Ubaya Gelar Seminar Sehari untuk Lansia fadjar May 12, 2014

Ubaya Gelar Seminar Sehari untuk Lansia

Ubaya Gelar Seminar Sehari untuk Lansia

Surabaya (beritajatim.com) – Universitas Surabaya menggelar seminar sehari untuk lansia dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia yang jatuh 29 Mei mendatang. Ketua Panitia Fauna Herawati, MFarm-Klin., Apt. mengatakan, seminar tersebut melibatkan Pengurus dan Pembina Karang Werda se-Surabaya, Direktur Rumah Sakit, Dinas Sosial Kota Surabaya, Kepala Puskesmas serta bekerjasama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur.

‘Tujuannya sebagai bentuk kepedulian untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia,’ ungkapnya disela seminar yang diselenggarakan di Perpustakaan lantai 5 Kampus Ubaya, Jumat (9/5/2014).

Menurutnya, dalam seminar tersebut akan dibagikan berbagai rekomendasi dan kebijakan dari Pemkot Surabaya, WHO, BKKBN, maupun Pusat Studi Lansia. Rekomendasi tersebut diantaranya berbicara mengenai strategi menuju lansia sehat, upaya meningkatkan kesejahterahan lansia dalam keluarga, dan sharing mengenai pengalaman dalam membuat intervensi menuju lansia yang berkarya.

‘Rekomendasi dan kebijakan tersebut nantinya akan menjadi bekal bagi para peserta dalam menyusun program kegiatan komunitas lansia pada workshop 10 Mei 2014 mendatang,’ imbuhnya.

Dijelaskan Fauna, jumlah lansia di Kota Surabaya sekitar 300 ribu orang atau 10 persen dari total jumlah penduduk Surabaya pada tahun 2013. Populasi lansia yang meningkat ini juga disertai dengan meningkatnya usia harapan hidup dari 50 tahun menjadi 70 tahun. Salah satu konsekuensi langsung dari peningkatan jumlah lansia adalah meningkatnya kebutuhan “older age care” di seluruh dunia pada umumnya dan di Surabaya pada khususnya.

Kelemahan tubuh lansia dalam berbagai aspek dapat memunculkan sindrom geriatri yang dapat menyebabkan ketidakmampuan (disability), ketergantungan, bahkan kematian. “Dengan fenomena ini, diperlukan kerja sama lintas sektoral dan antar generasi untuk mewujudkan lanjut usia yang mandiri dan berkualitas, baik dalam hal kesehatan, mental, sosial dan spiritual agar tetap produktif dan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, kelompok dan masyarakat,” katanya.

Seminar tersebut dihadiri oleh Dr. Kanchit Limpakarnjanarat (WHO), Prof. Dr. Tri Budi W. Rahardjo, drg, MS, Direktur Pusat Studi Kelanjut Usiaan (Center for Ageing Study) Universitas Indonesia dan Dr. Wendy Hartanto, MA Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN sebagai pembicara. Sayangnya, Wali Kota Surabaya Ir. Tri Rismaharini, M.T yang dijadwalkan menjadi salah satu pembicara, batal hadir.

Selain memperingati Hari Lansia, seminar juga menyambut Hari Keluarga Nasional ke-21 dan Hari Jadi Kota Surabaya yang ke-721, serta dies natalis ke-46 Universitas Surabaya.[faf/kun]

Sumber: https://beritajatim.com

UI-Ubaya Usulkan Surabaya jadi Kota Ramah Lansia

Surabaya (Antara Jatim) – Universitas Indonesia bersama Universitas Surabaya mengusulkan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk menetapkan Surabaya sebagai kota ramah lansia (kelompok lanjut usia).

‘Awalnya, kami meneliti 14 kota, lalu kami pilih Surabaya untuk kategori kota besar dan Payakumbuh (Sumbar) untuk kategori kota kecil,’ kata Direktur Pusat Studi Kelanjut Usiaan (Center for Ageing Study) UI Prof Tri Budi W. Rahardjo di Surabaya, Jumat.

Saat berbicara pada seminar tentang ‘Lansia Sehat, Mandiri, dan Bahagia’ yang dihadiri Dr Kanchit Limpakarnjanarat (WHO) dan Dr Wendy Hartanto (Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN), ia menjelaskan pihaknya (UI-Ubaya) kini sepakat mengusulkan Surabaya ke WHO.

‘Nanti, pihak Ubaya akan meminta tanda tangan Wali Kota Surabaya untuk komitmen pada pencapaian substansi usulan hingga 100 persen, lalu kami akan menyampaikan usulan itu kepada WHO melalui laman WHO dan utusan WHO akan turun ke Surabaya untuk mengecek usulan itu. Penilaian kami, program peduli lansia di Surabaya saat ini sudah mencapai 60-an persen,’ katanya.

Delapan kriteria penilaian Kota Ramah Lansia yakni gedung, transportasi, keterlibatan lansia dalam kegiatan sosial (panti wreda), keterlibatan lansia dalam dunia kerja, informasi dan edukasi untuk lansia, layanan sosial dan kesehatan, aksesibilitas, dan layanan terintegrasi.

‘Mungkin, kendala Surabaya pada transportasi, karena moda transportasi yang ramah lansia di Surabaya saat ini hanya becak, sedangkan untuk jarak jauh masih belum ada. Kalau di negara lain ada angkutan kota yang diperuntukkan khusus lansia dan angkot khusus itu akan mengangkut dan mengantar lansia hingga rumah,’ katanya.

Senada dengan itu, perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr Kanchit Limpakarnjanarat, menyatakan usia lansia semakin meningkat, karena usia harapan hidup naik dan kesehatan juga membaik.

‘Indonesia termasuk paling cepat, karena lansia pada tahun 2010 hanya 18 juta dan saat ini berjumlah 20,8 juta (2014), lalu diperkirakan mencapai 36 persen dari penduduk pada tahun 2025,’ katanya dalam seminar yang diselenggarakan Fakultas Farmasi Ubaya itu.

Didampingi Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN, Dr Wendy Hartanto, ia menyatakan semakin aktif seorang lansia itu akan semakin sehat dan sejahtera, karena itu lansia yang aktif itu penting.

‘Untuk itu keberadaan kelompok lansia seperti panti wreda itu sangat penting bagi mendorong aktivitas lansia itu,’ katanya dalam seminar untuk memperingati Hari Lanjut Usia pada 29 Mei, Hari Keluarga Nasional ke-21, Hari Jadi Kota Surabaya ke-721 pada 31 Mei, dan Dies Natalis ke-46 Universitas Surabaya itu.

Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB Kota Surabaya Dra Nanis Chairani MM yang mewakili Wali Kota Surabaya Ir Tri Rismaharini MT menegaskan bahwa jumlah lansia di Kota Surabaya sekitar 300 ribu orang atau 10 persen dari total jumlah penduduk Surabaya pada tahun 2013.

‘Bu wali kota tidak ingin warganya terlantar dalam pendidikan dan kesehatan, karena itu untuk lansia diberi berbagai program, di antaranya program pemberian makanan untuk lansia di tingkat RW, pemeriksaan kesehatan gratis, membangun taman lansia di Jalan Kalimantan, membangun Griya Wreda di Medokan khusus untuk lansia terlantar, dan sebagainya,’ katanya. (*)

Sumber: https://www.antarajatim.com

Kerja Keras BKKBN Mengawal Lansia

”Seminar sehari untuk lansia dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia ”
Surabaya, Bhirawa
Penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia) diperkirakan meningkat menjadi 80 juta pada 2030, atau naik 23 sampai 24 persen. Kondisi ini membuat BKKBN mau tidak mau harus bekerja keras. Salah satu upayanya adalah dengan meluncurkan program Bina Keluarga Lansia (BKL).

Kelompok kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan dan pencatatan serta pelaporan. “Banyaknya lansia sebenarnya bukan suatu ancaman jika mereka produktif. Karena itu, BKKBN bersama berbagai sektor, seperti kesehatan dan pendidikan mengembangkan program lansia tangguh. Kami bekerjasama dengan pakar geriatric. Harapannya para lansia bisa panjang umur dan panjang masa produktifnya,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Prof Dr Fasli Jalal.

Dijelaskan Fasli, lansia tangguh adalah upaya agar meskipun telah berusia di atas 60 sampai 70 tahun lansia tetap produktif. Misalnya, memperpanjang usia bekerja bagi lansia pensiunan di sektor formal, baik perusahaan maupun PNS di atas 58 tahun dan 60 tahun. “Yang dibutuhkan dari mereka lebih banyak kebijaksanaannya atau otak, bukan otot. Juga mempertimbangkan risiko pekerjaan kasar. Para lansia itu diberikan berbagai pelatihan, sehingga masih bisa bekerja sampai 10 tahun berikutnya setelah pensiun. BKKBN membantu mempersiapkan menjadi kader keliling untuk mengampanyekan berbagai hal, termasuk soal KKB,” kata Fasli.

Sementara itu ditemui di acara seminar Sehari Bersama Lansia di Ubaya, Jumat (9/5), Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN Dr Wendy Hartanto mengatakan pada1970-an setiap wanita Indonesia melahirkan 5,6 anak, sehingga mengakibatkan angka kematian ibu tinggi, dan angka harapan hidup hanya sekitar umur 50 tahunan. “Saat ini rata-rata wanita Indonesia hanya melahirkan 2,6 anak, sehingga kesehatan ibu semakin membaik, dan angka harapan hidup wanita Indonesia mencapai 71 tahun. Dengan fenomena yang seperti itu, jumlah lansia di Indonesia sekarang sudah mendekati angka 20,8 juta jiwa,” kata Dr Wendy Hartanto.

Namun demikian, tambah Dr Wendy, BKKBN tidak hanya memperhatikan lansia saja, tetapi juga memperhatikan masalah masalah balita dan anak, karena dalam satu keluarga kerap terdiri dari lansia anak dan cucu. Jumlah balita di Indonesia saat ini ada 14 juta, sedang remaja mencapai 65,7 jiwa. “Di sini lansia mempunyai peran untuk ikut mendidik cucu, agar mereka kelak menjadi generasi penerus yang baik. Lansia ikut memaksimalkan terlaksananya 8 fungsi keluarga” jelas Dr Wendy .

Ditambahkannya, saat ini banyak yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yakni lingkungan mikro, lingkungan meso, lingkungan ekso dan lingkungan makro. Jangan sampai ada pengaruh negatif yang mudah merasuki remaja, apalagi dengan adanya aneka macam media yang bisa masuk dimensi ruang dan waktu. “Kita harus menjadi lansia yang tangguh, yakni lansia yang memiliki rasa sosial, spiritual, vokasional, bisa mengendalikan emosi, mampu ikut menjaga lingkungan dan memiliki intelektual,” jelasnya.

Seminar yang dihadiri 250 lansia, digelar oleh Universitas Surabaya di gedung perpustakaan dan dibuka oleh Wali Kota Surabaya yang diwakili oleh Kepala Bapemas KB Surabaya Nanis Chairani. Hadir dalam acara ini Rektor Ubaya Prof Ir Joniarto Parung PHD, Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Ir Dwi Listyawardani MSc, Dip.Com dan para pejabat pemerintah terkait. Dalam seminar tersebut tampil sebagai nara sumber selain Dr Wendy, juga Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr Kanchit Limpakarnjanarat dan Kepala Pusat Studi Kelanjutusiaan Universitas Indonesia Prof Tri Budi W Raharjo. [dna]

SUmber: https://harianbhirawa.co.id

Surabaya Direkomendasikan sebagai Kota Ramah Lansia

SURYA Online, SURABAYA – Surabaya direkomendasikan sebagai kota ramah manusia lanjut usia atau lansia. Rekomendasi ini disampaikan Kepala Pusat Studi Kelanjutusiaan Universitas Indonesia, Prof Tri Budi W Raharjo di sela seminar sehari, Lansia Sehat, Mandiri, Bahagia, dan Berguna di Universitas Surabaya Kampus Tenggilis, Jumat (9/5/2014).

Menurut dia, Surabaya mampu memenuhi sebagian komponen yang ditetapkan sebagai kota ramah lansia. Komponen-komponen tersebut, antara lain, akses gedung, transportasi, sosial inklusi, sosial partisipasi, informasi dan komunikasi, sosial kesehatan, dan aksesbilitas khususnya yang ada di luar gedung untuk para lansia.

Menurut Prof Tri Budi, dari delapan indikator itu, tidak harus semua dipenuhi oleh suatu kota. ‘Ada yang dalam bidang kesehatan 100 persen, bidang lain 50 persen dan seterusnya. Ada ukurannya sendiri-sendiri,’ ujarnya.

Dari delapan indikator itu, Surabaya memiliki nilai 60 persen. ‘Jadi 60 persen itu sudah cukup untuk menjadikan Surabaya sebagai Kota Ramah Lansia,’ tegasnya.

Dikatakan Prof Tri Budi, pihaknya sudah melakukan penelitian Kota Ramah Lansia ini di 14 kota di Indonesia. Namun, dari sekian banyak kota, Surabaya yang paling memenuhi syarat.

‘Sekarang tinggal pemimpinnya saja, mau berkomitmen tidak. Karena untuk bisa menjadi Kota Ramah Lingkungan ini harus ada komitmen dengan WHO. Dan saya dengar Surabaya sudah berkomitmen, tinggal nunggu MoU-nya,’ tandasnya.

Di acara yang sama, Deputi Pengendalian Kependudukan BKKBN Wendy Hartanto mengakui Surabaya memang layak menjadi Kota Ramah Lansia. Karena, Surabaya sudah memiliki 6.837 Bina Keluarga Lansia (BKL) dengan 327.854 keluarga yang terlibat di dalamnya. BKL ini sendiri adalah keluarga yang memiliki lansia di dalam keluarganya.

‘Dengan BKL ini diharapkan antarkeluarga yang memiliki lansia bisa melakukan komunikasi sehingga keluarga yang memiliki lansia dan lansia itu sendiri tidak saling merasa terbebani. Mereka dibina agar bisa memperlakukan lansia dan lansia itu juga bisa lebih mandiri tanpa menyusahkan keluarganya,’ tutur Wendy.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com