Mahasiswa Australi di Ubaya Belajar Membatik fadjar July 2, 2014

Mahasiswa Australi di Ubaya Belajar Membatik

Mahasiswa Australia Ketagihan Membatik

SURYA Online, SURABAYA ndash; Melihat perajin membatik sekilas mudah. Tinggal mencelupkan canting dalam cairan malam, lalu menggoreskan di kain putih sesuai bentuk yang diinginkan. Tetapi setelah dicoba, ternyata tidak mudah. Hal ini dirasakan Jack Scott Gwyn, mahasiswa Queensland University of Technology (QUT) Australia saat praktek membatik di Rumah Batik Jatim, Jalan Margorejo, Surabaya, Selasa (1/7/2014).

Jack datang bersama enam mahasiswa QUT lainnya yang mengikuti program beasiswa New Colombo Plan (NCP) di Universitas Surabaya (Ubaya). Mereka adalah Olga Katherine Hallmond, Kate Rose Sheehan, Jane Lydia Fung, Tamsin Maureen Quayle, Aleesa Dossie Ferguson dan Mark Clayton Blake.
“Memang terlihat mudah walau kenyataannya sangat susah membuatnya terutama saat menggunakan canting,”katanya.

Jack yang baru pertama memegang canting ini mengaku cukup kelelahan karena sebelumnya dia juga harus memutar otak untuk menggambar pola batik yang akan dibuatnya. “Saya pilih motif ikan yang ada giginya. Susah sih, tapi saya ingin membuatnya lagi,”katanya sambil tersenyum.

Hal yang sama dirasakan Kate Rose Sheehan. Menurut dia, membatik merupakan kegiatan yang cukup sulit. Terbukti, saat mencanting, hasil miliknya tidak rapi atau mbelobor di beberapa bagian.

‘Walau sulit, membatik adalah pengalaman pertama saya. Dan ini cukup menyenangkan,’ akunya.

Belajar membatik sengaja dipilih Ubaya untuk mengenalkan budaya nusantara kepada para mahasiswa asing karena karya ini sudah diterima di masyarakat dunia.

Adi Teja Kusuma, ketua program sekaligus Manajer Kantor Hubungan Internasional, Universitas Surabaya mengatakan membatik dinilai sangat menarik karena mereka diberikan kesempatan untuk membuat sendiri kain batik, dimana batik merupakan warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia dan sudah diakui oleh UNESCO. ”Itu sebabnya kami mengajak mahasiswa QUT belajar membatik,” katanya.

Di Ubaya, ketujuh mahasiswa QUT Australia ini akan mempelajari pasar properti di Indonesia.
Selama 10 hari, tujuh mahasiswa ini didampingi Connie Susilawati, Dosen QUT asal Surabaya akan membandingkan pasar properti di Indonesia dan Australia secara komprahensif.

Selain mengikuti kuliah yang diberikan oleh Fakultas Hukum Ubaya, mereka juga berkunjung ke Badan Pertanahan Nasional Kota Surabaya, Apartemen Metropolis dan perusahaan properti Citraland. Mereka juga akan mengunjungi Ubaya Training Center di Trawas, rafting di Probolinggo, serta menikmati keindahan alam Gunung Bromo dan Air Terjun Madakaripura.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com

Mahasiswa Australia belajar membatik di Surabaya

Surabaya (ANTARA News) – Tujuh mahasiswa dari ‘Queensland University of Technology’ (QUT) Australia belajar membatik di Rumah Batik Jawa Timur Surabaya, Selasa, dalam rangka mengikuti beasiswa ‘New Colombo Plan’ (NCP) di Universitas Surabaya (Ubaya).

‘Saya kagum dengan orang Indonesia yang bekerja sebagai pembatik karena saya telah mencoba membatik sendiri dan itu sangat susah, bahkan untuk pola yang sederhana seperti ini,’ ujar salah seorang mahasiswa QUT, Mark Clayton Blake, sambil menunjukkan pola daun yang telah dibuatnya.

Sementara itu, Manajer Kantor Hubungan Internasional Ubaya sekaligus ketua program NCP, Adi Teja Kusuma, mengatakan ia memilih batik karena batik merupakan warisan budaya dunia dari Indonesia yang telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan (UNESCO).

‘Kegiatan membatik di Rumah Batik Jawa Timur ini dinilai sangat menarik karena mereka diberikan kesempatan untuk membuat sendiri kain batik, selain adanya pengakuan UNESCO yang membuat kami mengajak mahasiswa QUT untuk belajar membatik,’ katanya.

Selama 10 hari, ketujuh mahasiswa ini mengikuti program NCP dengan didampingi oleh dosen QUT pada mata kuliah ‘Bachelor of Property Economics’ yang berasal dari Surabaya, Connie Susilawati.

Connie mengatakan para mahasiswa semester empat tersebut belajar membandingkan pasar properti di Indonesia dan Australia beserta dengan sistem hukumnya.

‘Pemerintah Australia juga ingin mahasiswa Australia mengenal negara-negara tetangganya. Salah satunya Indonesia, yang letak geografisnya sangat dekat dengan Australia,’ katanya.

Agar dapat membandingkan secara komprahensif, selain mengikuti kuliah yang diberikan oleh Fakultas Hukum Ubaya, maka mereka juga diajak berkunjung ke Badan Pertahanan Nasional Kota Surabaya, Apartemen Metropolis dan perusahaan properti Citraland.

Selain itu mereka juga mengunjungi Ubaya Training Center (UTC) di Trawas, Mojokerto yang merupakan kampus pembelajaran lingkungan, serta ke Probolinggo untuk menikmati keindahan Gunung Bromo dan Air Terjun Madakaripura serta ‘rafting’.

Sumber: https://www.antaranews.com

Mahasiswa Australi Di Ubaya Belajar Membatik

SURABAYA (BangsaOnline) – Sebanyak 7 mahasiswa Queensland University of Technology (QUT) Australia yang sedang mengikuti program beasiswa New Colombo Plan (NCP) di Universitas Surabaya (Ubaya), belajar kebudayaan Indonesia, yakni batik. Ada yang nampak kaku saat membatik, ada juga yang awalnya kikuk ternyata kemudian jari-jarinya enjoy menggerakkan canting.

“Wow, bagaimana ini mengambil cairannya? Kok panas,” ujar salah satu mahasiwi bernama Tamsin Maureen Quayle dalam Bahasa Inggris. Diajari sebentar, ternyata Tamsin sudah luwes. Cara dia memegang canting juga benar. Cairan malam panas yang ia goreskan pada kain mori yang telah digambarinya bunga, nampak rapi jali. “Saya senang sekali meski nanti hasilnya tak bisa bagus,” lanjut Tamsin.

Berbeda dengan mahasiswa lainnya, Jack Scott Gwyn yang kemarin menggambar ikan sebagai pola batiknya, nampak senyum-senyum dan ketawa. “Susah sekali ya. Tapi luar biasa. Ini pengalaman pertama saya membatik,” kata Jack. Seperti Tamsin dan rekan-rekannya yang kemarin belajar mbatik di Rumah Batik kawasan Margorejo, Jack kepanasan saat ada cairan malam yang kena tangan.

Ketua program sekaligus Manajer Kantor Hubungan Internasional Universitas Surabaya Adi Teja Kusuma BBus MCom mengatakan, kegiatan membatik ini sangat menarik karena mereka diberikan kesempatan untuk membuat sendiri kain batik.

“Sebenarnya, mereka kesini hanya 10 hari untuk belajar properti. Membatik hanya tambahan saja. Seluruh mahasiswa tersebut berasal dari program studi S1 Ekonomi Properti, QUT. Program ini dapat terwujud berkat dukungan dari pemerintah Australia melalui beasiswa New Colombo Plan (NCP) untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa Australia mengenai Indonesia, baik dalam hal ekonomi properti dan juga budaya,” urai Adi.

Sementara itu, Dosen QUT asal Surabaya yang juga pengajar mata kuliah Property Economics bernama Connie Susilawati mengatakan, selama 10 hari tujuh mahasiswa ini membandingkan pasar properti di Indonesia dan Australia secara komprahensif. “Selain mengikuti kuliah yang diberikan oleh Fakultas Hukum Ubaya, mereka juga berkunjung ke Badan Pertanahan Nasional Kota Surabaya, Apartemen Metropolis dan perusahaan properti Citraland. Tidak lupa, mereka juga mengunjungi Ubaya Training Center di Trawas, rafting di Probolinggo, serta menikmati keindahan alam Gunung Bromo dan Air Terjun Madakaripura,” ungkap Connie.

Sumber: https://www.bangsaonline.com