Nonton Sekaligus Jadi Aktor fadjar October 24, 2013

Nonton Sekaligus Jadi Aktor


SURABAYA – Film sering begitu menyedot empati. Karena itulah, sering di bioskop penonton tertawa, berteriak, atau bertepuk tangan sebagai luapan emosi. Nah, mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) memberikan kesempatan bagi penonton film untuk bisa sekaligus menjadi aktor atau aktris.

Aditya Bonaficio Calderon, nama mahasiswa itu, menciptakan sebuah film interaktif berjudul Close Call. Alur film berdurasi 25 menit tersebut bisa ditentukan penonton sendiri hanya melalui sensor suara. Bahkan, di setiap momen, pemeran film dengan penonton bisa berinteraksi.

Bona, panggilan Bonaficio, mengatakan bahwa film buatannya berlatar belakang drama aksi. Di setiap scene (adegan), pemeran utama dihadapkan pada dua pilihan. Misalnya pilihan menyelamatkan nyawa sahabatnya atau mengejar pencuri yang mengambil dokumen penting. Dari satu scene tersebut, penonton bisa menentukan jalan cerita hingga ending cerita. ‘Film interaktif yang saya buat seperti sedang berbicara di telepon dengan aktor dalam film itu,’ ungkapnya. Close Call bisa diputar melalui komputer maupun laptop yang menggunakan OS Windows 7. Interaksi antara penonton dan aktor menggunakan mikrofon.

Putra pasangan Heryanto Wirohadi dan Merliana itu terinspirasi film interaktif yang pernah diputar di bioskop Jerman. Cowok kelahiran Surabaya 18 Mei 1991 itu mengaku belum puas. Dia ingin menyempurnakan sensor suara dalam film interaktif tersebut. ‘Saya ingin film interaktif ini menjadi sarana hiburan ke depan. Agar film tak lagi monoton,’ ujarnya. (ayu/c11/roz)

Sumber: Jawa Pos

Foto dok: Jawa Pos

Film Close Call Hantar Bona Raih Predikat Cum Laude

suarasurabaya.net – Film interaktive berjudul Close Call karya Aditya Bonaficio Calderon mahasiswa program studi Multimedia fakultas Tehnik Universitas Surabaya, tidak hanya menjadikan pembuatnya lulus menjadi sarjana, tetapi sekaligus meraih cum laude.

Close Call, terang Bona sapaan Aditya Bonaficio Calderon, adalah film interaktive yang memberikan kesempatan kepada penontonnya untuk terlibat memberikan perintah pada peran-peran dalam film tersebut.

Dengan kebebasan penontonnya untuk ikut memberikan perintah kepada peran-peran dalam film itu, otomatis alur cerita dan ending cerita dapat ditentukan dan dipilih sendiri oleh penontonnya sesuai keinginan.

“Dalam film ini penonton memang dapat memberikan perintah pada masing-masing peran untuk melakukan apa yang ingin dilakukan sesuai perintah. Dengan demikian, penonton secara tidak langsung dapat menentukan akhir dari cerita film itu sendiri,” terang Bona.

Butuh waktu sekurangnya satu tahun bagi Bona untuk dapat menghasilkan karya sesuai dengan keinginannya ini. Tidak banyak ongkos produksi yang harus dianggarkan untuk pembuatan film ini.

“Tapi kerumitan saat membuat sensor suara, membutuhkan tidak hanya waktu yang agak panjang, tetapi sekaligus kekuatan mental karena harus terus mencoba dan mencoba,” kata Bona.

Walhasil, Close Call yang berdurasi sekitar 25 menit, berhasil dibuat, dan yang lebih membanggakan bahwa karya film interaktive semacam ini, baru pertama dibuat di Indonesia sekaligus menghantarkan pembuatnya meraih predikat cum laude.

Sementara itu, bagi Ongko Citrowinoto S. Sos, pembimbing tugas akhir Bona, karya Close Call sangat menarik dan Bona dapat menyelesaikan karya dengan resiko kegagalan cukup tinggi tersebut dengan hasil memuaskan.

“Film based on program karya Bona ini sudah cukup bagus. Dan yang membanggakan karya TA dari Bona ini memiliki resiko kegagalan cukup tinggi, tetapi Bona dapat menyelesaikannya dengan bagus. Ini membanggakan,” pungkas Ongko saat berbincang dengan suarasurabaya.net, Rabu (23/10/2013). (tok/rst)

Sumber: Suarasurabaya.net

Close Call Karya Mahasiswa Ubaya
Film Interaktif Pertama di Indonesia, Penonton Bisa Memilih Alur Cerita

SURYA Online, SURABAYA – Sebuah film tak akan bisa memuaskan semua penonton. Ada kalanya penonton tidak sreg dengan alur atau bahkan akhir cerita. Ketidakpuasan itu tidak berlaku di film Close Call karya Aditya Bonaficio Calderon, mahasiswa Program Studi Multimedia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya (Ubaya).

Film berdurasi 25 menit itu menceritakan persahabatan dua mahasiswa. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba tas berisi dokumen beasiswa ke luar negeri mereka dirampok. Salah satu di antara mereka terluka karena berusaha mempertahankan tas tersebut.

Dari sinilah penonton diajak berinteraksi oleh pemain utama untuk menentukan apakah dia harus menolong temannya atau mengejar perampok.

Untuk memilihnya, penonton tidak perlu memecet tombol tertentu. Tetapi cukup menjawabnya melalui microphone yang terkoneksi ke film, alur cerita selanjutnya akan berjalan otomatis.

Interaksi antara pemain dengan penonton ini terjadi tujuh kali dalam satu film. Dan, jawaban-jawaban yang berbeda-beda itu memungkinkan percabangan alur ceritanya.

Bonaficio membuat lebih dari empat percabangan cerita dari film yang dimainkan teman-temannya ini.

Percabangan itu akan bermuara pada empat ending yang berbeda-beda. Diantaranya, temannya terselamatkan dan dia akhirnya berangkat ke luar negeri atau perampoknya tertangkap, dan diadili di pengadilan tetapi temannya tewas.

‘Ending ini tergantung dari percabangan cerita yang dipilih penonton,’ ujar Bona saat ditemui di kampusnya, Rabu (23/10/2013).

Karena cukup rumit, sulung dari tiga bersaudara ini butuh waktu hingga satu tahun untuk menyelesaikan film interaktif yang kali pertama ada di Indonesia ini.

Enam bulan pertama dia habiskan untuk melakukan riset mengenai program yang akan dipakai.
‘Awalnya saya memakai program adobe flash, ternyata tidak bisa. Akhirnya saya pakai visual basic untuk bahasa dan program software saya gunakan visual studio,’kata mahasiswa yang berdomisili Malang.

Setelah menemukan teknologinya, dia mulai menyusun jalannya cerita. Ada empat draft cerita yang diajukan ke dosen pembimbingnya, tetapi hanya dipilih satu cerita yang tidak cukup rumit karena nantinya akan dibuat percabangan-percabangan ceritanya.

Sedangkan syuting film ini dia butuh dua bulan mulai dari menentukan pemain, lokasi syuting, dan pengambilan gambar.

Kenapa harus memakai suara untuk menentukan alur cerita? Pria kelahiran Surabaya 18 Mei 1991 ini terinspirasi sebuah film buatan Jerman yang menggunakan ponsel untuk memilih jalannya cerita. Hanya saja, film itu hanya bisa diputar dalam satu tempat.

‘Sementara film buatan saya ini portable, bisa diputar di Komputer PC atau laptop yang menggunakan sistem OS wondows 7 terinstal .net. Untuk interaktif antara penonton dan aktor menggunakan microfon yang disambungkan dengan computer PC atau laptop tersebut,’terang anak pasangan Heryanto Wirohadi-Merliana.

Dari film close Call ini, Bona berharap penonton bisa merasakan emosi yang disajikan di filmnya.
‘Di sini saya ingin ada komunikasi antara film dan penonton sehingga benar-benar bisa dirasakan,’katanya.

Bona berharap film ini nantinya bisa menjadi sarana hiburan masa depan. Sebab film buatannya ini mampu menjembatani antara dunia nyata dan maya.

Film Close Call ini mampu mengantarkan Bona mendapat predikat cum laude dengan IPK 3,579.
Meski begitu, Bona masih belum puas dengan karya perdananya ini. Ada beberapa kekurangan yang masih akan disempurnakan. Diantaranya adegan interaktif dalam film yang masih terbatas pada satu kata seperti ya, tidak, kanan, kiri dan hei.

‘Ke depan total interaktifnya bisa diperbanyak, tidak hanya tujuh seperti saat ini,’kata Bona yang berencana menggeluti dunia perfilman usai lulus dari Ubaya.

Ongko Citrowinoto, dosen pembimbingnya menilai film karya Bona ini bagus jika dilihat dari level pembuatannya. Begitu pula jika dipandang dari sisi tujuan filmnya. Bahkan dari sisi logo dan alur cerita sudah ada benang merahnya.

‘Yang saya acungi jempol Bona mampu membuat sesuatu yang berbeda dari tugas akhir yang selama ini pernah ada dengan risiko kegagalan yang cukup tinggi. Dan karya TA model interaktif suara ini baru kali pertama saya jumpai,’katanya bangga.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com

Tugas Ahkir Mahasiswa Ubaya,Film Close Call

Surabaya (klikwarta.com) ndash; Jalan cerita film tidak lagi hanya menjadi otoritas sutradara. Dengan teknologi khusus, penonton pun bisa ikut menentukan cerita. Bahkan caranya cukup mudah, cukup dengan perintah suara.

Mahasiswa Program Studi Multimedia Fakultas Teknik Universitas Surabaya, Aditya Bonaficio Calderon untuk tugas akhirnya khusus menciptakan film yang alur ceritanya bisa dipilih menggunakan sensor suara. “Film Close Call yang menjadi tugas akhir saya ini bisa diputar di computer PC atau di laptop yang menggukana system OS windows 7 terinstal .Net,” kata Bona, Rabu (23/10/2013).

Untuk interaktif antara penonton dan aktor menggunakan microfon. Segala macam mic bisa digunakan asal bisa tersambung dengan PC atau laptop yang dipakai untuk memutar film.

Dikatakan Bona, Ia tidak memakan terlalu banyak biaya untuk menyelesaikan TA-nya. “Kerumitannya saat membuat sensor suara penonton yang memakan waktu paling lama,” ujarnya.

Meskipun film Close Call yang dibuatnya mampu menghantarkannya mendapat predikat cum laude dengan IPK terakhir 3,579 namun Bona mengaku masih terdapat beberapa kekurangan. Diantaranya interaktif dalam film ini masih terbatas pada satu kata saja. Misalnya ya, tidak, kanan, kiri, hei, dan lain-lain.

Kekurangan lain dalam film ini adalah jumlah interaktifnya. Close Call yang berdurasi 25 menit ini, total interaktifnya sebanyak 7 kali. “Semoga ke depan ada adik kelas yang bisa menyempurnakan karya saya,” lanjutnya.
Bona menuturkan Close Call menceritakan persahabatan dua mahasiswa dimana salah satunya sedang dirampok sedangkan sahabatnya dihadapkan dalam pilihan dan harus mengambil keputusan yang susah. Judul film ini juga memiliki makna tersendiri bagi Bona.

“Saya memakai bentuk gagang telpon untuk membentuk huruf C karena mempermudah penonton dalam mengingat bahwa film yang saya buat ini interaktif seperti sedang berbicara di telepon dengan actor”, ungkap Bona. Tak hanya itu, jika symbol gagang telpon tadi dihilangkan atau dihapus judul film ini akan berubah menjadi ‘lose all’ yang berarti kehilangan semuanya.

Maksudnya jika pada saat film diputar, namun penonton tidak memilih jalan cerinya dengan sensor suaranya, aktor dalam film tersebut akan kehilangan semua baik sahabat maupun harta bendanya.

Sumber: klikwarta.com