Serafi Anelies Unani, Perempuan Tercepat Asia Tenggara fadjar December 22, 2011

Serafi Anelies Unani, Perempuan Tercepat Asia Tenggara

Arek Suroboyo Asli Berdarah Papua

Pelari Serafi Anelies Unani berhasil menyita perhatian publik baru-baru ini. Dia sukses menyumbangkan medali emas bagi Indonesia di SEA Games XXVI/2011 untuk nomor bergengsi atletik, lari 100 meter. Sebuah penantian selama 12 tahun.

MEDALI emas nomor lari 100 meter putri SEA Games terakhir didapat Indonesia pada 1999. Kala itu emas disumbangkan oleh Irene Truitje Yoseph pada SEA Games 1999 di Brunei Darussalam. Sebelumnya Indonesia meraih emas di nomor bergengsi itu pada 1979 atas nama Henny Maspaitella.

Kali ini Indonesia tidak perlu menunggu 20 tahun untuk kembali mendapatkan emas di nomor lari 100 meter putri SEA Games. Serafi Anelies Unani mempercepat penantian itu menjadi 12 tahun.

Di SEA Games XXVI/2011 di Stadion Atletik Jakabaring, Palembang, Serafi mampu menyentuh garis finis pertama dengan catatan waktu 11,69 detik. Saingannya, Sangrat Nong-nuch asal Thailand, pun mencatatkan waktu yang sama yakni 11,69 detik. Namun, atlet kelahiran Surabaya, 17 Februari 1989, itu berhak atas medali emas karena memiliki reaction time lebih lambat, yakni 0,172 detik, sedangkan milik Sangrat 0,169 detik.

‘Saya bersyukur kepada Tuhan atas hasil tersebut. Saya tidak ingat kapan Indonesia terakhir meraih emas dari nomor ini. Tapi, dengan hasil ini, saya bisa mengakhiri puasa gelar yang sudah lama itu. Ini adalah bukti bila tidak ada yang tidak mungkin dalam atletik,’ ujar Serafi saat ditemui di rumahnya di kawasan Benowo kemarin (17/12).

Putri pertama pasangan Johan Unani dan Margaretha Sangganefa itu memang pantas mendapat hasil gemilang tersebut. Itu tidak lepas dari perjuangan keras serta
keakraban dia dengan lintasan atletik sejak belia. Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Surabaya (Ubaya) itu lantas menceritakan, awal dirinya berkenalan dengan atletik saat kali pertama ayahnya mengantarkan dirinya ke Lapangan Bumimoro milik Akademi Angkatan Laut (AAL) pada 1997. Saat itu Serafi masih duduk di kelas II sekolah dasar (SD). Nah, kala itu pelatih yang pertama mengenalkan Serafi dengan teknik atletik adalah Purnomo.

‘Saat itu saya masih latihan di atas lintasan berpasir dan berdebu, yang latihan juga tidak banyak, rata-rata adalah anggota TNI yang bertugas di sana. Tapi, ayah saya selalu memberikan semangat kalau dari lintasan yang kering ini, kamu juga bisa mendapat prestasi yang mendunia,’ ujar Serafi yang mengingat betul kata-kata sang ayah.

Kendati begitu, Serafi membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa berprestasi. Emas pertama dia dapat dari dunia atletik pada 2002. Saat itu Serafi yang masih duduk di bangku kelas VII SMP Kr Petra 2 dipercaya untuk mewakili Surabaya dalam kejuaraan Student Sprint di Nganjuk.

‘Saya tidak ingat persis berapa catatan waktu saya saat itu. Tapi, saya ingat kalau banyak yang bersorak dan menggendong saya. Dari situ cita-cita saya untuk mengharumkan nama bangsa lewat olahraga terus menguat,’ kata gadis yang doyan makan bebek goreng tersebut.

Nah, dengan hasil itu, kepercayaan diri Serafi semakin mantap untuk mengukir prestasi lainnya dari atas lintasan. Apalagi, dia memiliki darah atlet yang mengalir deras dari sang ayah yang menjadi pemain sepak bola. ‘Paman dan tante saya ada yang juga atlet atletik, bahkan mereka pernah menjadi penghuni pelatnas Indonesia di zamannya. Jadi, secara otomatis, ada gen atlet yang mengalir di darah saya,’ cerita dia.

Saat ini Serafi mulai fokus untuk menatap kejuaraan yang lebih tinggi dengan kompetisi yang lebih berat, Olimpiade. Salah satu yang bakal dia lakukan sejak saat ini adalah memperbaiki limit sesuai dengan kualifikasi Olimpiade, yaitu 11,51 detik untuk lari 100 meter perempuan. Best time Serafi saat ini adalah 11,69 detik saat turun di SEA Games lalu. (sidik maulana tualeka/c10/tom)

Fisik Biasa, Power Luar Biasa

DI SEA Games XXVI/2011, Serafi bukanlah unggulan. Karena itu, ketika dia mampu mengawinkan emas nomor lari 100 meter bersama Franklin Ramses Burumi, banyak yang terkejut. Namun, sang pelatih, Henny Maspaitella, sama sekali tak terkejut dengan prestasi Serafi tersebut.

Henny selama ini mendampingi Serafi berlatih di lapangan lari kompleks Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Bagi Henny, Serafi pantas menggenggam prestasi itu. ‘Karena dia adalah tipe atlet yang dewasa, fokus, dan tanggung jawab saat latihan. Serafi sangat tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan untuk karirnya. Itu yang membuat saya tidak kaget dia mampu meraih hasil maksimal di SEA Games kemarin,’ ucap Henny.

Mantan ratu sprinter Indonesia itu mengatakan, Serafi memang tidak bermodal badan yang tinggi dan besar. Namun, di balik semua itu, dia memiliki kemampuan yang sangat luar biasa.

‘Kalau dari segi fisik, dia terlihat tidak begitu tinggi ya.Tapi, dia memiliki explosive power yang sangat luar biasa. Mungkin ini adalah bawaan alam dari Papua yang secara tidak langsung membuat dia seperti itu,’ cerita perempuan yang paling berjasa mengawinkan gelar nomor bergengsi 100 meter putra-putri di
SEA Games tersebut.

Sebagaimana diketahui, nomor lari 100 meter putra juga diraih oleh Indonesia yang tidak lain adalah anak binaan Henny. Yakni, Franklin Ramses
Burumi. Nah, Henny saat ini punya rencana khusus bagi dua atlet berdarah Papua itu.

‘Jadi, tugas saya saat ini adalah membantu mereka untuk mengejar rekor. Sebab, prestasi bagus, sudah tentu ranking mereka juga akan naik. Jadi, saya akan
berjuang keras untuk mewujudkan ambisi mereka itu,’ kata perempuan asal Ambon tersebut.

Bagi Serafi, pencapaian di SEA Games bukan peak perjuangannya. Dia memiliki ambisi yang lebih besar untuk bisa mengharumkan nama Indonesia di pentas yang lebih tinggi. (dik/c10/tom)

Bercita-cita Jadi Antropolog

SUKSES Serafi di lintasan tidak lepas dari dukungan orang tuanya. Ayahnya, Johan, dan ibunya, Margaretha, tidak pernah lepas memotivasi dia saat mulai jenuh untuk berlari. Orang tuanya pula yang selalu menjadi tempat curhat saat ada banyak masalah yang menumpuk.

‘Peran mereka dalam karir saya sangat banyak dan luar biasa. Tidak hanya menjadi orang tua yang mendidik. Mereke juga bisa menjadi teman untuk saling berbagi. Saya bangga bisa miliki mereka,’ ujar atlet yang hobi membaca buku itu.

Dukungan keluarga tersebut adalah modal penting bagi Serafi. Sebab, baginya, sumber kepercayaan diri yang paling penting adalah lingkungan keluarga. ‘Kalau sudah percaya diri, semua yang dilakukan terasa ringan. Saya saat ini ada dalam kondisi itu,’ ujarnya.

Meski begitu, dukungan dan motivasi dari orang tuanya tersebut bukan serampangan dan membuat dia manja. Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya juga harus sukses di bidang akademik.

‘Apa yang saya lakukan di lintasan tidak pernah terhambat orang tua. Syaratnya, kuliah saya harus tetap jalan. Kelihatannya memang berat. Tapi, itu yang harus dipenuhi. Toh, setelah dipikir-pikir, saya juga yang diuntungkan dengan semua itu,’ kata atlet yang pernah mengenyam pendidikan di SMA Kr Petra III itu.

Saking fokus di dunia atletik, Serafi memiliki kenangan pahit di dunia pendidikan. Sebelum kuliah di Ubaya, dia kuliah di Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Airlangga. Namun, itu hanya bertahan lima semester karena pihak kampus tidak memberikan dispensasi untuk berlatih.

‘Ya, begitu deh. Karena padatnya kejuaraan dan waktu latihan, kuliah berantakan. Akhirnya, saya memilih mengorbankan kuliah untuk sementara. Orang tua saya sempat shock mendengar berita itu. Tapi, setelah saya ajak bicara, mereka akhirnya mau mengerti,’ kenang kakak Yesyurun Benya Unani, 19 dan Maher Syalal H. Unani, 17, itu.

Nah, untuk tidak mengecewakan orang tuanya, Serafi melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Surabaya (Ubaya) pada 2009. ‘Cita-cita saya memang menjadi antropolog. Tapi, untuk sementara ambil hukum saja dulu. Nanti waktu S-2 baru ambil antropologi hukum,’ ujarnya. (dik/c2/tom)

Terinspirasi Nelson Mandela, Ingin seperti Michele Obama

SETIAP orang biasanya memiliki tokoh panutan atau idola yang menginspirasi kehidupannya. Begitu juga Serafi Anelies Unani. Dia begitu mengidolakan dua tokoh dunia. Yakni, Nelson Mandela, mantan pemimpin Afrika Selatan, dan Michelle Obama, istri Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Nelson Mandela membuat dirinya bisa percaya diri untuk tampil serta berkompetisi dengan banyak orang. ‘Nelson Mandela adalah orang yang tidak pernah
menyerah dengan keadaan dan rendah hati. Kata-kata dia yang membuat saya terkesan adalah berpura-puralah berani, untuk menjadi berani,’ kata Serafi mengutip salah satu bait pidato Mandela. ‘Kalimat Mandela itu sangat menginspirasi saya sampai saat ini,’ tambahnya.

Tidak sebatas mengadopsi kata dan kalimat Mandela, Serafi pun mulai maniak untuk mengoleksi segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivis anti apartheid di Afrika itu. Serafi juga mengoleksi tiga serial biografi tentang Mandela.

Sebagai rasa kagum kepada Mandela, Serafi juga aktif memburu dan mengoleksi pernak-pernik bergambar Mendela, yaitu mulai t-shirt sampai tempelan kulkas bergambar tokoh berambut putih itu.

Lain lagi soal Michelle Obama. Serafi setuju dengan pendapat bahwa di balik kesuksesan seorang pria, ada wanita yang luar biasa. ‘Michelle Obama adalah
wanita yang luar biasa itu. Saya ingin seperti dia, tidak hanya sukses untuk diri saya sendiri, tapi juga ingin menyukseskan pria yang saya cintai kelak,’ tutur atlet jebolan klub Fajar Mas Mandiri Surabaya itu. (dik/c2/tom)

SEPUTAR SERAFI ANELIES UNANI

Nama : Serafi Anelies Unani
Lahir : Surabaya, 17 Februari 1989
Orang Tua
Ayah : Johan Unani
Ibu : Margaretha Sanggenafa
Saudara: Yesyurun Benya Unani, Maher Syalal H. Unani
Pendidikan:
– TK Indriyasana Surabaya (1994-1995)
– SD Rajawali Surabaya (lulus 2001)
– SMP Kr Petra II Surabaya (2004)
– SMA Kr Petra III Surabaya (2007)
– Fakultas Hukum Ubaya (Angkatan 2009)
Pelatih: Purnomo, Riswanto Pamudji, Ikhwan, Untung Tedjo, Matias Mambay, John Baharama, Henny Maspaitella
Klub : Fajar Mas Mandiri

Prestasi
2002, Emas, Student Sprint, Nganjuk, Jawa Timur
2005, Emas, lari 100m ASEM (Asean Europe Meet) di Thailand.
2005, Perak, lari 200m ASEM (Asean Europe Meet) di Thailand
2005, Perak, lari 100m World Youth Championship di Maroko.
2005, Perunggu lari 100m Kejuaraan Asia Junior di Jakarta
2006, Emas, lari 100m Kejurnas Atletik di Jakarta di Jakarta
2008, Perak, lari 100m dan estafet 4x400m PON Kaltim
2008, Perunggu lari 200m dan estafet 4x100m PON Kaltim 2008
2009, Perunggu estafet 4×100 putri SEA Games XXV, Laos
2010, Emas, lari 100m Asean Universiti, Thailand
2010, Emas estafet 4×400 meter Asean Universiti, Thailand
2010, Perak estafet 4×100 meter Asean Universiti, Thailand
2011, Dua Emas Kejurnas, lari 100 meter dan 4×100 meter
2011, Emas lari 100 meter SEA Games XXVI
2011, Perak lari estafet 4×100 SEA Games XXVI

Kesukaan Serafi
Hobi: Baca Buku, Merajut, Shopping
Makanan: Bebek Goreng, Es krim
Artis: Halle Berry
Tokoh Idola: Nelson Mandela, Michelle Obama

Kata Mereka
Serafi anak yang supel dan cepat akrab dengan semua orang. Meski dia anak atletik, tapi juga bergabung di komunitas basket, saya bangga punya teman seperti dia, yang mau berteman dengan siapa saja. Tidak hanya itu, dia sangat feminin meski terlihat sangat strong.” Nelly M. Sapan, 21, teman
kuliah Serafi di Ubaya

Dia sangat pintar dalam menempatkan posisi dalam setiap suasana. Kalau sudah di atas lintasan, dia akan serius dan fokus untuk semua instruksi yang diberikan oleh sang pelatih. Di luar lintasan, orangnya dewasa dan menjadi seorang kakak yang baik dan ngayomi, juga menjadi teman curhat yang solutif. Saya berharap agar dia tetap low profile meski sudah meraih prestasi tinggi.’
Tri Setyo Utami, teman sekamar Serafi di pelatnas atletik

Dia telah menjadi contoh seorang kakak yang baik. Dia tidak hanya mementingkan kepentingannya, tapi juga bertanggung jawab dengan masa depan
keluarga. Hampir semua kebutuhan pendidikan saya dipenuhi oleh kakak Serafi,’ Maher Syalal H. Unani, adik kandung Serafi

Dikutip dari: Jawa Pos, 18 Desember 2011