Citra di Balik Eksotika Seragam Batik Ubaya fadjar August 23, 2010

Citra di Balik Eksotika Seragam Batik Ubaya

Eksotika batik khas Indonesia telah menjadi salah satu jenis seragam karyawan. Ubaya pada hari Kamis dan Jumat. Meski telah menampilkan ciri khas Indonesia, seragam tersebut masih dianggap kurang bisa mewakili identitas Ubaya sendiri. Beranjak dari kebutuhan tersebut, Ubaya mengadakan lomba ragam hias dan fashion design seragam civitas akademika yang terbuka bagi kalangan Ubaya.

Dipublikasikan sejak awal Juni silam, lomba yang dipanitiai oleh oleh tim khusus yang ditunjuk Ubaya ini mendapat respon yang baik. Terbukti dari 23 judul desain ragam hias dan 17 desain fashion design masuk ke meja panitia. Peserta yang berpartisipasi pun beragam, mulai dari mahasiswa, karyawan, hingga dosen Ubaya. “Kami selaku panitia merasa puas dengan hasil yang sudah masuk, semuanya baik dan menunjukkan beragam kreasi yang indah,” ungkap Kumara Sadana SDs selaku salah satu panitia.

Dari 40 judul desain yang dimajukan, lewat proses penyaringan dipilih lah lima desain ragam hias dan lima judul fashion design. Lima karya terbaik di tiap nomor penilaian akan masuk pada tahap poling sebagai salah satu aspek penilaian. Tetapi, buka poling tersebut yang secara absolute menentukan pemenangnya. “Tahap poling ini lebih bertujuan untuk meminta keterlibatan warga Ubaya sekaligus menumbuhkan rasa memiliki,” terang dosen DMP ini.

Pada tahap final, masing-masing finalis mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan detail, konsep serta makna dari desain yang mereka majukan. Tak main-main, juri yang menilai adalah Rektor, WR, serta Dekan dan beberapa panitia. Aspek penilaian terkait estetika, originalitas, kreativitas, kememungkinan realisasi, serta hasil presentasi menjadi inti pertanyaan yang diajukan oleh juri. ”Presentasi ini penting untuk mengukur sejauh mana peserta memahami keinginan penyelenggara. Tujuannya tentu agar desain yang ada tidak sampai salah atau mengubah makna Ubaya sendiri,” terang Drs Adji Prayitno MS Apt, WR II yang juga bertindak sebagai juri.

Pemenang pun resmi dikukuhkan dalam upacara peringatan 17 Agustus silam. Nurul Masyithah dan Maria Ulfah, sukses merebut predikat dalam nomor fashion design. Nomor ragam hias pun dimenangkan oleh Waluyohadi dengan karyanya yang mengusung Ubaya sebagai kampus hijau. ”Pemenang yang dipilih memang dipertimbangkan karena konsep karya yang sangat mencerminkan Ubaya,” pungkas Kumara. Dari sisi fashion pun nilai teknisnya dianggap jelas dalam pemilihan kain, aksesoris, serta pola. ”Kemenangan saya ini juga adalah kemenangan teknik DMP,” kesan Waluyohadi, dosen DMP.

Desain pemenang nantinya akan direalisasikan sebagai seragam pegawai Ubaya selama dua tahun ke depan. Selepas dua tahun, rencananya lomba sejenis akan dilaksanakan lagi sebagai lomba rutin. ”Lomba ini kan juga menjadi wadah kreativitas bagi civitas akademika Ubaya. Semoga ke depan lomba ini bisa direalisasi lagi,” harap Kumara. (mei/WU)