PPGD, Bekal Menolong Korban Melampaui Fase Kritis dewiana July 28, 2010

PPGD, Bekal Menolong Korban Melampaui Fase Kritis

Kecelakaan memang bersifat unpredictable atau dapat terjadi sewaktu-waktu, karena itu penting sekali adanya tim khusus untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Atas dasar itulah pada 24-25 Juli 2010 silam diadakan Pelatihan Kegawatdaruratan (PPGD) bagi mahasiswa dan aktivis UKM Medical Rescue yang diprakarsai oleh klinik medis Ubaya. Training yang sejatinya diperuntukkan bagi anggota panitia kesehatan universitas dan fakultas MOB 2010 itu diikuti oleh 30 orang.

Kegiatan yang mengambil tempat di UTC tersebut sebelumnya dibuka oleh WR 2, Drs Adji Prayitno MSi Apt di kampus Tenggilis. Beliau memberikan apresiasi kepada seluruh peserta sebagai orang-orang yang peduli pada keselamatan orang lain. Tak dapat dipungkiri, tim medis bertindak justru pada titik kritis dalam hidup korban. “Semoga ilmu yang kalian dapatkan dapat ditularkan dan berguna bagi orang-orang di sekitar kita,” tutup pria berkacamata ini.

Tak beberapa lama setelah sampai di tempat tujuan, PPGD tahun ini resmi dibuka melalui opening ceremony. Kemudian, peserta langsung diberi materi P3K yang dipandu oleh tiga orang instruktur yaitu Supardi, Setiawati, dan Hendro. Ketiganya merupakan anggota tim medis RS Juanda. Materi pertama disampaikan oleh Supardi. Beliau terlebih dahulu memaparkan konsep P3K. Bahwa P3K merupakan penanganan medis dasar yang tujuan utamanya adalah menyelamatkan jiwa korban, mencegah keadaan menjadi lebih parah, serta menunjang penyembuhan. “Yang perlu diingat jangan bertindak terlalu banyak dan membuat suatu diagnosa pada korban,” tutur Supardi. Selanjutnya pria yang juga kerap memimpin aktivitas outbond ini menjelaskan tentang body check.

Kemudian materi kedua yang dibawakan oleh Suciwati adalah prosedur yang kerap dilakukan oleh tim medis untuk menyelamatkan korban, seperti artificial respiration dan pijat jantung. Selanjutnya, materi ketiga tentang penanganan menghentikan pendarahan dijelaskan oleh Hendro. Tak lupa juga dibahas tentang cedera patah tulang dan kejang panas.

Mengerti materi tanpa tindakan nyata tentu tak ada artinya, karena itu pada hari kedua para peserta melakukan kegiatan simulasi korban. Meskipun hanya sekadar latihan, mereka tampak bersungguh-sungguh dalam menangani “korban”. Akhirnya acara rutin tahunan ini ini ditutup oleh Dr Retno Pudji Rahayu drg M Kes selaku penanggung jawab pelatihan. “Kegiatan ini bukanlah suatu tahap akhir, namun merupakan awal dari tugas di lapangan sebagai tim kesehatan MOB,” pesan alumnus FKG Unair ini. Sebagai pamungkas, dibagikan sertifikat kepada seluruh peserta sebagai tanda bahwa mereka telah mendapat bekal untuk mengantisipasi keadaan gawat darurat yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar. (mry/wu)