PADA satu kesempatan, seniman nyentrik yang tinggal di Bali, Welldo Wnophringgo, didaulat menjadi model dadakan. Ia duduk di atas bangku kayu dan berpose. Di antara pelukis muda Surabaya yang mengabadikan pose itu di atas kanvas, Teddy Atom menjadi yang paling banyak dikerubungi orang. Banyak yang kagum dengan kepiawaiannya melukis dengan bahan lumpur vulkanik dan lumpur Lapindo.
Kesan menonjol dari sosok Welldo, seperti rambut gimbal nan panjang serta aksesori ikat kepala, tato, dan perhiasan etnik yang ramai, dapat diterjemahkan oleh Teddy secara artistik di atas kanvas. Setiap karakter lumpur memberi kedalaman warna yang berbeda dalam karyanya.
Proses melukis Teddy yang unik memancing rasa penasaran pengunjung. Beberapa orang mengambil foto dan mengajukan beberapa pertanyaan seputar teknik lukisan itu. Dalam suasana santai, sebuah proses kreatif dibagi dan dipelajari.
Momen pelukis melukis pelukis itu terjadi dalam gelaran Green Art Surabaya 2014 yang berlangsung di Balai Pemuda, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (24/5/2014). Sebuah acara baru di Surabaya yang mempertemukan pemuda kreatif di kota itu. Oleh karena bertajuk ”Green Art”, mereka khusus menonjolkan karya yang ramah lingkungan, seperti dari bahan daur ulang.
Bermacam komunitas kreatif terlibat dalam acara itu, mulai dari komunitas penyanyi jalanan, teater, pelukis, fotografer, perupa, serta pelajar SD dan SMP. Sebagian besar karya seni yang dipajang terbuat dari barang yang sudah tidak terpakai, seperti knalpot atau onderdil mesin bekas, dan sampah plastik.
”Karakter kreativitas orang Surabaya itu liar, tidak pernah terbayangkan. Banyak proses kreatif yang tidak ditemukan di daerah lain, seperti lukisan lumpur itu,” kata Ketua Panitia Green Art 2014, yang juga perupa, Bagus Heri Setiadji atau akrab dikenal dengan Bagus Mpu Batu. Karakter kreativitas yang muncul sesuai dengan karakter orang Surabaya yang terbuka dan apa adanya.
Bagus pun memiliki kreativitas yang diakui secara nasional. Ia pernah meraih penghargaan Pusat Inovasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PI UMKM) tahun 2009 berkat mesin ukir batu yang ia temukan. Dengan mesin itu, Bagus mampu membuat karya seni ukiran batu yang indah dan terlihat rumit.
Bagus dan Teddy hanyalah sebagian. Temuan inovatif dan kreatif lainnya bermunculan di sekolah maupun perguruan tinggi di Surabaya. Misalnya, awal tahun 2013, siswa kelas VIII SMP Kristen Petra Surabaya, Linus Nara Pradhana, membuat helm dengan sistem pendingin yang mencegah gegar otak. Berkat helm itu, Nara meraih medali emas dalam penghargaan International Exhibition for Young Inventors di Bangkok, Thailand, pada 2012.
Di perguruan tinggi, lebih banyak lagi karya inovatif yang dilahirkan. Awal Mei tahun ini, tim mobil listrik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) mampu menjalankan dua mobil listrik ciptaannya dari Jakarta ke Surabaya. Misi diselesaikan dengan lancar dan membuktikan kualitas kedua mobil listrik itu.
Ketua Program Studi Manajemen Desain dan Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya), Wyna Herdiana, mengatakan, berkembangnya kreativitas anak muda Surabaya juga tidak lepas dari peran Pemerintah Kota Surabaya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyediakan fasilitas serta kebijakan untuk merangsang kreativitas warganya.
Fasilitas yang menonjol, terutama adalah 15 taman kota yang tertata apik dan tersebar di sejumlah titik di Surabaya. Taman itu dilengkapi dengan Wi-Fi, permainan anak-anak, arena olahraga, dan area terbuka untuk berbagai kegiatan. ”Tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkan fasilitas itu sebaik-baiknya,” kata Wyna.
Melalui taman itu, Risma menginginkan supaya semua warga Kota Surabaya dapat bertemu. Masyarakat kaya, miskin, dan dari segala profesi dapat bertemu di satu tempat. Dari pertemuan itu, diharapkan wawasan masyarakat terbuka dan muncul ide kreatif.
Keinginan Risma pun terwujud. Hampir semua taman yang ada selalu ramai. Bahkan, Taman Bungkul, yang menjadi maskot dari semua taman, selalu sibuk dalam 24 jam setiap hari. Taman ini juga meraih penghargaan Taman Terbaik se-Asia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2013. Wajar jika Risma marah besar ketika taman ini rusak.
Di taman itu ada sebuah area terbuka yang melingkar dan di bagian pinggirnya terdapat bangku berundak. Suatu sore, ada sekelompok pelajar yang berlatih tari modern dengan menggunakan komputer. Pengunjung taman lainnya yang duduk di bangku berundak itu praktis ikut terhibur.
Lain lagi dengan Taman Prestasi yang tidak jauh dari Balai Kota Surabaya. Taman itu memiliki ruang Broadband Learning Center (BLC) yang berisi sejumlah komputer yang terhubung internet. Masyarakat dapat berlatih menggunakan internet secara gratis dan dipandu seorang pengajar.
Warga dirangsang
Rata-rata yang belajar di tempat itu adalah pengusaha kecil dan menengah yang ingin memasarkan produknya secara daring. BLC ini menjadi bukti kuat bahwa taman di Surabaya mampu merangsang kreativitas para pengusaha untuk lebih inovatif dan segar menjual produknya.
Di samping melalui taman, Pemkot Surabaya juga merangsang warganya untuk kreatif dengan cara yang kreatif pula. Akhir tahun 2013, Pemkot Surabaya mengadakan Surabaya Animation and Game Expo Pelajar 2013, sebuah ajang bagi pelajar SMP dan SMA/SMK untuk menampilkan game maupun animasi buatan mereka.
Dalam menghadapi persaingan bebas tahun 2015, Pemkot Surabaya juga mulai menyiapkan warganya dengan membuka Rumah Bahasa, sebuah tempat untuk warga berlatih bahasa Inggris dan Mandarin. Sekali lagi, pelatihan itu dapat diperoleh dengan gratis.
Sebenarnya masih banyak angan-angan yang dipendam Risma untuk memberdayakan kemampuan dan kreativitas warganya. Salah satunya adalah membangun sirkuit balapan di Surabaya. Keinginan ini muncul setelah Risma mengetahui banyak anak muda menggemari balap liar di malam hari.
”Negeri ini bergantung pada anak muda sekarang, maka mereka harus difasilitasi sebaik-baiknya,” kata Risma dalam suatu kesempatan. (Herpin Dewanto Agnes Swetta Pandia)
Sumber: https://travel.kompas.com