Waktu Seleksi Terlalu Mepet dengan Penerimaan Maba
SURABAYA ndash; Tingkat keterserapan beasiswa bidik misi untuk perguruan tinggi swasta (PTS) masih rendah. Salah satu penyebabnya, Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud terlambat menyosialisasikan mekanisme penerimaan beasiswa untuk siswa berprestasi yang berasal dari keluarga tak mampu itu.
Kondisi tersebut, salah satunya, terjadi di Universitas Surabaya (Ubaya). Hingga proses seleksi beasiswa itu berakhir, hanya sebelas mahasiswa yang diterima
untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Padahal, kuota bidik misi Ubaya sebanyak 16 mahasiswa. ”Waktunya mepet. Penerimaan mahasiswa baru di kampus kami sudah selesai,” kata Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung yang ditemui setelah menghadiri Lustrum VI Fakultas Psikologi Ubaya Kamis lalu (4/10).
Sosialisasi mengenai mekanisme penerima beasiswa bidik misi baru diterima PTS sekitar akhir Agustus. Itu berarti, PTS hanya memiliki waktu sekitar tiga minggu untuk menyeleksi dan memverifikasi para pendaftar bidik misi.
Prof Joniarto Parung menyatakan kesulitan untuk mencari mahasiswa yang cocok dengan kriteria penerima beasiswa bidik misi tersebut. Misalnya, syarat penghasilan orang tua maksimal Rp 3 juta sebulan. Rata-rata memang orang tua mahasiswa yang berkuliah di Ubaya punya penghasilan lebih dari itu.
Guru besar bidang supply chain itu mengungkapkan, akhirnya beasiswa tersebut diberikan kepada mahasiswa yang telah menerima beasiswa dari Ubaya. Mereka memang berasal dari keluarga tidak mampu, tetapi punya prestasi di sekolah yang bagus. Selama ini, kampus memberikan bantuan berupa keringanan untuk pembiayaan uang gedung dan SPP. ‘Nanti beasiswa bidik misi itu bisa digunakan untuk biaya bulanan,’ kata dia.
Mahasiswa bidik misi menerima bantuan Rp 600 ribu tiap bulan. Jumlah tersebut merupakan bagian dari Rp 6 juta tiap semester yang digelontorkan bagi penerima beasiswa itu. Namun, Rp 2,4 juta di antaranya digunakan untuk biaya pendidikan.
Joniarto menuturkan, sebenarnya jumlah dana tersebut cukup jauh dari satuan biaya di Ubaya. Setidaknya, untuk satu semester, mahasiswa membutuhkan
dana Rp 9 juta. Dana itu meliputi biaya SPP, praktikum, fasilitas-fasilitas, dan aneka komponen pembiayaan lain.
Selain Ubaya, ada tujuh PTS lain di Jatim yang mendapatkan alokasi bidik misi. Yaitu, STIE Perbanas, Stiesia, Universitas Malang Kucecwara, Universitas Widya Mandala (UWM), UPN, UK Petra, dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Di Perbanas, kuota bidik misi berhasil terpenuhi meski mereka dengan susah
payah mengadakan rekrutmen. Kuota Perbanas sebanyak 15 mahasiswa.
Menurut Ketua STIE Perbanas Surabaya Tatik Suryani, pihaknya tak mungkin mengadakan seleksi atau rekrutmen calon mahasiswa baru untuk bidik misi. Sebab, tahun ajaran sudah berjalan. Karena itu, pihaknya memberikan beaiswa tersebut kepada mahasiswa yang sudah diterima di kampus itu. ‘Tapi, mereka benar-benar tidak mampu dan berprestasi,” jelasnya.
Proses rekrutmen bidik misi telah tuntas. Saat ini, kata dia, penerima bidik misi sudah mengikuti perkuliahan. Tatik berharap, penerima beasiswa tersebut bisa memaksimalkan kesempatan yang diberikan pemerintah. Yaitu, dengan terus berprestasi. ‘Kami akan tinjau terus perkembangan akademik mereka,” ujarnya.
Bidik misi PTS diberikan Kemendikbud kepada kampus yang berakreditasi A. Tak semua PTS terpilih berhasil memenuhi kuota yang diberikan. (jun/kit/c7/oni)
Sumber: Jawa Pos, 6 September 2012