Mahasiswa Ubaya Ciptakan Alat Bantu Lansia ‘Pouger’ fadjar June 18, 2013

Mahasiswa Ubaya Ciptakan Alat Bantu Lansia ‘Pouger’

Penulis : Edy M Yakub

Surabaya (Antara Jatim) – Empat mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) menciptakan alat bantu bagi orang lanjut usia (lansia) dalam menuang air untuk minum atau minum obat yang dinamakan ‘Pouger’ atau ‘Pour The Liguid With Your Finger’.

‘Ya, dengan Pouger ini, maka para lansia dapat menuangkan air dengan satu jari yang ditempelkan teko air dari plastik tanpa khawatir akan tumpah,’ kata anggota tim mahasiswa Ubaya, Steven Sanjaya, di kampus setempat, Senin.

Didampingi tiga rekannya yakni Yoana Kartika Handoko dan Hendro Ongkowijoyo (Teknik Industri FT) serta Kristi Oktiviani (Desain Manajemen Produk FIK), mahasiswa semester 6 Teknik Industri FT Ubaya itu mengaku ide serupa belum pernah ada.

‘Alat bantu untuk lansia yang selama ini ada untuk mandi atau aktivitas kaki, sedangkan untuk menuangkan air untuk diminum atau alat bantu untuk minum obat belum pernah ada. Alatnya sepele tapi fungsinya penting untuk para lansia,’ katanya.

Hal itu, katanya, karena lansia memang identik dengan meminum suplemen dalam setiap harinya, sehingga butuh bantuan orang lain untuk menyiapkan suplemen dan menuangkan air minum karena persendian di pergelanganna sudah lemah.

‘Apalagi, para lansia itu perlu minum minimal 2 liter air putih dalam sehari untuk menjaga kualitas tubuhnya, karena itu kami merancang alat bantu yang dapat dimasuki teko berisi air 2 liter atau lebih,’ katanya.

Agar airnya tidak tumpah, katanya, ada klem penjepit teko itu yang dapat diatur sesuai ukuran teko yang dimasukkan, lalu tinggal dengan sentuhan satu jari sudah dapat menuangkan air ke dalam gelas.

‘Di bagian belakang alat itu ada tiga kotak obat yang siap saji dengan tiga kali minum dalam sehari, karena tiga kotak itu sudah dibagi untuk pagi, siang, dan malam, sehingga bisa diketahui berapa kali minum obat dan berapa liter air yang diminum,’ katanya.

Di bagian bawah alat bantu itu juga diberi karet agar tidak mudah bergerak atau selip yang berfungsi untuk sarana penjungkit yang tidak licin hingga air tidak tumpah, apalagi alatnya juga didesain ergonomis untuk mudah dipakai dan dipindahkan secara nyaman sesuai kebutuhan para lansia.

‘Kami merancang alat bantu Pouger itu selama seminggu di laboratorium, tapi awalnya kami rancang untuk mengikuti lomba ‘Chronics 2013′ yang diadakan UGM Yogyakarta pada 7-9 Juni lalu. Kami menjadi juara kedua setelah UGM dengan menyisihkan 75 peserta,’ katanya. (*)
Editor : Slamet HP

Sumber: https://www.antarajatim.com

Mahasiswa Ubaya Buat Inovasi Produk untuk Lansia

Senin, 17 Juni 2013 18:41:39 WIB
Reporter : Alfadila Ema Yunita

Surabaya (beritajatim.com) – Empat mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) menunjukkan prestasinya diperlombaan Chronics 2013 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 7-9 Juni lalu.

Empat anak yang masuk dalam satu tim ini mampu merebut juara kedua se-Indonesia dengan menciptakan inovasi produk memudahkan lansia menuangkan segala cairan.

Empat anak tersebut diantaranya, Steven Sanjaya, Yoana Kartika, Hendro Ongkowijoyo adalah mahasiswa jurusan Teknik Industri.
Sedangkan satu orang lainnya adalah Kristi Oktiviani mahasiswa Desain Manajemen Produk Ubaya. Mereka berempat selama sebulan menciptakan alat prototype yang diberi nama Pouger dengan terinspirasi model konstruksi kursi goyang.

Pouger adalah alat yang bisa memudahkan lansia dalam menuangkan cairan, tanpa harus mengeluarkan tenaga yang besar. ‘Lansia dianjurkan meminum cairan sebanyak 1,5 – 2 liter per-hari. Kebanyakan manula punya masalah persendian dipergelangannya yang lemah. Karena itu mereka akan kesusahan menuang air, apalagi didalam teko yang berisi air penuh,’ papar Steven saat ditemui di gedung Internasional Village kampus Ubaya, Senin (17/6/2013).

Steven menjelaskan lebih lanjut,oleh sebab itu, dia bersama keiga temannya yang sama-sama sedang menempuh semester enam ini merancang alat bantu Pouger bagi lansia untuk mempermudah menuangkan minuman.

‘Secara bentuk, design Pouger sangat ergonomis. Karena kami memasangkan beberapa karet dibagian bawah kakinya agar tidak licin. Sedangkan tumpuan ada dibelakang, sehingga memungkinkan para manula tanpa meminta bantuan orang lain untuk menuangkan minuman,’ terang Steven.

Selain itu, didesain secara khusus dengan handle yang bisa sesuai besaran teko air minum. Sebagai penunjang, dibagian belakang juga disediakan tiga kotak obat berukuran mini yang dapat membantu manula menyimpan suplemen atau obat-obatan. Bahan yang dipakai membuat alat ini juga kualitasnya baik. Bahannya antara lain plastik HDPE untuk badan alat, dan plastik PP yang higienis untuk bahan kotak obat.

‘Kami mendapat juara kedua ditingkat nasional se-Asia Pasifik. Jika ini diproduksi secara massal, kami juga sudah memperkirakan sekitar 70 ribu rupiah perbuah. Ya kami berharap ada perusahaan yang mau menarik ide produk kami untuk diproduksi secara massal,’ tambah Yoana salah satu pencipta Pouger.[faf/ted]

Sumber: https://www.beritajatim.com

Pouger, Alat Bantu Lansia Karya Mahasiswa Ubaya

SURYA Online, SURABAYA – Orang lanjut usia (lansia) seringkali direpotkan dengan aktivitas minum obat setiap hari. Rutinitas krusial ini sering terlupakan hanya karena tidak ada pembantu yang menuangkan minuman. Dengan alat hasil karya mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya), kesulitan itu bisa diatasi.

Alat ini diciptakan Steven Sanjaya, Yoana Kartika Handoko, Hendro Ongkowijoyo dan Kristi Oktiviani, mahasiswa jurusan Teknik Industri dan Jurusan Desain Manajemen Produk, Ubaya.

Alat yang dinamakan Pouger (pour the liquid with your finger ) ini memiliki desain yang ergonomis dengan titik-titik yang dilengkapi karet agar tidak licin serta handle yang menyesuaikan besaran teko air minum.

Cara memakainya tinggal membuka teko dan mendorong ke depan. Dengan sendirinya bagian alat condong ke depan dan teko akan menuangkan minuman ke dalam gelas yang sudah diletakkan di bagian depan alat. Setelah air di gelas penuh, teko bisa ditarik lagi ke belakang tanpa harus mengerahkan banyak tenaga.

Alat ini dilengkapi kotak obat di bagian belakang yang dibuat transparan sehingga memudahkan lansia untuk melihat persediaan obatnya.

Yoana Kartika Handoko mengungkapkan ide penciptaan alat ini berawal ketika salah satu keluarganya mengalami kecelakaan saat mengangkat teko untuk di tuang di mug tinggi saat akan minum obat.

”Dari situ saya berpikir perlu ada alat untuk memudahkan lansia minum obat karena tidak mungkin membawa teko yang berat mengingat pergelangan tangannya tidak cukup kuat,”kata mahasiswa Teknik Industri saat ditemui di kampusnya, Senin (17/6/2013).

Ide itu akhirnya dikembangkan bersama teman-temannya dengan membuat prototipe nya lebih dahulu. Prototipe pouger itu berbahan kayu yang masih berat. Ke depannya mereka sudah merancang penggunaan high density polyethylene untuk bentuk utamanya serta Polypropylene untuk kotak obat (vitamin).

Untuk mendapatkan bentuk ideal yang ada saat ini, mereka harus mengulanginya tiga kali. Kendala utamanya terletak pada mekanisme jungkat jungkit yang sebelumnya tidak seimbang.

”Memang tidak mudah untuk membuatnya karena ini menggantikan beban tumpuan pegangan tangan dengan mekanisme jungkat -jungkit. Jadi, bentuknya harus benar-benar tepat,”katanya.

Setelah mendapat bentuk ideal, mereka direpotkan dengan bagian bawah yang sering slip. Masalah itu teratasi dengan penambahan karet di bawahnya.

Karya ini meraih juara dua dalam lomba Chronics 2013 yang digelar di Universitas Gajah Mada, Jogjakarta beberapa waktu lalu. Produk ini dinilai memiliki desain yang unik, ergonomis, manufacturbility serta ekonomis.

Di lomba ini, mereka mengalahkan 75 produk alat bantu lansia lainnya. ”Tahun ini kami sebagai satu-satunya PTS yang lolos di semifinal. Ini sangat membanggakan bagi kami,
Semoga tahun depan adik kelas bisa mendapat juara satu,”sebut Yoana.

Keempat mahasiswa ubaya ini membuka tangan bagi investor untuk mengembangkan temuan ini agar bisa diproduki masal. Mereka bahkan sudah menghitung biaya produksi dan harga jual jika diproduksi massal.

”Jika diproduki minimal 10.000 unit per tahun, kami bia menaksir harga pokok produksinya Rp 20.000 dan harga jual sudah termauk profit margin bisa sekitar Rp 70.000 per unit,”sebut Hendro.

Namun, sebelum pada produksi masal, mereka bertekat akan memintakan sertifikat hak ata kekayaan intelektual (haki) atas karyanya agar tidak dijiplak pihak luar.

Markus Hartano, dosen pembimbing berharap inovasi ini bisa memberi pemahaman mayarakata kan pentingnya produk yang ergonomis untuk segala ragam usia.

Penulis : Musahadah
Editor : Parmin

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com