Sulap Kulit Durian Jadi Aksesori fadjar March 6, 2013

Sulap Kulit Durian Jadi Aksesori

Sulap Kulit Durian Jadi Aksesori

SURABAYA – Banyak limbah yang dimanfaatkan menjadi barang berharga. Salah satunya, kreasi kulit durian ala Shella Christy Widodo. Mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya) jurusan desain manajemen produk itu mengubah kulit buah berduri tersebut menjadi aksesori seperti kalung, gelang, anting-anting, dan cincin.
Untuk membuat karya tugas akhir itu, perempuan kelahiran 24 Desember 1990 tersebut membutuhkan waktu selama satu semester. Hari ini tugas akhir itu akan diujikan.
Shella menceritakan, keputusannya memilih tema tugas akhir tersebut berawal dari ketidaksengajaan. Sekitar enam bulan lalu, saat melakukan perjalanan ke Trawas, dia melihat banyak kulit durian yang dibuang begitu saja di tempat sampah. Hal serupa terlihat tak jauh dari kediamannya di Sidoarjo.
”Sebenarnya, saya hobi makan durian dan sering melihat kulitnya keleleran. Tapi, saya baru tergerak untuk membuat karya dari limbah itu sekitar enam bulan lalu,” ungkapnya.
Kebetulan, dia juga penyuka fashion. Jadilah ide kombinasi antara limbah kulit durian dan aksesori fashion. Eksperimen pun dia lakukan untuk menghasilkan karya yang terbaik.
Bungsu di antara dua bersaudara itu berniat mengomersialkan hasil karyanya. Tetapi, dia masih menunggu komentar para dosen terhadap karya tersebut. Sebab, hingga saat ini baru dosen pembimbingnya yang bernama Maharani Dian Permanasari yang paham detail karya itu. Dia mengaku masih butuh masukan dari lebih banyak dosen dan pakar industri kreatif. (rio/c8/fid)
Sumber: Jawa Pos, 6 Maret 2013
Kulit Durian Disulap Jadi Perhiasan Etnik
SURABAYA-Buah durian, pasti banyak yang suka. Namun, seringkali banyak yang tak peduli dengan limbah kulit durian. Hal itu menginspirasi mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya), Shella Christy W, membuat karya inovatif. Dia membuat limbah kulit durian menjadi perhiasan yang cantik dan etnik.
Karya Shella ini memang cukup spektakuler. Sebab, kulit`durian identik dengan duri-duri yang tajam. Tapi, dia berhasil mengolah dengan cantik. Dia menciptakan satu set perhiasan, yang terdiri atas kalung, gelang, cincin, anting, dan hiasan kepala dari kulit durian.
‘Ide ini bermula dari kegemaran saya memakan buah durian. Setiap kali saya berburu durian di daerah Trawas, saya sering melihat tumpukan sampah kulit buah durian terbuang sia-sia. Dari situ, saya berusaha untuk melakukan inovasi menggunakan kulit durian ini,’ kata Shella, Selasa (5/3).
Untuk membuat perhiasan ini, kata Shella, membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Dan agar hasilnya bagus, dia tidak bisa langsung membuat karya yang jadi bagus dan cantik begitu saja.
‘Saya mencoba banyak cara dan teknik. Mulai dari menggoreng, membakar, mengukus, dan lain-lain,’ terangnya.
Dari berbagai cara coba-coba itu, dia sempat praktik sekitar satu semester. Dan baru dia sreg menggunakan teknik mengolah dengan mengukus kulitnya.
Awalnya kulit durian dicuci bersih dan didiamkan tiga hari. Setelah itu, dikeringkan dua hari. Baru dikukus maksimal 2 jam. Setelah itu, kulit durian
digunting per ruas duri dan dipalu sampai gepeng. Ini dilakukan agar serat tidak putus. Lantas, bagian satu dengan yang lain dikaitkan dengan senar tipis, disesuaikan dengan model.
‘Untuk merekatkan, maka menggunakan lem G. Nanti, di bagian akhir, dipernis. Jadi lebih bagus hasilnya,’ tuturnya.
Jika sudah paham, terang Shella, proses pembuatannya hanya dua minggu saja. Dia sendiri membutuhkan biaya Rp 390 ribu untuk pembuatan karya ini.
Ke depan, Shella mengaku ingin mengembangkannya sebagai sebuah peluang bisnis. Dia memang sempat terobsesi ingin membuat furniture dari limbah kulit durian. Namun, kali ini akan lebih fokus ke pembuatan perhiasan dulu.
Apakah bau durian bisa hilang? Ditanya hal itu, Shella menjelaskan, dalam proses pengukusan, aroma durian berubah seperti dodol. Sehingga, jika sudah sampai finishing, sudah tidak berbau lagi.
Sementara itu, dosen pembimbing Shella, Maharani Dian Permanasari menyatakan, dia berharap karya Shella ini bisa berlanjut ke wirausaha. Saat
ini, sudah mulai banyak yang melirik karena bentuk dan modelnya yang etnis. ‘Peluangnya sangat besar karena ramah lingkungan. Dan harapannya, nanti Shella bisa memanfaatkan pengrajin lokal untuk mengurangi limbah sampah,’
tuturnya. (nin)
Sumber: Radar Surabaya
Kulit Durian Disulap Jadi Perhiasan Etnik
SURYA Online, SURABAYA – Kulit durian yang selama ini terbung percuma. Di tangan Shella Christy Widodo, berubah menjadi perhiasan cantik.
Ada kalung, gelang, cincin, anting-anting hingga hiasan rambut yang dibuat mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Surabaya (ubaya).
Bentuk dan modelnya tak kalah dengan perhiasan emas atau perak yang dijual di mal-mal.
Shella, panggilan gadis asal Sidoarjo ini mengaku mendapat ide membuat perhiasan dari durian setelah melihat banyak kulit durian yang terbuang sia-sia di kawasan Trawas. ‘Kebetulan saya penggemar durian. Jadi pas melihat itu kok sayang ya,’kata gadis kelahiran Semarang ini.
Shella lalu berpikir untuk membuat sesuatu dari durian. Karena menyukai aksesoris, Shella lalu mencoba mengolah kulit durian itu menjadi aksesoris. ‘Ternyata setelah saya amati, lebih cocok untuk perhiasan, jadi buat ini aja,’katanya sambil menunjukkan kalung etnik yang dibuatnya.
Sumber: https://surabaya.tribunnews.com/
Mahasiswi Ubaya Rancang Perhiasan dari Kulit Durian
Surabaya (AntaraJatim) – Mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya), Stella Christy W, merancang perhiasan dari olahan kulit buah durian, seperti kalung, gelang, anting-anting, cincin, dan hiasan rambut.
‘Saya memang suka durian, karena itu saya sering melihat kulit durian dibuang begitu saja, padahal jumlah kulit durian lebih banyak daripada isinya,’ katanya di kampus setempat, Selasa.
Mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Ubaya itu menjelaskan pengalaman yang dilihatnya saat membeli durian di Trawas, Mojokerto itu memunculkan ide baru.
‘Karena itu, saya mengajukan tema olahan kulit durian kepada Ibu Maharani Dian Permanasari S.Ds M.Ds selaku dosen pembimbing dan beliau tidak keberatan,’ katanya.
Bahkan, gadis kelahiran Semarang itu berencana mengembangkan hasil kreasi yang mirip ‘jewerlly’ bernilai mahal itu untuk wirausaha setelah dirinya selesai mengikuti ujian pada 6 Maret.
‘Apalagi, proses pembuatannya tidak begitu sulit, karena hanya membutuhkan ketelitian dalam memilih kulit durian yang bebas dari kebusukan ketika dibiarkan dalam beberapa hari,’ katanya.
Namun, kulit durian pilihan itu dicuci lebih dulu sampai bersih tanpa detergen, lalu didiamkan untuk melihat perubahan warna kulit yang semakin kecokelatan.
‘Setelah itu, kulit durian kecokelatan itu dijemur di bawah sinar matahari, kemudian dikukus untuk menghilangkan kandungan air dan getah. Kalau dimasak dengan air akan bergetah, tapi kalau dikukus akan hilang getahnya,’ katanya.
Tahap berikutnya bergantung dari model perhiasan yang diinginkan. Ada yang ditumbuk, ada yang dirapikan dengan cara digunting sesuai keinginan, baik guntingan pendek maupun guntingan memanjang. ‘Kalau ingin warna kulit durian yang putih perlu direndam pemutih dulu,’ katanya.
Sebelum dibentuk sesuai keinginan, katanya, diberi lem dulu agar tidak mudah pecah saat digunting untuk berbagai model, seperti model lingkaran atau model gulungan (linting).
Akhirnya, model yang dihasilkan itu pun dirangkai dalam berbagai bentuk, apakah trapesium, kubus, segitiga, dan sebagainya. ‘Tahap terakhir dikaitkan antara duri satu dengan duri yang lain dengan menggunakan tali senar tipis,’ katanya.
Ia menambahkan ada bentuk perhiasan yang diberi kasa tipis atau lem agak tebal agar pengguna tidak merasa gatal atau lecet bila memakai perhiasan dari olahan kulit durian itu.
Kreasi itu dipuji dosen pembimbingnya, Maharani Dian Permanasari S.Ds M.Ds. ‘Peluangnya sangat besar karena sekarang pecinta perhiasan sudah mulai demam produk ramah lingkungan. Selain itu, Stella bisa memanfaatkan perajin lokal dan mengurangi sampah,’ katanya. (*)
Editor : Masuki M. Astro
Sumber: https://www.antarajatim.com/
Wow, Kulit Durian Disulap Jadi Perhiasan Unik
suarasurabaya.net – “Prosesnya sederhana kok. Tapi memang sangat membutuhkan ketelitian sekaligus kesabaran. Untuk model-model tertentu, tekstur kulit buah Durian yang berduri-duri itu justru memberikan kesan semakin unik”.
Shella Chrity W, mahasiswa jurusan desain manajemen produk fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya), Selasa (5/3/2013) menyampaikan itu tentang desain produksi perhiasan karyanya yang berbahan dasar kulit buah Durian.
Setelah dilakukan pencucian tanpa menggunakan detergent, hanya dengan air bersih saja, kulit buah Durian dikeringkan di ruangan tertutup. Setelah terlihat kecoklatan, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari.
“Untuk menentukan model dan bentuknya seperti apa, maka ada proses pengguntingan bagian kulit buah Durian tersebut atau langsung dihaluskan untuk kemudian dibentuk sesuai kebutuhan,” terang mahasiswi kelahiran Semarang ini.
Menggunakan senar tipis, setiap bagian kemudian dirangkai, sehingga terbentuk berbagai barang perhiasan. Mulai dari kalung, cincin, anting hingga asesories rambut, dengan bentuk dan model yang berbeda-beda.
“Kendala paling besar adalah proses penghilangan getah buah Durian. Karen ajika tidak bersih benar maka akan berdampak pada rasa gatal yang mungkin terjadi saat perhiasan dikenakan. Oleh karena itu butuh berulang pemeriksaan apakah getah betul-betul sudah lepas dari kulit buah Durian,” lanjut Shella saat berbincang dengan suarasurabaya.net.
Sementara itu, bagi Maharani Dian Permanasari S.Ds.,M.Ds, dosen pembimbing Stella, karya perhiasan berbahan dasar kulit buah Durian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat bahwa sampah tidak selamanya hanya sekedar sampah.
‘Semoga olahan berbahan dasar kulit buah Durian ini menginspirasi masyarakat untuk membuat atau menciptakan karya lainnya dari bahan-bahan tidak terpakai. Dna perlu diingat bahwa karya hand made punya nilai jual tinggi,’ ujar Maharani.(tok)
Sumber: kelanakota.suarasurabaya.net