UBAYA ‘MASIH ADA’ Untuk Menuju Ke World Class University fathulhusnan February 4, 2009

UBAYA ‘MASIH ADA’ Untuk Menuju Ke World Class University

Pada tanggal 12-14 November 2008 yang lalu Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti menyelenggarakan sebuah konferensi internasional dengan tema ‘2008 International Conference on Governance‘ dan sub tema ‘Increasing Stakeholders’ Value through Governance in Private and Public Sector‘ yang bertempat di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.

Konferensi internasional tersebut sebenarnya diikuti oleh cukup banyak institusi terkemuka di Jakarta seperti Universitas Indonesia (UI), Sekolah Tinggi Prasetya Mulya, Universitas Bina Nusantara, selain tuan rumah Universitas Trisakti. Sedangkan dari luar Jakarta seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Diponegoro, Universitas Islam Indonesia, Universitas Andalas. Untuk Surabaya, peserta konferensi hanya dari UK Petra saja, selain Ubaya. Sedangkan peserta luar negeri seluruhnya dari Malaysia seperti Universiti Kebangsaan Malaysia, Universiti Teknologi MARA, Universiti Tenaga Nasional dan Universiti Utara Malaysia.

Seperti layaknya konferensi ilmiah, setiap pemakalah harus melewati proses seleksi untuk dapat mempresentasikan karya ilmiah mereka, apalagi sejak awal sudah diumumkan bahwa akan disediakan 5 award untuk paper and presenter terbaik. Sebelum sesi penyajian makalah yang dikompetisikan, acara konferensi internasional ini dimulai dengan keynote speech dari Staf Menteri BUMN dan Expert Staff in Governance, Brenton B. Hill dari Australia dan dilanjutkan dengan sesi panel yang berjudul Implementation of Business Ethics and Sustainable Enterprise oleh personil KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah), Indonesian Mining Association, PT Panasonic Manufacturing Indonesia.

Untuk sesi penyajian research paper terbagi dalam 2 sesi yang dipecah dalam 4 kelompok untuk masing-masing sesi, rata-rata 4 paper setiap kelompoknya. Secara umum peserta asing memang lebih meyakinkan dalam presentasi karena faktor kelebihan dalam berbahasa Inggris lisan. Hal ini memang menjadi agenda penting dalam pola pendidikan bahasa di Indonesia. Akan tetapi tidak berarti bahwa pemakalah Indonesia pasti ‘kalah’ segalanya. Hal ini terbukti dari banyaknya audiens dan intensitas diskusi yang terjadi pada topik-topik menarik yang dipresentasikan oleh pemakalah Indonesia.

Puncaknya terjadi pada saat pengumuman dari panitia penyelenggara. Menurut pemakalah dari Ubaya, Wiyono Pontjoharyo yang biasa dipanggil Pontjo, dengan melihat respon dari audiens dan moderator pada saat presentasinya, makalahnya yang berjudul ‘The Impact of the Ethnicity and Culture toward the Corporate Governance for Chinese Indonesian Business‘ untuk mendapat nominasi terbaik ke 3, 4 atau 5, karena nomor 1 dan 2 lebih favorit bagi pemakalah dari Malaysia yang salah satu di antaranya presentasi bersamanya. Akan tetapi kenyataan ‘berbicara’ lain, yang memperoleh nomor 5 adalah pemakalah dari Universitas Andalas, Padang dengan judul ‘Board Governance and Firm’s Leverage: a resource dependence perspective‘ dan nomor 4 adalah pemakalah dari Malaysia dengan judul ‘Corporate Governance: the role of enforcement functions of Companies Commision of Malaysia (SSM).‘ Selanjutnya nomor 3 juga direbut oleh pemakalah dari Malaysia dengan judul “The Significance of Internal Auditor in the Implementation of Enterprise Risk Management (ERM)” dan ternyata yang mendapat nomor 2 adalah pemakalah Indonesia dari Prasetya Mulya, Jakarta dengan judul ‘The Impact of Board Independence on Dividend and Debt Policies of Family Controlled Firms.‘ Setelah sempat hopeless karena ‘target’ sudah lepas dan tidak terbayangkan sisa satu terbaik yang harus ‘diperebutkan’ oleh sekian banyak pemakalah favorit, ternyata justru pemakalah Ubayalah yang akhirnya dianugerahi the first best paper presenter oleh Panitia. What an amazing grace!

Selamat atas keberhasilan Pak Pontjo dalam melengkapi keping prestasi yang ditempelkan dalam hiasan mozaik keberhasilan Ubaya dalam perjalanan menuju ke world class university. Kalau dosen yang sudah 23 tahun mengabdi di Ubaya ini masih punya semangat untuk tetap berprestasi, apalagi mereka yang lebih muda dengan peluang yang lebih banyak. Semoga prestasi ini dapat diteruskan oleh para generasi muda untuk membawa Ubaya seperti yang diimpikan: ‘To be the First University in Heart and Mind.Viva Ubaya!