Serunya Outbond Kru Warta Ubaya fadjar February 14, 2011

Serunya Outbond Kru Warta Ubaya

Kata orang, pengalaman menjadikan kita lebih dewasa. Namun pengalaman itu tidak berbanding lurus dengan usia dan peristiwa. Setidaknya pelajaran itu yang didapatkan kru Warta Ubaya (WU) dalam outbond kru WU angkatan ke-26 tanggal 8-10 Februari 2011 di Kampus III Trawas. ”Outbond ini hanyalah sebagai latihan saja, outbond yang sebenarnya ada di Warta Ubaya dan dalam kehidupan nyata,” kata Drs Vincentius Heru Hariyanto MSi selaku instruktur outbond.

Dalam outbond ini memang sengaja diisi berbagai aktivitas yang menegangkan, meski tidak berhasil minimal bisa mendapat pengalaman. Sebab menurut Heru, biasanya orang yang mengalami hambatan justru dipaksa untuk belajar, merefleksikan masalah yang dihadapi. Heru juga menjelaskan bahwa pengalaman adalah bagaimana reaksi seseorang terhadap hal yang terjadi. “Takut? Semua orang pasti merasakannya, takut itu bukanlah pengalaman, tapi bagaimana seseorang mengatasi rasa takut barulah pengalaman,” terang pria ramah itu.

Kegiatan outbond sebenarnya dimulai pada hari kedua, karena pada hari pertama diisi dengan rapat koordinasi. Game pertama adalah permainan mengurai tali. Tali yang awalnya seperti benang ruwet harus bisa terurai satu sama lain. Pelajaran yang bisa dipetik adalah bagaimana menghadapi masalah yang dihadapi, meski terlihat rumit tapi terbukti bisa diselesaikan asalkan fokus terhadap masalah itu.

Dilanjutkan dengan game-game yang lebih mengolah tubuh dan pikiran seperti flowing ball, hula hop, dan titihan bambu diatas pohon setinggi lima meter. ”Lewat ini, aku ingin membuktikan bahwa fisik besar bukan berarti aku tidak bisa menghadapi rintangan, yang penting kita bisa menghadapi rasa takut tersebut,” ungkap Irlita Puspitasari salah satu kru yang berbadan gemuk.

Pada sore hari, hujan turun mengguyur kawasan Kampus III. Namun derasnya hujan tak mengurangi semangat semua kru WU untuk bermain war game. Malam harinya, outbond tetap dilanjutkan dengan dua games. Game pertama adalah seorang memandu dua orang lainnya yang matanya tertutup tanpa boleh menyentuh dua orang tersebut menuju suatu tempat. Game kedua adalah membuat segilima besar dengan menggunakan tali dimana seluruh kru ditutup matanya dan diposisikan berpencar.

Hari terakhir, permainan belum usai. Kru WU diajak untuk menyusuri sungai yang penuh dengan batu-batu dan arus yang deras. Meskipun dibagi menjadi beberapa kelompok, tapi kebersamaan untuk saling membantu satu sama lain tidaklah hilang. Setiap kru bergandengan tangan saling membantu tanpa memandang perbedaan yang ada.

Acara ditutup dengan memberikan penghargaan kepada para kru untuk beberapa kategori. Kategori itu antara lain kru tergragas, terjorok, ternarsis, terontime, terajin, dan best of the best crew. Pemberian ucapan terima kasih kepada instuktur juga diberikan setelah pemberian penghargaan kepada kru WU. Tak lupa juga pemberian cinderamata kepada pembimbing Warta Ubaya Drs Aloysius Jondar MSi, Bendot Kasnadianto SPd, dan Indah Setyo Rahayu. ”Pengalaman di luar sudah menunggu untuk kita alami, supaya di WU bukanlah rutinitas belaka, tapi juga menjadi pengalaman,” tutup Heru. (puz,vq/wu)