Empat Srikandi Pendidik Teknik Kimia Ubaya fadjar October 12, 2011

Empat Srikandi Pendidik Teknik Kimia Ubaya

Tak Bercita-cita Jadi Dosen

Eksistensi Jurusan Teknik Kimia Universitas Surabaya (Ubaya) tidak terlepas dari para pendidiknya. Terutama para dosen yang mengabdikan diri sejak jurusan tersebut diadakan. Diantaranya adalah Prof.Ir.Lieke Riadi PhD, Ir. Hadiatni Rita P. MSc, Ir.Natalia Soeseno MSc., serta Ir.Endang Srihari MSc.

Mereka masuk dalam ‘sejarah’ pendidik di jurusan tersebut. Sebab, empat sekawan itu merupkan jajaran dosen perdana. ‘Bu Rita yang pertama’, kata Endang sambil menunjuk rekannya. ‘Februari 1986 saya masuk ke sini’, imbuh Rita. Kemudian Natalia, Endang dan Lieke masuk pada tahun berikutnya.

Menurut Rita, mereka mulai bekerja sejak jurusan tersebut diadakan. Bahkan, belum ada mahasiswa yang mendaftar saat itu. Mereka pula yang mondar-mandir untuk mengurus keperluan pendirian jurusan tersebut. Mulai mengurus ijin kopertis (koordinator perguruan tinggi swasta), mempersiapkan penerimaan mahasiswa baru, hingga mewujudkan laboratorium dasar.

Mereka juga menjai event organizer. Mereka mangadakan seminar untuk launching jurusan Teknik Kimia Ubaya. ‘Seru. Kami puas setelah jurusan ini eksis dan ada mahasiswanya,’ ungkap Rita.

Perempuan 54 tahun itu ingat betul momen saat melihat daftar nama calon mahasiswa di jurusan Teknik Kimia. ‘Gedungnya tidak seperti sekarang. Dulu masih gedung darurat dan terbuat dari batako. Baru saat Bu Lieke menjadi dekan, FT dibangun gedung ini,’ jelas Endang soal tempat perkuliahan yang sekarang berupa gedung enam lantai tersebut.

Karena sering bersua, Rita, Natalia, Endang dan Lieke akrab. Topik pembicaraan mereka berkisar pada cara memajukan teknik kimia. Padahal, dulu tidak semua bercita-cita menjadi pendidik. Lieke, misalnya, tidak bercita-cita menjadi dosen. Dia pernah bekerja di dunia industri. Saat itu, dia melihat bahwa berinteraksi dengan orang lebih menarik dari pada benda mati. ‘Cita-cita saya sebelum mengenal teknik kimia adalah menjadi ahli farmasi,’ terang ibu dua anak tersebut.

Hal yang sama disampaikan Endang Srihari. Perempuan 50 tahun itu menyatakan pernah bekerja di bidang industri sekaligus menjadi konsultan. Hanya, jam kerja saat itu tidak menentu. Ketika akan menikah, dia memutuskan untuk mencari kerja dengan jam kerja teratur. ‘Setelah mendaftar dan diterima, jam kerjanya malah lebih lama, yakni 24 jam,’ ujarnya.

Lain lagi cerita dari Rita. Mantan ketua jurusan Teknik Kimia Ubaya tersebut menjadi dosen karena sering melihat sang suami yang juga berprofesi sebagai dosen. ‘Saya menjadi dosen karena memang ada pengumuman perekrutan dosen di sini dan diterima,’ jelasnya.

Meski mengabdi di dunia pendidikan, mereka berusaha tetap mengurus keluarga dengan baik. ‘Kami berusaha membagi waktu antara karir dan urusan rumah,’ tutur Endang yang juga ketua Jurusan Teknik Kimia Ubaya. (may/c12/nda)

Dikutip dari: Jawa Pos, 12 Oktober 2011