Krisis Finansial, Energi, dan Iklim Mengancam Dunia fathulhusnan November 15, 2008

Krisis Finansial, Energi, dan Iklim Mengancam Dunia

Beberapa negara mulai mengkhawatirkan munculnya krisis baru, yaitu perpaduan antara krisis financial, energi, dan iklim. Kecemasan akan krisis baru ini muncul akibat terjangan krisis financial global yang dipicu dari Amerika Serikat (AS).

Ekonomi dunia saat ini berada pada risiko yang tinggi dan tidak bisa dihindari. Asia kini juga menghadapi risiko dari krisis global. Jika terjadi, ini akan menjadi kemunduran besar bagi seluruh negara di seluruh dunia. Namun, negara-negara berkembang akan paling merasakan dampaknya,” kata Menteri Perekonomian Belanda Maria JA Van Der Hoeven dalam kuliah umum mengenai energi global di kampus Universitas Suurabaya (Ubaya), Tenggilis, kemarin.

Maria menilai, Indonesia pun terkena dampak krisis ini. “Dulu Indonesia dikenal memiliki cadangan minyak yang besar dan menjadi negara pengeksopor minyak selama bertahun-tahun. Namun, situasi itu berubah karena pesatnya konsumsi munyak di dalam negeri dan anjloknya produksi domestik. Indonesia kini efektif menjadi negara pengimpor minyak,” jelasnya.

Untuk itu, kata Maria, dunia internasional harus mencari solusi jangka panjang dalam bidang energi. Untuk energifosil, kata dia, tidak ada satu pun kini yang bisa memprediksi ke mana arah harga minyak dunia. Pada Juli lalu harga minyak sempat meroket hingga ke level USD 147 per barel dan kini terjun bebas ke level USD 60 per barel.

“Karena itu, dunia perlu menyepakati bersama kebijakan energi terbarukan, baik melalui hubungan antarpemerintah (government to government/G to G) maupun level hubungan bisnis (business to business/ B to B),” jelas dia.

Maria mengungkapkan, Uni Eropa mengecam tindakan organisasi pengkespor minyak OPEC yang memutuskan memangkas kuota produksi minyak guna menahan lebih jauh merosotnya harga minyak.”Kita harus duduk bersama untuk menentukan keseimbangan harga minyak itu sebaiknya ada di level berapa,” ucapnya.

Sementara itu, secara terpisah Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Saryono Hadiwidjoyo mengakui kelayakan BBN, ”Diharapkan pada 2025, energi terbarukan akan menyumbang 17% dari bauran energi nasional (energy mix),” jelasnya.

(Freddy Mutiara)

Dikutip dari Koran SINDO, Kamis 13 November 2008