Empat Pola Didik Anak: Ayah dan Bunda Harus Kompak fadjar October 11, 2012

Empat Pola Didik Anak: Ayah dan Bunda Harus Kompak

KELUARGA merupakan pendidikan pertama bagi anak. Peran orang tua sangat besar dalam membentuk karakter mereka. Bagaimana gaya pengasuhan yang diterapkan ayah dan bunda, aturan dalam keluarga, interaksi yang terbentuk, itu semua menentukan perkembangan anak.

Psikolog Monique Elizabeth Sukamto SPsi MSi menjelaskan, gaya pengasuhan terbagi dalam empat macam. Yaitu, otoriter (membatasi dan menghukum, menuntut anak untuk menuruti perintah orang tua dan tidak memberikan peluang yang besar kepada anak untuk berbicara. Kedua, otoritatif (mendorong anak mandiri, tetapi masih menetapkan batas dan pengendalian atas perilaku anak. Orang tua menunjukkan kehangatan dan kasih sayang kepada anak).

Pola yang ketiga, permissive indifferent (orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak merasa keberadaan mereka tidak begitu penting bagi ortu) serta permissive-indulgent. Yakni, ayah dan bunda sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batasan/kendali terhadap anak. Anak tidak belajar untuk mengendalikan diri dan selalu ingin kemauannya dituruti. ”Yang ideal adalah otoritatif. Sebab, kontrol orang tua dan penerimaan terhadap anak seimbang,” ujar dosen psikologi Universitas Surabaya tersebut.

Dalam penerapannya, lebih mudah apabila antara ayah dan bunda sejalan, yaitu memiliki gaya pengasuhan yang sama-sama otoritatif. Yang menjadi problem adalah ketika gaya pengasuhan ayah dan bunda berbeda. Misalnya, ibu menerapkan disiplin dan aturan-aturan dalam keluarga, sedangkan ayah cenderung permisif. ”Contoh, ibu menerapkan aturan kepada anak untuk selalu mencuci kaki dan tangan sebelum tidur. Namun, ayah membolehkan anak tidak melakukannya. Atau, ibu membatasi anak menonton televisi sampai pukul 8 malam, sedangkan ayah membiarkan anak menonton sampai larut malam. Anak akan bingung,” papar Monique.

Menurut ibu dua anak tersebut, orang tua hendaknya menyepakati pola asuh yang diterapkan kepada buah hatinya, saling mengisi, dan berbagi peran. Mengasuh dan mendidik anak bukan tanggung jawab salah satu. Ayah dan bunda punya peran dan tugas yang sama. ”Saling mengisi juga bukan berarti berbeda gaya pengasuhan. Jika salah satu sangat tegas, satunya sangat permisif, justru akan membuat anak bingung dan tak nyaman,” lanjutnya.

Ketika anak merasakan perbedaan pola asuh dari ayah dan ibunya, dikhawatirkan interaksi dalam keluarga tidak berjalan optimal. Bisa jadi, anak akan
cenderung memilih untuk dekat dengan yang permisif. Sementara itu, sosok ortu yang lebih tegas akan dijauhi. Atau, anak hanya akan menaati aturan ketika sosok yang dia takuti ada di rumah. ”Padahal, yang diperlukan bukan anak takut kepada ortu, melainkan anak bisa memiliki pengendalian diri yang bagus serta tetap dekat dengan orang tuanya,” terang Monique.

Apabila ayah bekerja, sedangkan bunda adalah ibu rumah tangga sehingga intensitas waktunya lebih banyak bersama anak, ayah tetap harus berperan dalam
menerapkan pola asuh untuk anak. Kerja sama atau bagi tugas antara ayah dan bunda bisa dilakukan dalam hal apa saja.

”Ayah yang mengantar anak ke sekolah, ibu yang menyiapkan keperluan anak. Atau, ayah membantu anak belajar, ibu memperhatikan masalah kesehatan anak,”
tutur Monique memberi contoh.

Kuncinya adalah kesepakatan antara ayah dan bunda serta konsistensi dalam menerapkannya. Apabila orang tua bekerja sehingga anak juga diasuh pihak ketiga (nenek kakek, om, tante, atau pengasuh), komunikasikan pula gaya pengasuhan dan aturan tersebut kepada mereka. (nor/c14/ayi)

Sumber: Jawa Pos, 6 Oktober 2012