MENELUSURI SITUS LELUHUR (2-HABIS)- Ekspedisi UTC Temukan Candi Tanpa Nama fadjar November 9, 2012

MENELUSURI SITUS LELUHUR (2-HABIS)- Ekspedisi UTC Temukan Candi Tanpa Nama

MENELUSURI SITUS LELUHUR (2-HABIS)- Ekspedisi UTC Temukan Candi Tanpa Nama

Penemuan ini sangat berharga karena bisa menuntun masyarakat menelusuri jejak- jejak kejayaan masa lalu. Situs purbakala ini tidak hanya bercerita tentang Majapahit. Goresan-goresan yang ditemukan pada bongkahanbongkahan batu menunjukan bukti kekuasaan kerajaankerajaan di Mojokerto.Kerajaan- kerajaan itu silih berganti menjadikan Gunung Penanggungan sebagai lokasi strategis dalam mengatur pemerintahan dan peribadatan. Fakta tersebut masih melekat sampai sekarang,karena bukti-bukti peninggalan masih sangat banyak.

Bahkan para arkeolog terus memburu lokasi-lokasi bersejarah yang menggambarkan kehidupan kerajaan-kerajaan pra Majapahit atau zaman Majapahit sendiri.Keinginan mengabadikan sejarah para arkeolog mulai mendapat sambutan dari berbagai kalangan,salah satu instansi yang peduli mengabadikan zaman purbakala adalah Universitas Surabaya (Ubaya). Ubaya menginginkan bukti sejarah masa lalu ini tetap dilestarikan. Mereka mengandalkan beberapa tenaga muda untuk ikut menggali buktibukti sejarah masa lalu.Mereka adalah,Akhmad khuzaini, Nurul Hidayati,Arif Yudha, dan Dian Dwi Cahya.

Mereka dipimpin Kusworo Rahadian yang menjadi Konsultan Development untuk Experiencial Learning Program Ubaya Training Center (UTC). Pencari bukti sejarah ini juga dibantu arkeologi asal Inggris bernama Hadi Sidomulyo atau Nigel Bullough. Arkeolog ini telah bertahun- tahun mendalami situssitus yang ada disekitar Gunung Penanggungan.Banyak penemuan yang telah diabadikan, bahkan sebagian penemuannya telah dibukukan kedalam buku berjudul ‘Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca’.

Dengan bantuan arkeolog senior ini,kerja tim UTC menjadi lebih mudah. Berbagai penemuan telah dihasilkan dengan baik.Bahkan tim ini telah menemukan ‘candi tanpa nama’ di sekeliling Gunung Penanggungan. Posisi candi masih alami, hanya berbentuk reruntuhan yang tidak beraturan.Dalam catatan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal),candi tersebut tidak tercatat.Namun,dalam buku peta milik Belanda,candi yang berada di Gunung Penanggungan ini sudah diketahui. Tetapi petunjuknya hanya berupa nomor-nomor dan tidak menyebutkan nama candi atau letak candi secara jelas.

Penemuan ini dinilai sebagai penemuan yang istimewa, karena tidak semua arkeolog bisa menemukan lokasi yang berkaitan dengan sejarah masa lalu kerajaan-kerajaan di Mojokerto.Sampai saat ini,situs peninggalan masa lalu itu masih belum diketahui secara jelas zaman peninggalannya. Pasalnya,posisi batu dan bukti- bukti lain belum bisa dikumpulkan. Arkeolog-arkeolog masih terus melakukan penggalian untuk mengetahui secara mendalam tanda-tanda yang tergoreskan di batu maupun benda-benda lain. Lokasi candi ini masih belum tersentuh masyarakat, karena jalan menuju ke candi tersebut sangat terjal dan memiliki tingkat kesulitan yang lumayan berat.Jarak tempuh yang dibutuhkan untuk bisa sampai ke lokasi sekitar sepuluh jam jalan kaki.

”Ini adalah penemuan yang istimewa,kami sangat bangga dengan kerja tim,”tutur Kusworo Rahadian yang menjadi Konsultan Development untuk Experiancial Learning Program Ubaya Training Center (UTC). Dari penemuan-penemuan candi itu akan dilestarikan. Ubaya yang menjadi pelopornya dengan membentuk ‘Archeological Trail’.Artinya, Ubaya akan menyatukan lokasi- lokasi candi menjadi sebuah kawasan pariwisata yang dibiayainya. Wisatawan nantinya akan diajak berkeliling untuk mengetahui lokasi-lokasi candi dengan pendakian Gunung penanggungan.

Diantara bentuk wisatanya adalah membagi Gunung Penanggungan menjadi beberapa blok,misalnya Blok Genting dan Blok Gajah Mungkur. Untuk Blok Genting akan meliputi beberapa candi yang berada disebelah utara Gunung Gajah Mungkur,Gunung Bekel,dan Gunung Penanggungan sendiri.Situs-situs purbakala yang terletak didaerah ini kebanyakan berada di kawasan pertanian penduduk. Kemudian ada lagi Candi Jolotundo yang berada sekitar tahun 977 Masehi.

”Semua akan tertata dengan baik.Kami akan melindungi situs purbakala dengan cara kami, kami tidak ingin ada yang melakukan perusakan,” katanya. Sebagai langkah awal,proses mengabadikan sejarah dilakukan dengan cara memasang dalam bingkai-bingkai foto.Saat ini,UTC telah melakukan pameran-pameran foto tentang keberadaan candi-candi disekitar Gunung Pe-nanggungan di Kampus III Ubaya. Para pendatang yang datang ke lokasi kampus seluas 40 hektare di Trawas Mojokerto ini,akan dituntun melihat fotofoto situs penemuan arkeolog. Tim UTC akan menceritakan proses pencarian candi hingga goa,serta memberitahukan kemunculan candi pada masa kerajaan.

Dengan panduan itu,masyarakat bisa ikut belajar sejarah dan secara langsung akan mencintai sejarah kemudian melestarikannya.” Jadi belajar bukan hanya di kampus atau sekolah,di luar juga bisa,”kata Rektor Ubaya Prof.Ir.Joniarto Parung, PhD. Joni panggilan akrab Prof. Ir.Joniarto Parung,PhD yakin, terobosan yang dilakukan Ubaya akan membantu dalam melestarikan budaya.Karena, banyak kekayaan alam yang harus dipertahankan seperti keberadaan candi,resi (orang suci),raja,dan bukti lain kebesaran bangsa.

”Kita akan menyiapkan dana untuk melestarikan khasanah kekayaan alam ini.Sejarah lebih penting dari kebutuhan lainnya,” paparnya.

ARIEF ARDLIYANTO
Surabaya

Sumber: https://www.seputar-indonesia.com


Penanggungan Archeological Trail (PAT) – Ubaya Training Centre (2/Habis) 100 Monumen Ditemukan, yang No Name Dicatat dan Dikubur Lagi

Kawasan Gunung Penanggungan, Pasuruan, kental dikenal dengan keberadaan berbagai situs peninggaan era zaman Majapahit. Sebab di lokasi ini banyak ditemukan situs-situs purbakala. Dari hasil catatan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), ada 100 monumen yang sudah ditandai, terdiri dari 53 penanda dan 47 situs candi.

LAININ NADZHIROH
Wartawan Radar Surabaya

CANDI Selo Kelir hanya satu dari hampir 100 penanda situs di lereng Gunung Penanggungan yang sudah diberi nama. Masih banyak berbagai situs lain yang ditemukan. Bahkan beberapa waktu lalu, tim dari PAT Ubaya Training Centre berhasil menemukan lokasi candi yang masih belum diberi nama. ‘Kita sempat memotretnya. Kami yakin, itu adalah salah satu penanda tempat pemujaan,” terang konsultan Development and Experiencial Learning Program Adventure PAT UTC, Kusworo Rahardian.

Kusworo bersama timnya yakni arkeolog yang juga penasihat PAT UTC Hadi Sidomulyo atau Nigel Bulough asal Inggris, intensif memberikan perhatian pada situs-situs peninggalan zaman Majapahit itu. Bersama timnya, Kusworo ingin melestarikan peninggalan budaya nenek moyang yang luhur tersebut.

Menurut Kusworo, ada banyak penanda situs dari era Majapahit yang ditemukan di Penanggungan. Seperti gapura Jedong, Jedong I, Candi Umpak Wolu, Candi Pasetran, dan Blok Kedungudi.

100 Monumen

Gua Macan yang berada di sekitar Gunung Kemuncup juga menjadi daya tarik tersendiri. Ada pula Candi Belahan Gapura Ayang merupakan peninggalan abad 14-15, masa kerajaan Majapahit akhir. “sejak tahun 1952, keberadaan situs-situs itu sudah pernah dipetakan oleh Belanda. Lantas di-refresh lagi oleh Bakosurtanal sekitar tahun 1970-an,” terang Kusworo.

Selain Kusworo dan Nigel Bulough, tim PAT UTC juga terdiri dari nama Akhmad Khuzaini, Nurul Hidayati, Arif Yudo, dan Dian Dwi Cahyo. Mereka adalah orang-orang yang awalnya suka mendaki gunung. Namun, dalam perjalanan waktu, mereka mulai jengah hanya mendaki gunung. Begitu ada PAT UTC yang berkonsep edukasi dengan dikemas ala adventure, mereka pun tertarik untuk bergabung.

Dijelaskan Kusworo, situs-situs yang ditemukan biasanya akan dicatat dan dilaporkan ke pihak BP3 Trowulan. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pencurian. “jika kita menemukan situs, maka kita catat dan laporkan. Lantas kita uruk lagi dengan tanah demi keamanan situs yang kita temukan dari tindak pencurian orang-orang tak bertanggung jawab,” katanya.

Dari sekian banyak penemuan situs tersebut, terang Kusworo, banyak petunjuk yang memperlihatkan bahwa situs tersebut merupakan peninggalan purbakala sebelum zaman Majapahit. Seperti Goa Buyung di sekitar Candi Selo Kelir. Di dalam goa muncul beberapa kesamaan dengan peninggalan zaman Majapahit. Seperti bentuk ukiran dan bahan batu-bata dari batu andesit. Selain itu, tanda-tanda kebesaran peninggalan purbakala sebelum Majapahit terlihat dengan adanya bentuk bangunan berteras tujuh dan terbuat dari batu andesit. Batu-batu ini muncul pada zaman Hindu sebelum Majapahit.

Kusworo menambahkan, kawasan Penanggungan dipilih sebagai lokasi PAT UTC karena memiliki banyak factor pendukung. Antara lain tempat yang nyaman dan mudah diakses, cuaca yang tidak terlalu ekstrem, dan tingkat safety yang bagus. “jika ada anggota yang bleeding (pendarahan/terluka, red), maka akan cepat evakuasinya. Kekayaan materi edukasinya juga bagus,” ucapnya. (*rie/jay)

Sumber:
Radar Surabaya
Selasa, 6 November 2012