah ini padahal kau tidak pernah berlatih?” tanya sang guru.“Pak, anda tentu mengingat wanita yang selalu mengantarku ke sekolah setiap hari. Dia adalah ibuku. Dia sebenarnya tuna rungu, tapi dia begitu ingin mendengarku bermain piano. Pagi ini ibuku meninggal, tapi aku yakin kalau dia mendengarkanku di atas sana. Karena itulah aku berusaha sebaik mungkin untuk bermain malam ini,” kata anak kecil itu.

Cerita yang dibawakan, Ir. Hudiyo Firmanto, M.Sc., Ph.D., Wakil Rektor III Ubaya ini mengawali rangkaian acara Journey to the Light yang diadakan oleh UKM Paduan Suara.“Bernyanyilah dengan hati demi orang-orang yang kalian sayangi dan menyayangi kalian,” kata beliau.

Mendengar cerita dan pesan yang beliau sampaikan membuat para penonton tidak sabar menantikan aksi dari Ubaya Choir. Acara yang diadakan pada Sabtu malam tanggal 6 Juni 2015 di Multifunction HallPerpustakaan lantai 5 Ubaya Tenggilis ini dihadiri tidak kurang dari 302 penonton. Acara ini juga tidak hanya melibatkan seluruh anggota UKM Paduan Suara, namun juga BEMUS dan tim ensembleUbaya. Tentu bisa dibayangkan betapa megahnya acara tersebut.

Acara dibuka dengan lagu Pater Nosterdan Hodie Christus Natus Est. Ada 40 orang anggota paduan suara yang tampil menyanyikan lagu ini. Mereka semua mengenakan dressberwarna sapphire bluesedangkan yang lelaki menggunakan kemeja lengkap dengan jasnya. Mereka pun tampil dengan formasi yang tidak biasa. Mereka tidak hanya menyanyi di atas panggung, namun mengelilingi kursi penonton.“Bagus banget. Terus karena banyak lagu bertema gereja dibawakan di konser ini aku jadi merinding,” ungkapChyntia Chandra, salah seorang penonton.

“Ini lagu-lagu yang akan dibawakan pada saat lomba Bali International Choir Festivalyang ke IV di Bali. Jadi konser hari ini sebenarnya adalah konser pre-kompetisi sebelum ikut lomba di Bali. Jadi kami harap semua orang yang hadir mau memberi adviceuntuk Ubaya Choir. Kami juga berharap agar para hadirin mau membantu menggalang dana untuk mengantar teman-teman Ubaya Choir ke Bali nanti,” kata Ridzky Diyawati selaku ketua panitia.

Tidak hanya Ubaya Choir,acara ini juga dimeriahkan dengan kehadiran bintang tamu, Spectrum Ladies Choir.Grup ini berisi ibu-ibu yang dulu menempuh sekolah tinggi di Eropa. Untuk mengatasi kerinduan akan Eropa, tempat menuntut ilmu, mereka membentuk grup paduan suara bernama Spectrum Ladies Choir ini.

Spectrum Ladies Choirmembawakan lagu yang berbeda genre dengan Ubaya Choir.Apabila Ubaya Choirmembawakan lagu yang tenang, indah, dan dramatis, Spectrum Ladies Choirmembawakan lagu daerah yang diaransemen menjadi lebih fun.Selain lagu daerah berjudul O Tano Batak, Spectrum Ladies Choirjuga membawakan lagu Payung Fantasi. Tidak heran kalau lagu ini mendapat applauseyang sangat meriah saat selesai dinyanyikan.Acara ini diikuti dengan antusias oleh peserta, dan wajah puas tampak dari raut wajah peserta ketika sampai ke penghujung acara. (tea)