Tas Unik dari Kertas Tyvek fadjar October 21, 2013

Tas Unik dari Kertas Tyvek

SURABAYA ndash; Bosan dengan tas berbahan biasa seperti kulit atau plastik? Mahasiswa desain manajemen produk Universitas Surabaya (Ubaya) Marcella Linardi punya ide unik. Dia membuat tas berbahan kertas tyvek. Kertas itu biasanya dipakai untuk gelang tempat rekreasi atau konser. Kuat dan menarik.

”Materi tyvek terdiri atas banyak serat. Bagus untuk tas dan dompet,” ungkap Marcell. Bahan tyvek sangat ringan dan kuat. Misalnya, tyvek berukuran 5 x 5 sentimeter dengan berat 0,22 gram mampu menampung beban 4ndash;5 kilogram. Selain itu, tahan air, tidak mudah sobek, serta ramah lingkungan. Kelemahan bahan ini adalah mudah kusut. Jadi, butuh ketelatenan.

”Di luar negeri tyvek pernah jadi bahan mata uang. Kini saya coba merancang jadi peranti fashion,” ujarnya. Marcell men- desain tas karyanya dengan natural, namun dinamis. Dipadu dengan anyaman bordir, tas itu terlihat cantik. Salah satunya, desain dengan ornamen suku Dayak yang motifnya bagus.

Menurut Marcell, membuat produk tas dan dompet berbahan kertas tyvek tidak sulit. Prosesnya diawali dengan membuat lipatan. Lalu, membaginya menjadi banyak persegi sesuai dengan ukuran. Kemudian, dipotong satu-satu dengan cutter. Potongan-potongan dan lipatan-lipatan itu direkatkan menjadi satu sesuai dengan pola. Untuk membuat satu dompet, kata Marcell, dibutuhkan waktu tiga hari. Adapun tas jinjing atau tote bag perlu waktu sekitar seminggu. ”Tas ini cocok untuk anak muda, 17 hingga 25 tahun lah,” ungkap dia. (ayu/c10/roz)

Sumber : Jawa Pos

Foto dok. Jawa Pos

Tas Unik dari Kertas Tyvek ala Mahasiswa Ubaya
Reynita Carlina – detikNews

Surabaya – as berbahan kertas sudah menjamur. Tapi tas yang satu ini berbeda dari tas kertas biasanya. Mahasiswa Desain Manajemen Produk Universitas Surabaya (Ubaya) Marcella Linardi, memanfaatkan kertas tyvek untuk membuat tas.

Kertas tyvek biasanya dipakai untuk gelang tempat rekreasi atau nonton konser (Handtag). Apalagi bahan-bahannya bisa didapat di semua toko-toko buku atau toko plastik dan kertas.

‘Materi tyvek terdiri atas banyak serat. Kuat. Jadi bagus untuk tas dan dompet,’ kata Marcell kepada detikcom, Minggu (20/13/2013).

Selain itu, lanjut Marcell, bahan tyvek ini sangat bersifat ringan dan kuat. Tahan air, juga tak mudah robek. Kelebihan lainnya, bahan ini termasuk bahan ramah lingkungan.

‘Kelemahannya bahan ini mudah kusut, jadi butuh ketelatenan,’ lanjutnya.

Marcell mengaku proses pembuatan tas ini tak terlalu rumit. Prosesnya diawali dengan membuat lipatan. Lalu membaginya dengan menjadi banyak persegi sesuai dengan ukuran.

Selanjutnya, satu persatu dipotong dengan pisau cutter. Potongan-potongan itulah yang kemudian direkatkan menjadi satu sesuai dengan polsa.

‘Satu dompet dibutuhan waktu tiga hari. Kalau tas jinjing atau tote bag perlu waktu sekitar seminggu,’ katanya.

Menurutnya, tas buatannya ini pantas digunakan untuk remaja usia 17 hingga 25 tahun. Denga hasil ketrampilannya, Marcell mengaku belum berencana memproduksi massal. ‘Saya lebih fokus kuliah lagi, ambil fashion untuk mengembangkan bakat,’ jelasnya.

Sumber: https://news.detik.com

Mahasiswi Ubaya rancang tas dari kertas ‘tyvek’

Surabaya (ANTARA News) – Mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya), Marcella Linardi, merancang tas dan dompet dari kertas ‘tyvek’ yang merupakan kertas untuk label tas saat disimpan di bagasi pesawat atau gelang kertas di area hiburan.

‘Awalnya, saya menemukan dompet dari kertas tyvek di bandara, tapi bentuknya sangat sederhana, lalu saya mencari informasi tentang kertas tyvek yang ternyata tahan air, ringan, tidak mudah rusak, dan mudah didaur ulang,’ katanya di kampus setempat, Jumat.

Mahasiswi yang mendapat nilai AB untuk tugas akhir (TA) berupa desain tas dan dompet dari kertas tyvek itu menegaskan bahwa dirinya merancang tas dan dompet dari kertas tyvek itu dengan dua pola yakni anyaman kertas tyvek dan bordir bermotif ukiran Dayak pada tyvek.

‘Saya sendiri sendiri tidak bisa menganyam, tapi saya belajar lewat internet, terutama anyaman ala Suku Dayak. Jadi, proses pembuatan tas dan dompet diawali dengan membuat lipatan,’ kata mahasiswi kelahiran tahun 1990 itu.

Cara membuat lipatan adalah mengukur lembaran tyvek, kemudian membaginya menjadi banyak persegi sesuai ukuran yang dibutuhkan menggunakan pensil dan persegi yang telah ditandai pun dipotong satu persatu menggunakan ‘cutter’.

‘Persegi yang telah dipotong itu akhirnya dilipat semua, lalu lipatan-lipatan itu direkat dengan lem menjadi satu sesuai pola. Setelah lipatan jadi, maka proses membuat kertas itu menjadi tas dan dompet pun dimulai,’ katanya.

Tahapannya, lipatan kertas tyvek yang sudah berbentuk pola itu pun diukur dan digunting menjadi bagian dalam tas sesuai pola, lalu menjahit kantong bagian dalam tas dan resleting tas, sedangkan hasil bordiran untuk pegangan dan pinggiran tas pun digunting dan dijahit.

‘Akhirnya, bagian dalam dengan lipatan tyvek bagian luar disatukan dan dijahit dengan teknik sulam anyam. Untuk pembuatan dompet, prosesnya juga relatif sama, namun untuk membuat dompet ada proses menjahit untuk tempat kartu nama dan resleting untuk uang koin,’ katanya.

Mahasiswi yang baru diwisuda pada 12 Oktober 2013 itu mengatakan dirinya merancang tas selama 1-2 minggu sesuai ukurannya, sedangkan dompet bisa selesai dalam 2-3 hari. ‘Saya menggunakan teknik sulam anyam agar tidak mudah kusut dan nyeni (artistik),’ katanya.

Putri pasangan Peter-Handayuni itu memberi merek untuk tas dan dompet rancangannya dengan ‘twist’, dan segmentasi pembelinya adalah wanita dengan tingkat ekonomi B+ dengan range usia 17–25 tahun.

‘Harga untuk produk dompet jika diproduksi massal mencapai Rp199.900, sedangkan tas seharga Rp359.000 untuk tas yang kecil dan Rp419.000 untuk tas yang besar,’ katanya, didampingi dosen pembimbing dan Kaprodi Desain Manajemen Produk, Wyna Herdiyana ST MDs.

Tentang saran dari dosen pembimbing untuk pengembangan produk olahan secara profit, ia mengatakan dirinya masih ingin melanjutkan studi di bidang ‘fashion’. ‘Saya belum berpikir ke sana (profit), tapi saya juga ingin mengembangkan fashion batik,’ katanya.

Editor: Ella Syafputri
Sumber: https://www.antaranews.com

Mahasiswi Ubaya Sulap Tyvek Jadi Tas Dan Dompet

KBRN, Surabaya : Mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya, Marcella Linardi menyulap kertas Handtag menjadi sebuah tas dan dompet yang stylist dan bernilai ekonomi tinggi.

Handtag yang dimaksud adalah bahan Tyvek, yang biasa dijumpai sebagai penanda dalam bentuk gelang tangan, yang dipakai saat memasuki area bermain atau tempat hiburan. Tyvek memiliki karakteristik yang kuat dibandingkat kertas biasa.

Marcella melihat peluang ini untuk menjadikannya sesuatu yang lebih bermanfaat. Selain sebagai bagian dari tugas akhir selama kuliah. Dirinya melihat kertas Tyvek masih belum ada yang melirik untuk menjadikannya sesuatu yang bernilai, sehingga dia mencoba membuat tas dan dompet.

‘Karena kertas tyvek itu awalnya hanya digunakan sebagai hadtag, di Indonesia itu sayang hanya digunakan untuk handtag, karena kertas itu potensial sebagai tas. Ringan, tahan air, memungkinkan adanya sirkulasi udara, dan kuat,’ katanya di kampus Ubaya, Jumat (18/10/2013).

Marcella mengaku butuh perjuangan dan kerjakeras dalam membuat tas dan dompet dari kertas tyvek tersebut. Dirinya membutuhkan waktu sekitar 6-7 bulan untuk menyelesaikan tiga desain karyanya, yakni dua tas dan satu dompet.

‘Prosesnya sekitar enam bulan itu gak termasuk proses pembuatan. Maksudnya enam bulan itu bikin konsepnya yang lama, proses pembuatan mungkin sebulan, sambil cari cari bahan, ama penjahitnya,’ tambahnya.

Sementara itu, diakuinya sampai saat ini belum ada pihak yang menawarkan modal untuk membantu mengembangkan karyanya tersebut. Marcella menamai produknya tersebut dengan nama Twist.

Harga untuk produk dompet jika diproduksi massal mencapai Rp199.900, sedangkan tas kecil dibanderol Rp359.000, dan yang besar dibanderol Rp419.000. (Anik Hasanah/BCS)

Sumber: https://rri.co.id

Kreasi Unik, Tas Tyvek yang Fashionable

Surabaya (beritajatim.com) – Sekilas, tas warna putih berlapis ornamen batik dayak ini nampak seperti tas anyaman biasanya. Tapi, ketika diamati lebih teliti, tas jinjing karya Marcella Linardi ini terbuat dari bahan kertas Tyvek. Kertas yang biasanya dipakai untuk handtag penanda masuk tempat wisata. Lalu apa keunikannya?

Dikatakan Marcella, kertas tyvek punya karakter yang ringan, tahan air dan kuat. Kelebihan lain bahan ini anti sobek tapi ramah lingkungan, sehingga dianggap cocok untuk dibuat tas ataupun dompet yang fashionable.

‘Karena sangat kuat, tas tote bag ini mampu mengangkat beban sampai 4 kg lho. Misalnya beban seperti laptop atau lainnya,’ terang mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) jurusan Desain Manajemen Produk.

Menurutnya, tas ini sangat mudah dibuat. Bahan dasarnya pun mudah dicari ditoko-toko buku. ‘Jadi siapa saja bisa bikin. Asal telaten karena harus satu-satu bikin rangkaian anyamannya,’ akunya saat memamerkan hasil karya perdananya.

Ia terinspirasi memilih bentuk anyaman karena faktor estetika. Kalau dirajut lebih ‘njelimet’ katanya. Sementara, bentuk anyaman, diadaptasi dari bentuk origami kubus. ‘Saya belajar berbagai bentuk origami, hampir selama satu bulan. Ternyata yang paling cocok adalah origami modular,’ jelasnya.

Prosesnya diawali dengan membuat lipatan. Lalu membaginya dengan menjadi banyak persegi sesuai dengan ukuran. Selanjutnya, satu persatu kubus tersebut dirangkai kemudian direkatkan menjadi satu sesuai dengan polsa. ‘Untuk menyelesaikan satu tas hanya butuh waktu efektif sekitar tiga hari. Sedangkan untuk dompet, hanya perlu satu hari saja,’ katanya.

Karena Marcella suka dengan dunia fashion, setelah ini dia berencana memproduksi karya perdananya secara masal. Namun sangat disayangkan, belum banyak pengrajin yang bisa menggarap tas tyvek anyaman seperti ini. Belum lagi, bentuk ornamen dayak pada lapisan kuning tersebut asli dari batik bordir.

‘Dan kelemahannya, tidak banyak penjahit yang mampu menerima jahitan dengan bahan tyvek. Disisi lain, bahan tyvek sangat mudah kusut,’ pungkas gadis yang mengaku akan melanjutkan kuliah di Pison Fashion School.[faf/kun]

Sumber: https://m.beritajatim.com