Mahasiswi Ubaya Ciptakan Sepatu Braile fadjar February 12, 2014

Mahasiswi Ubaya Ciptakan Sepatu Braile

Mahasiswa Ubaya Rancang Sepatu Tunanetra ‘Safety Slipper’

Surabaya (Antara Jatim) – Mahasiswi Jurusan Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif, Universitas Surabaya (Ubaya), Aveliani Valentine, merancang sepatu khusus penyandang tunanetra yang dinamai :Safety Slipper’ dengan sol sepatu yang lebih kuat.

‘Kelebihannya, sol sepatunya lebih kuat dari sepatu biasanya hingga bisa bertahan selama 1,5 tahun pemakaian dan dapat diganti ketika sudah aus,’ kata mahasiswi semester VI itu saat ditemui di Gedung International Village Ubaya, Selasa.

Ia mengatakan dengan adanya sol sepatu yang kuat maka keamanan penyandang tunanetra ketika melangkah lebih terjamin, apalagi ujung sepatu akan bisa menentukan arah kemana seseorang melangkah.

Selain itu, sepatu ‘Safety Slipper’ itu terbuat dari kulit dengan manik-manik batu zircon, kancing kemeja serta sol yang berasal dari lembaran rider dan sejenis matras yang tebal.

‘Manik-manik ini ada tiga huruf braille guna pemilik sepatu tunanetra dapat mengenali sepatunya tanpa harus mencium aroma sepatu,’ kata wanita kelahiran Banjarmasin itu.

Ia menambahkan sepatu yang dipatok dengan harga Rp450 ribu itu, satu paketnya terdiri dari sepasang sepatu, dua pasang sol sepatu yang bisa dilepas, dan 26 huruf braile dari A-Z yang diletakkan pada manik-manik.

Menurut dia, proses pembuatan sepatu tersebut membutuhkan waktu sekitar tiga minggu dengan dibantu pengrajin sepatu dari kampung Petemon.

‘Ide pembuatan sepatu tersebut muncul ketika salah seorang kerabat yang kebetulan tunanetra meninggal dunia, karena terpeleset di jalan sehingga ia memutuskan untuk membuat alas kaki yang aman untuk penyandang tunantetra,’ katanya. (*)

Sumber: https://www.antarajatim.com

Safety Slipper, Sepatu Bagi Tunanetra yang Diciptakan Mahasiswi Ubaya

Surabaya – Alas kaki khususnya sepatu kini menjadi kebutuhan pokok siapapun, termasuk tunanetra. Lalu bagaimana para tunanetra bisa aman dan sepatunya tidak tertukar dengan milik orang lain?

Safety Slipper, bikinan Aveliani Valentine ini sedikit bisa menjawab kebutuhan para tunanetra. Mahasiswi Ubaya ini merancang sepatu tunanetra dengan sol khusus dan inisial huruf braille sebagai identitas pemilik sepatu.

‘Kelebihan Safety Slipper terletak pada sol yang lebih kuat dari sepatu biasa dan dapat diganti dengan mudah ketika sudah aus,’ kata mahasiswi Jurusan Manajemen Produk Ubaya kepada wartawan, Selasa (11/2/2014).

Sol yang kuat ini guna menambah keamanan tunanetra saat melangkah. Biasanya tunanetra memiliki kebiasaan meraba-raba jalan dengan ujung sepatu untuk menentukan arah kemana melangkah.

Dia menambahkan manik-manik braile juga bisa disesuaikan dengan inisial pemilik sepatu.

‘Manik-manik braille itu saya tambahkan agar tunanetra pemilik sepatu dapat mengenali sepatunya hanya dengan menyentuh manik-manik tersebut,’ ujar dia.

Manik-manik ini bukan sekedar hiasan. Manik-manik braille ini justru membantu tunanetra yang kesulitan membedakan sepatu mereka ketika berada di tempat umum.

‘Yang saya tahu (tunanetra) bahkan harus mencium aroma sepatu untuk dapat mengenali sepatunya,’ tutur perempuan kelahiran 1993.

Aveliani mengaku dibantu seorang pengerajin sepatu di daerah Pasar Kembang Surabaya. Termasuk untuk merancang sol khusus untuk Safety Slipper ini. Sayangnya, Aveliani baru bisa merancang sepatu Safety Slipper untuk tunanetra laki-laki dewasa.

Sumber: DetikNews

Mahasiswi Ubaya Ciptakan Sepatu Braile

KBRN, Surabaya: Aveliani Valentine, mahasiswi semester 6 Jurusan Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Ubaya, merancang sepatu khusus bagi penyandang tunanetra.

Sepatu ini diklaim lebih aman, karena solnya bisa diganti, serta ada inisial menggunakan huruf braile untuk memberikan identitas pemilik sepatu tersebut.

Ide awal pembuatan sepatu yang diberi nama Safety Slipper ini muncul, ketika salah seorang kerabat orang tua Aveliani meninggal karena terpeleset di jalan.

Kemudian muncul sebuah gagasan untuk menciptakan alas kaki yang aman, dan ia pun memutuskan membuatnya untuk penyandang tunanetra dewasa. Alasannya karena menurutnya orang normal saja tidak aman ketika berjalan, apalagi mereka yang tidak dapat melihat.

Kelebihan Safety Slipper terletak pada sol yang lebih kuat dari sepatu biasa dan dapat diganti dengan mudah ketika sudah aus.

Dengan adanya sol yang kuat tentunya akan menambah keamanan tunanetra ketika melangkah. Selain itu, dia juga menambahkan manik-manik braile yang dapat disesuaikan dengan inisial pemilik sepatu.

‘Manik-manik braile itu saya tambahkan agar tunanetra pemilik sepatu dapat mengenali sepatunya hanya dengan menyentuh manik-manik tersebut, karena selama ini para tunanetra kesulitan membedakan sepatu mereka ketika berada di tempat umum, bahkan harus mencium aroma sepatu untuk dapat mengenali sepatunya,’ terang Aveliani, Selasa (11/2/2014).

Proses pembuatan Safety Slipper cukup singkat sekitar 1 bulanan. Bahan yang digunakan tidak berbeda dengan sepatu pada umumnya, kecuali sol yang memang dibuat khusus lebih tebal dan untuk mendapatkan sol tebal tersebut Aveliani dibantu sang pengerajin sepatu dari daerah Pasar Kembang Surabaya.

Total uang yang dikeluarkan untuk sepasang sepatu sekitar Rp350 ribu. Bila dipasarkan secara besar, Aveliani mematok harga hanya sekitar Rp450 ribu.

Hal tersebut dikarenakan ia menginginkan sepatu yang harganya terjangkau bagi para penyandang tunanetra, jika dibandingkan dengan sepatu penyandang cacat lain yang berkisar diatas satu juta rupiah.

Produk karya gadis kelahiran Banjarmasin ini juga sudah di ujicoba penggunaannya oleh salah satu penyandang tunanetra. Adalah Zainul salah seorang guru dari Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) Surabaya.

‘Safety Slipper sangat aman dan nyaman untuk digunakan, serta lebih mudah dikenali, namun pemasangan sol ketika diganti-ganti agak sulit,’ ujarnya.

Sementara itu Kumara Sadana Putra, S.Ds.,M.A selaku dosen pembimbing Aveliani mengkritisi sepatu ini yang cenderung laki laki. Diharapkan, kedepan dirinya membuat model unisex, sehingga siapapun berhak menikmati karyanya tersebut. (Anik/YY)

Sumber: https://rri.co.id