Kali Pertama Teknobiologi Ubaya Lepas Wisudawan fathulhusnan April 4, 2009

Kali Pertama Teknobiologi Ubaya Lepas Wisudawan

SURABAYA – Universitas Surabaya (Ubaya) kembali melepas wisudawan hari ini (4/4) di kampus Tenggilis, Jalan Kalirungkut, Surabaya. Namun, wisuda kali ini benuansa beda dengan wisuda sebelumnya. Sebab, ini kali pertama fakultas teknobiologi bakal melepas lulusan.

Pada wisuda kali ini, Ubaya meluluskan 748 mahasiswa. Perinciannya, fakultas farmasi 117 mahasiswa, fakultas hukum 97, fakultas ekonomi 258, fakultas psikologi 85, fakultas teknik 147, dan fakultas teknobiologi 1 mahasiswa. Untuk program pascasarjana (S-2), terdapat 43 mahasiswa.

Rektor Ubaya Prof Wibisono Hardjopranoto mengatakan, wisuda kali itu merupakan salah satu wisuda kebanggaan. ”Ini adalah lulusan perdana dari fakultas teknobiologi yang baru berdiri pada 2004,” ungkapnya kemarin (3/4).

Selain wisuda kali pertama, salah seorang lulusan cumlaude juga berasal dari fakultas teknobiologi. Yakni, Hanny Soedjatmiko Hartanto. Dalam skripsinya, dia meneliti tentang Penentuan pH Optimum dalam Produksi Bioetanol dengan Menggunakan Zymomonas Mobilis. ”Saya bersyukur karena yang pertama lulus di fakultas ini,” ujar pria yang mengantongi IPK 3,56 itu.

Sementara itu, salah seorang lulusan terbaik untuk mahasiswa S-2 adalah Yuliawati Tan dari jurusan akuntansi. Yuliawati menulis tentang Studi Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Market Value pada Badan Usaha di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006.

Dalam penelitiannya, Yuliawati membahas tentang intangible asset atau aset yang tak terlihat. Yang dimaksud aset tidak terlihat berupa kerja, mobil, piutang, dan aset lainnya. Selama ini banyak badan usaha yang tidak menginventaris dan mencatat tentang harta kekayaannya. ”Yang diinventaris selama ini kan hanya yang ada wujud fisiknya,” ujar perempuan yang juga dosen Ubaya itu.

Padahal, lanjut Yuliawati, intangible asset itu juga menunjang nilai pasar saham. ”Aset ini juga memengaruhi usaha,” ujar perempuan kelahiran 28 Juli 1971 itu. Untuk itu, dalam penelitannya, Yuliawati memberikan solusi harus ada suatu sosialisasi kepada publik tentang pendataan aset tak terlihat itu. (alb/hud)