MAHASISWA UBAYA CIPTAKAN URBTION- Solusi Berkebun di Lahan Sempit Apartemen fadjar September 25, 2012

MAHASISWA UBAYA CIPTAKAN URBTION- Solusi Berkebun di Lahan Sempit Apartemen

Ciptakan Pot Unik

Bagi yang menyukai tanaman dan berkebun, alat buatan Farika Myrna Listyo bisa dijadikan pilihan. Dia membuat satu set peralatan berkebun yang cukup inovatif sebagai tugas akhir untuk bisa lulus dari Jurusan Desain Manajemen Produk Ubaya.

‘Potnya saya buat berbeda dari yang lain. Ini lebih mirip stationery,’ ujar mahasiswa angkatan 2008 itu kemarin (24/9). Pot transparan dari bahan akrilik tersebut dilengkapi rak untuk tempat majalah, buku, atau peralatan kantor lain. Pada bagian atas pot itu juga dilengkapi lampu LED yang cukup terang untuk penggunaan malam. (jun/c7/oni)

Sumber: Jawa Pos, Selasa 25 September 2012

MAHASISWA UBAYA CIPTAKAN URBTION- Solusi Berkebun di Lahan Sempit Apartemen
Tuesday, 25 September 2012

Lahan bercocok tanah di Surabaya semakin sempit. Hal itulah yang membuat mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) Farika Mirna Listyo mencari solusi mengembangkan tanaman tanpa membutuhkan lahan yang banyak.

Farika mengaku sangat hobi bercocok tanam atau berkebun.Hobinya dan ritme kehidupan urban menjadi inspirasi Mahasiswa Desain Manajemen Produk ini menciptakan urban gardening, yakni cara bercocok tanam modern.Umumnya, masyarakat metropolitan tinggal di apartemen atau kos-kosan di mana sulit untuk menyalurkan hobi berkebun . Tentu menjadi suatu hal yang sulit untuk menyalurkan hobi itu.

”Dengan Urbtion (Urban Solution bagi yang tinggal di apartemen) untuk tetap ingin berkebun.Ini kita bisa menyalurkan hobi menanam bunga, tanpa perlu repot memikirkan lahannya.Karena Urbtion ini juga tak banyak memakan lahan.Saya berusaha menciptakan produk ini dengan seefisien mungkin,”tutur Farika. Remaja berparas ayu ini menjelaskan,Urbtion karyanya ini dilengkapi dengan berbagai perlengkapan bercocok tanam.Mulai dari gardening pot, planting tool,watering tool, gardening gloves,hingga dispenser tool.

Karya ciptaan Farika ini hanya menelan biaya sekitar Rp3 juta dengan memakan waktu selama enam bulan.Dengan biaya yang tidak terlalu mahal, Farika berkeinginan untuk memproduksinya secara massal, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. ”Proses pembuatannya juga tidak lama.Dari mulai konsep sampai pengaplikasiannya ini terhitung cepat kok.Cuma sekitar enam bulan saja.Kalau bisa dan memungkinkan dari segi modal dan tenaga, inginnya sih diproduksi massal.Karena produk ini juga memiliki nilai jual ekonomis dan manfaatnya banyak. Kalau diproduksi massal mungkin biaya jualnya hanya Rp800.000 saja,”tukas Farika.

Selain unik,menarik,dan efisien,agaknya Urbtion ini juga multifungsi.Pasalnya,selain untuk bercocok tanam, Urbtion karya Farika dapat difungsikan sebagai media penerangan di kala malam hari.Lampu penerangan yang didesain oleh Farika ini ternyata juga mampu membantu proses pertumbuhan tanaman yang ditanam di gardening pot. ”Selain itu juga,Urbtion ini bisa dimanfaatkan juga untuk tempat menaruh barang rumah tangga yang berbentuk tipis seperti majalah,buku,segala bentuk remote,dan lainlain. Jadi multifungsilah dan memberikan kenyamanan juga untuk para penggunanya,” paparnya sembari tersenyum.

Lebih jauh,dara kelahiran Surabaya,9 Januari 1991 ini mengatakan,hampir semua jenis tanaman hias dalam rumah bisa diaplikasikan pada Urbtion ini.Namun,yang perlu diperhatikan adalah ukuran tanamannya.Tanaman yang bisa ditampung dalam Urbtion ini adalah tanaman yang berukuran sedang,kisaran 30 cm.Sedangkan pemupukan dan jenis tanah bisa dilakukan seperti normalnya menanam tanaman di lahan rumah. ”Tanamannya tidak bisa terlalu besar.Jadi memang harus telaten dan perhatian betul dengan ukuran tanamannya. Untuk perawatan juga mudah,selayaknya jika kita menanam bunga di lahan rumah saja,”kata Farika.

Dosen Pembimbing Farika, Guguh Sujatmito mengaku begitu bangga dengan anak didiknya yang satu ini.Selain tekun, Farika mampu menginterpretasikan ide dan konsep tugas akhirnya ini dengan begitu baik. ”Dari awal saat bimbingan pertama,Farika memang lebih suka desain produk kearah furniture.Pada bimbingan berikutnya, Farika menemukan ide Urbtion.Tidak butuh waktu lama untuk mengintrepetasikan ide ke dalam wujud asli, karena Farika tipe anak yang tekun.Sehingga kendala yang dihadapi hanya pada finishing produk,” jelas Guguh.

ARIEF ARDLIYANTO
Surabaya

Sumber: https://www.seputar-indonesia.com

Urbtion, Solusi Bercocok Tanam di Lahan Sempit
Senin, 24 Sep 2012

Surabaya- Bertambah sempitnya lahan untuk bercocok tanam, bukan menjadi suatu alasan bagi setiap orang untuk merawat tanaman. Hal itulah yang terbesit di benak Farika Myrna Listyo, mahasiswa jurusan Desain Manajemen Produk Angkatan 2008, Univeristas Surabaya (Ubaya).

Menurut gadis yang akrab disapa Farika itu, penciptaannya berupa Urban Solutition (Urbtion) atau Urban Gardening di apartemen berupa sarana perlengkapan bercocok taman, antara lain gardening pot, planting tool, watering tool, gardening gloves dan dispenser tool.

‘Alat ini saya ciptakan untuk para penghuni apartemen, yang memiliki lahan sempit,’ ujarnya, Senin (24/92012).

Ia menambahkan, lahan sempit bukan pula menjadi penghalang hobi untuk para pecinta cocok taman. Bukan hanya itu, kata dia, alat ini juga bisa dikatakan multifungsi, selain media cocok tanam yang ditempatkan dibalkon apartemen, Urbtion juga difungsikan sebagai media penerangan malam hari.

‘Alat ini didesain selain sebagai media cocok tanam juga bisa difungsikan sebagai lampu. Selain itu juga tempat majalah,’ imbuhnya.

Ia menejelaskan, tentang Gardening Pot yang multifungsi, terbuat dari acrilic yang memiliki tempat pembuangan air apabila tanaman memiliki air berlebih. Selain itu Gardening juga tidak membutuhkan rak setinggi mungkin, sebab, tanaman yang ditanam juga memiliki ukuran maksimal yakni 30 cm, juga dapat menyimpan koran.

‘Pot medium 2, yang besar ada Lampunya pake magnet, diameter 18 cm dihargai sekira Rp. 800.000,-,’ tukasnya.

Oleh: Made Ardhiangga – Editor: Vivi Irmawati

Sumber: https://www.centroone.com

Urbtion, Cara Bertanam Warga Kota Tanpa Lahan

Karya Mahasiswi Desain Produk Ubaya
Surabaya, Bhirawa

Kesulitan warga kota untuk menyalurkan hobi bercocok tanam seringkali disebabkan minimnya lahan perkotaan yang habis dijadikan sebagai rumah tinggal. Tak heran bila hal itu menggiring kebiasaan masyarakat kota lebih senang dengan shopping, nyalon, dan nongkrong di cafeacute; dari pada bercocok tanam.
Dinamika kehidupan masyarakat urban di kota-kota besar semacam itu mendorong kalangan akademisi untuk menciptakan alternatif cara bercocok tanam tanpa membutuhkan lahan yang luas. Salah satunya ialah karya Farika, mahasiswa jurusan Desain Manajemen Produk Universitas Surabaya ini berhasil menciptakan Urbtion, yakni cara bercocok tanam modern tanpa lahan.

Karya farika ini merupakan solusi tepat bagi masyarakat urban yang memiliki hobi bercocok tanam, namun tak ada lahan untuk mengimplementasikannya. Terlebih bagi masyarakat urban yang tinggal di apartemen atau kos-kosan.
‘Urbtion ini merupakan solusi Urban Gardening yang tidak memerlukan lahan luas. Sehingga kita bisa menyalurkan hobi bertanam, tanpa perlu repot memikirkan lahannya,’ tutur Farika, Senin, (24/9).

Urbtion ini merupakan alat bertanam menyerupai pot tetapi dilengkapi dengan berbagai kelebihan yang memungkinkan tanaman dapat tumbuh didalam ruangan atau di lahan yang sempit sekalipun. Urbtion sendiri memiliki beberapa macam varian di antaranya gardening pot, planting tool,watering tool, gardening gloves, hingga dispenser tool.

Dalam proses pembuatannya, Farika mengaku membutuhkan biaya Rp3 juta, dengan waktu selama enam bulan. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal, Farika berkeinginan untuk memproduksinya secara massal, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.


‘Proses pembuatannya juga tidak lama. Dari mulai konsep sampai aplikasiannya ini terhitung cepat kok. Cuma sekitar enam bulan saja. Kalau bisa dan memungkinkan dari segi modal dan tenaga, inginnya sih diproduksi massal. Karena produk ini juga memiliki nilai jual ekonomis dan manfaatnya yang banyak. Kalo diproduksi massal mungkin biaya jualnya hanya Rp 800 ribu saja,’ tutur Farika. Selain unik, menarik, dan efisien, agaknya Urbtion ini juga multifungsi. Sebab, selain untuk bercocok tanam, Urbtion ini juga dapat difungsikan sebagai media penerangan di kala malam hari. Lampu penerangan tersebut juga didesain agar mampu membantu proses pertumbuhan tanaman yang ditanam di gardening pot. Lebih lanjut Farika menjelaskan, tanaman yang bisa ditampung dalam Urbtion ini adalah tanaman yang berukuran sedang, yakni kisaran 30 cm. Sedangkan pemupukan dan jenis tanah bisa dilakukan seperti normalnya menanam tanaman di lahan rumah.

Sementara itu, Dosen Pembimbing Farika, Guguh Sujatmito mengaku begitu bangga dengan anak didiknya yang satu ini. Sebab, selain tekun, Farika mampu menginterpretasikan ide dan konsep tugas akhirnya ini dengan begitu baik.
‘Dari awal saat bimbingan pertama, Farika memang lebih suka desain produk kearah furniture. Pada bimbingan berikutnya, Farika menemukan ide Urbtion. Tidak butuh waktu lama untuk menginterpretasikan ide ke dalam wujud asli, karena Farika tipe anak yang tekun,’ ungkap Guguh. [tam]

Sumber: https://www.harianbhirawa.co.id

Kini Makin Mudah Berkebun di Apartemen

SURYA Online, SURABAYA – Anda hobi menanam dan berkebun tapi tinggal di apartemen. Tidak perlu cemas, ada solusi yang ditawarkan Farika Mirna Listyo, mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya).

Mahasiswa Desain Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif Ubaya ini menjawab ketidaktersedianya lahan untuk berkebun di apartemen. Balkon atau sisa ruang di teras apartemen bisa dimaksimalkan.

‘Siapa takut berkebun di apartemen. Tinggal membuat unit pot untuk berbagai macam tanaman. Semua bisa menjaga hobi bertanam kita. Bisa tanaman hias atau sayur, tak masalah,’ ucap Farika saat ditemui di kampusnya, Senin (24/9/20012).

Mahasiswa semester 8 ini merasa terpanggil untuk memberi solusi bagi warga pekotaan. Mereka yang tinggal di apartemen ingin sekali bertaman. Sementara jelas lahan tidak ada. Setelah sedikit riset dan pengalaman keluarga yang mencintai tanaman, lahirlah URBTION atau Urban Solution. Artinya, solusi bagi yang tinggal di apartemen untuk tetap ingin berkebun.

Mahasiswi kelahiran 9 Januari 1991 ini menuturkan, setiap tahun apartemen makin manjamur. Warga apartemen, sebagian besar ingin tetap melestarikan hobi bertanam. Selain untuk rekreasi diri, aktivitas berkebun di lantai apartemen sungguh menghibur. ‘Bisa lihat hijau daun atau bunga mekar hasil tanaman sendiri. Menyenangkan,’ ucap Farika.

Tanaman itu bisa ditanam di balkon berukuran 1 x 2 meter. Mahasiswi ini membuat pot dengan sangat praktis. Tiga pot dalam satu unit lengkap dengan tanah pot siap ditanami tanaman apa saja. Cukup membeli tanah dan pupuk organik satu kantung plastik seharga Rp 5.000 sudah terpenuhi hobi berkebun.

Istimewanya URBTION ini adalah pot bisa disusun. ‘Saya sadar, pot akan memakan tempat di apartemen. Namun pot juga akan memberi fungsi ganda. Bisa untuk tanaman, untuk rak majalah, untuk stationary, dan bisa untuk lampu hias,’ katanya.

Pot dari bahan ot acrilyc atau semacam plastik dibuat pot ukuran 50 cm dengan diameter 15 cm. Didesain dengan sangat menarik dan estetis. ‘Kita beri lubang untuk siram dan tempat tumuh tanaman di pot itu. Biar tak makin memakan tempat, kita buat kursi yang di bawahnya bisa untuk simpan peralatan bercocok tanam. Mulai pisau, gunting, atau cethok dimasukkan kursi. Sementara kursi bisa untuk duduk,’ urai Farika.

Saat ini, pot URBTION ini dengan cantik ditanami bunga aglo (karena hijau daun), bunga lilin, dan aneka bunga yang lain. Agar saat menyirami lantai tak basah, bawah pot diberi laci khusus untuk air rembesan. Habis disiram, rembesan air di laci diambil dan dibuang. Sangat kreatif.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com

Mahasiswi Ubaya Rancang Cara Berkebun di Apartemen-Rusun

Surabaya – Mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya) Farika Myrna Listyo (21) merancang cara berkebun di lahan sempit seperti apartemen dan rumah susun.

‘Solusi yang saya sebut urban gardening atau urbtion (urban solution) itu hany membutuhkan lahan tidak lebih dari satu meterpersegi,’ katanya di Surabaya, Senin.

Mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Ubaya menjelaskan ‘Urbtion’ itu hanya memiliki dua alat yakni kotak penyimpan dan tiga pot bunga dari akrilik.

‘Kota penyimpan itu seperti kursi berbentuk kotak tapi di dalamnya dapat menyimpan alat-alat berkebun, pupuk, alat penyiram bunga, dan sebagainya,’ kata alumni SMA Frateran Surabaya itu.

Untuk alat-alat berkebun itu dibuat secara multifungsi, sehingga satu alat bisa digunakan menggunting, menggaruk tanah, meletakkan pupuk, dan juga pisau, karena semuanya isa bongkar-pasang menjadi satu alat atau dipisahkan.

Sementara itu, tiga pot bunga itu ada satu pot besar yang memiliki lampu dan dua pot kecil tanpa lampu, tapi di samping ketiga pot itu ada semacam tempat untuk meletakkan koran, majalah, alat-alat tulis, remote televisi, dan sebagainya.

‘Di bagian bawah dari pot itu ada semacam laci untuk penyimpan air, sehingga air yang sudah disiramkan ke tanah akan mengalir ke laci untuk dibuang bila sudah penuh,’ katanya.

Ditanya tentang harga, ia mengatakan ‘Urbtion’ itu jika dibuat secara invidual mencapai Rp3 juta, namun bila sudah diproduksi secara massal mungkin harganya tidak sampai Rp1 juta.

‘Saya tertarik membuat Urbtion karena saya sempat mendapat penugasan saat kerja praktik di Bandung, ternyata orang urban itu sebenarnya ingin berkebun, tapi lahan mereka sempit,’ katanya.

Akhirnya, dirinya mencari ide untuk memecahkan masalah orang-orang urban untuk kepentingan lingkungan yang bersih dan nyaman.

‘Apalagi, pot yang ada lampunya juga dapat difungsikan sebagai media penerangan di kala malam hari. Lampu penerangan yang didesain dengan warna biru juga mampu membantu proses pertumbuhan tanaman,’ katanya.

Tentang jenis tanaman yang bisa ditanam, ia mengatakan hampir semua jenis tanaman hias dalam rumah bisa diaplikasikan pada Urbtion. ‘Cuma, tingginya terbatas 30 centimeter. Itulah kendalanya, kalau sudah besar, tanaman harus dipindah,’ katanya.

Sementara itu, dosen pembimbing, Guguh Sujatmito ST, mengatakan Farika sedari awal saat bimbingan memang lebih suka desain produk ke arah furniture.

‘Pada bimbingan berikutnya, Farika menemukan ide Urbtion itu, karena Urbtion tidak butuh waktu lama untuk mengintrepetasikan ide ke dalam wujud asli, apalagi Farika itu tipe anak yang tekun,’ katanya. (*)

Sumber: https://www.antarajatim.com

Urbtion, Solusi Bercocok Tanam di Apartemen
Salurkan Hobi, tanpa Repot Memikirkan Lahannya

SURABAYAmdash;Tinggal di apartemen yang identik dengan lahan sempit, tidak menutup kemungkinan untuk berkebun. Farika Mirna Listyo, mahasiswa jurusan Desain Manajemen Produk Universitas Surabaya (Ubaya) ini menciptakan urban gardening yakni cara bercocok tanam modern. Seperti apakah itu?

Terinspirasi dari ritme hidup masyarakat urban di kota-kota besar dan berawal dari hobinya bercocok tanam, Farika menciptakan inovasi karya unik. Urbtion
atau Urban Solution merupakan solusi bagi mereka yang tinggal di apartemen untuk tetap berkebun. Karyanya ini merupakan solusi tepat bagi masyarakat urban yang memiliki hobi bercocok tanam, namun tak ada lahan dan wadah untuk menyalurkannya.

Di kota besar yang begitu padat penduduk, tentu tak banyak tersedia lahan kosong. Apalagi, bagi masyarakat urban yang tinggal di apartemen atau tempat
kos. Tentu, ini menjadi suatu hal yang mustahil untuk menyalurkan hobinya itu.

‘Dengan Urbtion ini, kita bisa menyalurkan hobi menanam bunga, tanpa perlu repot memikirkan lahannya. Karena Urbtion ini juga tak banyak memakan lahan. Saya berusaha menciptakan produk ini dengan seefisien mungkin,’ tutur Farika, Senin (24/9).

Menurut Farika, Urbtion ini dilengkapi dengan berbagai perlengkapan bercocok tanam. Mulai dari gardening pot, planting tool, watering tool, gardening gloves, hingga dispenser tool. Dia menghabiskan biaya sekitar Rp 3 juta, selama enam bulan. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal, Farika berkeinginan untuk memproduksinya secara massal, sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat luas.

‘Proses pembuatannya juga tidak lama. Dari mulai konsep sampai pengaplikasiannya ini terhitung cepat kok. Cuma sekitar enam bulan saja. Kalau bisa dan memungkinkan dari segi modal dan tenaga, inginnya sih diproduksi massal. Karena produk ini juga memiliki nilai jual ekonomis dan manfaatnya yang banyak. Kalo diproduksi massal, mungkin biaya jualnya hanya Rp 800 ribu saja,’ tukas Farika.

Selain unik, menarik, dan efisien, agaknya, Urbtion ini juga multifungsi. Pasalnya, selain untuk bercocok tanam, Urbtion karya Farika dapat difungsikan sebagai media penerangan kala malam hari. Lampu penerangan yang didesain oleh Farika ini, ternyata juga mampu membantu proses pertumbuhan tanaman yang ditanam di gardening pot.

‘Selain itu juga, Urbtion ini bisa dimanfaatkan untuk tempat menaruh barang rumah tangga yang berbentuk tipis seperti majalah, buku, segala bentuk remote, dan lain-lain. Jadi, multifungsilah dan memberikan kenyamanan juga untuk para penggunanya,” terangnya sambil tersenyum.

Cewek kelahiran Surabaya, 9 Januari 1991 ini menambahkan, hampir semua jenis tanaman hias dalam rumah, bisa diaplikasikan pada Urbtion ini. Namun, yang perlu diperhatikan adalah ukuran tanamannya. Tanaman yang bisa ditampung dalam Urbtion ini adalah tanaman yang berukuran sedang. Yakni kisaran 30 cm. Sedangkan pemupukan dan jenis tanah, bisa dilakukan seperti normalnya menanam tanaman di lahan rumah.

‘Tanamannya tidak bisa terlalu besar. Ukuran maksimalnya 30 cm. Jadi, memang harus telaten dan perhatian betul dengan ukuran tanamannya. Untuk perawatan juga mudah, selayaknya jika kita menanam bunga di lahan rumah saja,’ kata Farika.

Sementara itu, Dosen Pembimbing Farika, Guguh Sujatmito mengaku bangga dengan karya mahasiswinya ini. Selain tekun, Farika mampu menginterpretasikan ide
dan konsep tugas akhirnya ini dengan begitu baik.

‘Dari awal saat bimbingan pertama, Farika memang lebih suka desain produk ke arah furniture. Pada bimbingan berikutnya, Farika menemukan ide Urbtion. Tidak butuh waktu lama untuk menginterpretasikan ide kedalam wujud asli, karena Farika tipe anak yang tekun. Sehingga, kendala yang dihadapi hanya pada finishing produk,’ pungkas Guguh. (nin/rie/kin)

Sumber: Radar Surabaya, 25 September 2012