Taman, Obat Jiwa yang Ampuh dan Murah fadjar November 1, 2011

Taman, Obat Jiwa yang Ampuh dan Murah


Senin, 31/10/2011 | 12:56 WIB

Keberadaan taman tak sekadar mempercantik kota. Lebih dari itu, taman menjadi syarat kota sehat jiwa. Sebab, taman bisa menjadi alat terapi kejiwaan. Dengan duduk bersantai di bawah pohon membantu pikiran rileks.

Oleh: Nirmala Ali dan Meirysa Widhy Krystanti

Surabaya, termasuk daerah yang memiliki banyak taman, seperti Taman Bungkul, Taman Flora, Taman Prestasi, Taman Yos Sudarso, Taman Ronggolawe, Taman Apsari, Taman Sulawesi. Sayangnya belum banyak warga kota Metropolis ini yang tahu jika duduk bersantai di taman, memandang hijaunya tanaman, dan menghirup aroma khas taman di pagi hari dapat menekan stres.

Rhere, salah satu pengunjung Taman Bungkul mengaku lebih suka nongkrong di taman ketimbang mal. Pria yang juga seorang Supervisor Toko Sport mencari sesuatu yang segar apalagi setiap hari ia berkantor di mal. ‘Tiap hari sudah ke mal, jadi cari yang berbeda lebih alami, lihat pohon dan yang hijau-hijau biar ga stres,’ katanya.

Ditambahkannya, taman tidak hanya untuk ruang pertemuan, tapi juga membicarakan soal pekerjaan, serta berkuliner. Biasanya obrolan pekerjaan itu mengalir dengan sendirinya, bukan sengaja datang untuk membicarakannya.

Sedangkan, Sucipto, seorang karyawan swasta ini juga memilih taman sebagai sarana refreshing-nya. ‘Karyawan seperti saya ini kan rawan stres, jadi suasana taman yang rindang dan hijau ini merupakan sarana yang murah meriah untuk melepaskan penat. Seminggu sekali saya pasti ke Bungkul, khususnya Minggu,’ ucapnya.

Begitu juga dengan Aurelia, pengunjung yang ditemui Surabaya Post di taman Flora pun mengatakan mengunjungi taman sudah dijadikan sebuah rutinitas. Jadi paling tidak seminggu sekali pasti pergi ke taman. ‘ Tapi saya berbeda dengan yang lain. Saat di taman saya lebih suka berdiam diri. Duduk santai menikmati hijaunya pepohonan juga segarnya aroma daun,’ urai karyawan sebuah bank swasta ini.

Apa yang dialami beberapa pengunjung taman di atas, dibenarkan oleh Spesialis Kejiwaan dari RSU dr Soetomo Surabaya, dr Adriana Sp.KJ. Menurut dia, aroma tanaman yang segar dan hijau memang dapat bekerja langsung pada otak terutama di bagian khusus yang bernama amygdala dan hippocampus.

Bagian ini berkaitan langsung dengan pengendalian emosi dan memori sekaligus bagian yang sama untuk bertanggung jawab atas pelepasan hormon yang dapat menyebabkan stres. “Hijau dan aroma tanaman selain dapat menyejukkan mata juga dapat menghilangkan stres. Sinar matahari yang menyinari dengan cahaya, embun pagi yang menetes dalam kehijauan tanaman. Belum lagi ditambah dengan udara pagi yang sejuk lagi menyegarkan,tentunya membuat anda bertambah fresh,” ujarnya.

Memang terkesan sederhana dan biasa saja, tetapi hampir semua orang mengalami hal yang sama saat merasakan sensasi mencium aroma tanaman di pagi hari. Dengan mencium aroma rumput segar, maka kandungan zat kimia pada aroma tersebut bekerja langsung pada area pemicu stres pada otak dan memperbaiki kerusakan hippocampus.

“Maka tidak heran jika anda selalu merasa segar, gembira sekaligus mengingat memori bahagia yang pernah anda alami. Bukankah hal itu sangat alami dan ampuh mengatasi stres dengan kilat?”jelas Ana.

Selain itu ditambahkannya, ketersediaan ruang publik untuk bersantai dan tempat hiburan murah sangat membantu bagi penderita gangguan jiwa ringan. Saat ini jumlah penderita gangguan jiwa ringan di Surabaya semakin banyak. Tahun 2010, ada 85 ribu orang yang mengalami gangguan jiwa ringan. Hingga triwulan kedua tahun 2011, sudah ada sekitar 150 ribu orang yang mengalami gangguan jiwa ringan. “Gangguan jiwa ringan itu bukan berarti gila. Gejala awalnya seperti mudah melamun, susah tidur, gangguan makan, atau sukar berkonsentrasi,”terangnya.

Sedangkan, Psikolog Universitas Surabaya (Ubaya) Dra Hartanti M.Si mengungkapkan banyaknya taman di Surabaya merupakan suatu hal yang positif karena merupakan salah satu sarana untuk stimulasi mewakili semua panca indera. ”Berbagai jenis tanaman atau pemandangan yang mewakili penglihatan, kesejukan mewakili perasa, harum mewakili penciuman, kuliner mewakili pengecapan, gemericik air mewakili pendengaran, berbagai fasilitas bisa untuk relaksasi,” jelasnya.

Bahkan, di negara-negara maju, taman dibangun di lingkungan sekolah atau di tengah kota, memang ditujukan untuk meningkatkan konsentrasi, juga memunculkan ide-ide kreatif. Karena tanaman memang memberi sensasi nyaman dan menyegarkan. Sedangkan di Surabaya untuk mencapai tujuan tersebut sedikit susah.

Hartanti juga menambahkan, menurut hasil penelitian orang yang tinggal di daerah dingin lebih bisa mengontrol emosi, ketimbang orang yang tinggal di daerah panas. Karena itu taman yang sejuk sedikit mampu memengaruhi emosi seseorang.

Sementara itu, Sosiolog dari Unair Bagong Suyanto mengatakan di tengah kehidupan di kota besar seperti Surabaya dengan persaingan keras sehingga memicu pola hidup yang sangat konsumtif, keberadaan taman menjadi penting untuk mengurangi pola hidup semacam itu.

“Jalan- jalan di tengah suasana hijau dan asri membuat pikiran lebih tenang dan otak terangsang untuk berpikir lebih positif. Apalagi saat ini sejumlah kawasan di Surabaya, terutama di kawasan padat penduduk, tidak lagi tersisa ruang untuk taman atau ruang terbuka hijau. Akibatnya, lingkungan itu tidak sehat secara fisik dan mental, serta mudah menimbulkan gangguan mental dan emosional bagi penduduknya,” pungkasnya.*

Dikutip dari : SurabayaPost.co.id