Pegiat Kewirausahaan Berkumpul di Surabaya fadjar September 24, 2013

Pegiat Kewirausahaan Berkumpul di Surabaya

Pegiat Kewirausahaan Berkumpul di Surabaya

KBRN, Surabaya: Konsumerisme dan Hedonisme telah membuat masyarakat seakan tidak memperdulikan keadaan sosial dan lingkungan. Salah satu inisiatif yang dilakukan untuk memperbaharui situasi di atas adalah dengan membangun dan mengembangkan model ekonomi solidaritas.

Praktek ekonomi yang menempatkan manusia, modal sosial dan keutuhan kehidupan sebagai awal dan akhir dari aktivitas-aktivitas perekonomian.
Berdasarkan bingkai spirit dan nilai-nilai tersebut, Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) menyelenggarakan Temu Kewirausahaan Sosial 2013.

Direktur Eksekutif AKSI, Wahyu Indriyo menjelaskan, pertemuan ini sekaligus sebagai ajang berbagi pengalaman dan keberhasilan para pengusaha, yang akhirnya mampu mengentaskan kemiskinan, terutama pada komunitas komunitas tertentu.

‘Jadi ini sebagai bentuk inisiatif dari usaha usaha komunitas atau usaha usaha akar rumput, bagaimana mereka survive, bagaimana mereka mengatasi masalah masalah sosial. Dan masalah yang terberat adalah masalah kemiskinan, dengan cara cara mereka yang dibilang unik, dan genuine,’ kata Wahyu disela sela Temu Nasional AKSI di Surabaya, Sabtu (21/9/2013).

Sementara itu, para peserta tambah Wahyu, merupakan orang orang yang berhasil tidak hanya membina komunitas komunitas tersebut dari sisi ekonomi, namun juga bagaimana memanfaatkan sesuatu yang dianggap tidak bernilai, menjadi produk yang berguna.

‘Misalnya bagaimana memecahkan masalah lingkungan, bagaimana mengatasi masalah sampah tapi ketika mereka mencoba berinofasi, hasilnya luar biasa. Hasilnya bahwa sampah yang tidak ada artinya justru menjadi suatu yang bernilai,’ tambahnya.

Sementara itu, dari beberapa usaha komunitas yang hadir diantaranya memamerkan aneka kerajinan dari kain perca, atau kain sisa menjadi tas, bad cover maupun dompet. Selain itu, juga ada produk sepatu dari eceng gondok, yang dianggap mengotori sungai.

Acara ini dihadiri ratusan pegiat kewirausahaan dari seluruh Indonesia. Bahkan pegiat kewirausahaan dari Singapura, dan Filipina juga turut hadir dalam acara yang digelar dihalaman perpustakaan Universitas Surabaya ini. (Anik Hasanah/AKS)

Sepatu Eceng Gondok Buatan Anak Punk

KBRN, Surabaya: Apa jadinya jika sepatu atau alas kaki berasal dari limbah eceng gondok? Sebuah komunitas yang terdiri dari anak anak Punk, mampu memanfaatkan limbah eceng gondok menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis dan layak pakai, menjadi sandal dan sepatu.

Kerajinan ini terbilang baru, jika sebelumnya limbah eceng gondok dimanfaatkan sebagai mebel. Namun, sejak awal tahun 2013, komunitas ini berinovasi membuat produk yang lain dari limbah yang mencemari sungai ini.

Meinar salah satu pegiat kewirausahaan sepatu dari eceng gondok ini menjelaskan, awal mula pembuatan sepatu ini adalah tujuan untuk melindungi sumber mata air senjoyo di Salatiga, dengan membersihkan sejumlah eceng gondok. Eceng gondok yang menganggur, akhirnya dimanfaatkan menjadi sebuah produk.

‘Sepatu ini yang bikin anak anak punk. Pembuatannya sendiri paling cepat seminggu dan paling lama dua minggu, kan ada proses pengeringan,’ ungkap Meinar, disela mengikuti Temu Nasional Kewirausahaan Sosial Indonesia di Surabaya, Sabtu (21/9/2013).

Sepatu eceng gondok ini menurut Meinar mendapat respon yang luar biasa dari konsumen. Sampai saat ini tambahnya, pemasaran masih sebatas Salatiga, Semarang, Jogjakarta, dan Jakarta, sedangkan Surabaya baru pertama dirinya mengikuti pameran.

‘Paling mahal Rp 275.000, berbentuk sepatu booth, sedangkan paling murah Rp 90.000, berbentuk sandal,’ tambahnya.

Sampai saat ini, pihaknya mampu memproduksi alas kaki, baik sandal maupun sepatu, sebanyak 50-100 pasang dalam satu bulan. Dan untuk menjamin kualitas, dan kepercayaan konsumen, dirinya memberikan garansi selama satu tahun dengan cuma cuma atau gratis. (Anik Hasanah/AKS)

Sumber: https://rri.co.id