Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya Jadi Perhatian Peneliti Jepang fadjar October 28, 2009

Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya Jadi Perhatian Peneliti Jepang

Pernah mendengar Golden Rice, tanaman ham, tumbuhan fosfor,ikan Salmon raksasa, atau lebih mencengangkan lagi Anjing Fosfor dengan kilauan cahaya bulunya. Kesemuanya merupakan buah karya Genetically Modified Organism (GMOs). Dimana GMOs merupakan makhluk hidup hasil rekayasa genetika yang dikembangkan baik itu hewan maupun tumbuhan. Hal ini dipaparkan langsung oleh dua peneliti dari Negeri Sakura yakni, Takatoshi Kiba dan Prof Hitoshi Sakakibara, pada kuliah tamu yang dihadiri oleh 35 orang baik dosen dan mahasiswa FTB pada 15 Oktober lalu, di TG lt 6 Kampus Ubaya Tenggilis.

Dalam paparannya Prof Hitoshi Sakakibara menuturkan tentang konsep dasar Bioteknologi. “Bioteknologi bukanlah hal yang baru. Usianya sudah cukup tua yakni sudah ada sejak 1917,” ungkap pria berkacamata tersebut. Perkembangan Bioteknologi sejajar dengan perkembangan teknologi. Sifatnya yang statis, membuat ilmu ini dapat menjadi revolusi dari teknologi yang ada sekarang. ” Semakin berkembangnya teknologi, semakin memperkaya bioteknologi itu sendiri,” tambahnya.

Senada dengan Hitoshi, Takatoshi Kiba mencoba memberikan pengetahuan mahasiswa tentang aplikasi dari Bioteknologi itu sendiri. Asupan teori maupun praktikum sangat penting dalam mempelajari ilmu ini. Kiba sapaan akrabnya, kala itu mencoba membahas tentang GMOs. ” Topik penelitian ini begitu sering dikembangkan,” ujar pria berkulit putih ini.

Memahami akan pro kontra yang muncul, tak mematahkan semangat peneliti yang berasal dari Departemen Agrikultural Jepang ini untuk terus mengembangkannya. “Kesulitannya masih banyak kontroversi yang beredar seperti terganggunya keseimbangan ekosistem, pelanggaran etika, dan kelestarian hewan,” cerita Kiba. Tak sedikit manfaat yang kita dapat jika terus mengembangkan GMOs. ” Manfaatnya meliputi peningkatan kesehatan, mengurangi biaya produksi dan tenaga kerja, pemeliharaan lingkungan, dan memproduksi bahan pangan, obat-obatan, serta sumber daya alam,” lanjutnya dalam bahasa Inggris.

Ditemui disela-sela akhir acara, kedua dosen tamu ini menyatakan, FTB Ubaya tak jauh berbeda dengan universitas di Jepang, terutama dari segi fasilitasnya.“Semoga kuliah tamu ini dapat bermanfaat bagi Ubaya, terutama bagi FTB,” ungkapnya kepada kru WU.(re4, rin)