Tekanan Itu Perlu fadjar May 20, 2015

Tekanan Itu Perlu

MANAJEMEN stres bersifat sangat individual. Karena itu, setiap anak punya level ketegangan dan kecemasan yang berbeda dalam menghadapi tekanan (stres). Namun, tidak berarti stres serta-merta harus di hi langkan. Sebab, dalam teori psikologi, ada dua jenis stres. ”Ada eustress, yaitu stres yang bagus, dan stres berlebihan yang mengarah ke depresi,” jelas Aniva Kartika SPsi MA.

Eustress adalah stres yang cukup. Stres tersebut bermanfaat bagi anak untuk membuat tugas kognitif atau kinerja seseorang menjadi lebih baik. ”Stres itu perlu dalam batas yang wajar. Dengan tekanan, otomatis dia belajar agar ujiannya berhasil. Tidak terlalu santai atau justru cuek sama sekali,” ungkap Aniva. Sebaliknya, tekanan yang ditanggapi berlebihan membuat anak justru menjadi stres yang merugikan.

Kecemasan yang tinggi, dalam teori psikologi, membuat tubuh merespons tugas secara tidak relevan seperti merasa tidak mampu, tidak berdaya, kehilangan harga diri, mengantisipasi diri untuk keburukan, hingga ‘upaya’ menghindari situasi ujian. Orang tua bisa mendeteksi gejala itu dengan lebih peka terhadap perilaku anak.

Misalnya, anak menjadi murung, bingung, tidak fokus, atau mudah marah. ”Sering kali mereka tidak bilang kalau tertekan. Tapi, sikap seperti itu saja sudah jadi ekspresi akan kecemasannya yang berlebih,” terang psikolog pendidikan dari Universitas Surabaya tersebut. Orang tua pasti lebih tahu tentang perubahan-perubahan sikap itu dan paling tahu cara menurunkan tingkat stresnya.

Jika suka dengan film, si anak biarkan saja satu jam menonton film kesukaannya. Bila kegemarannya adalah makan, masakkan makanan kesukaannya. Ikut panik dan berkali-kali mengingatkan anak untuk belajar tidak dianjurkan. ”Sebab, ini sudah finalnya. Belajar itu sudah proses panjang sebagai persiapan, tidak bisa dikebut semalam,” ujar Aniva. Kecemasan orang tua akan mudah menular ke anak dan tekanan pada anak pun malah bertambah.

Berikan kalimat-kalimat motivasi kepada anak. Ajaklah berdoa bersama. Saat pulang sekolah, tanyai dengan gembira. Bila jawabannya tidak bisa, fokuslah untuk menyemangati mata pelajaran esoknya. (puz/c10/dos)

Sumber: Jawa Pos, 19 Maret 2015