Ubaya Kukuhkan Tiga Guru Besar Perempuan fathulhusnan April 20, 2008

Ubaya Kukuhkan Tiga Guru Besar Perempuan

SURABAYA – Universitas Surabaya (Ubaya) kemarin (19/4) kembali mengukuhkan guru besar. Bahkan, kali ini yang dikukuhkan adalah tiga guru besar perempuan. Yakni, Prof Dr Jatie Poedjibudojo SU Psi (psikologi perkembangan), Prof Dr Yusti Probowati R. (psikologi hukum), dan Prof Ir Lieke Riadi Phd (teknologi bioproses).

Ketiga guru besar baru itu menambah empat guru besar yang telah mengabdi di Ubaya. Di antara tiga guru besar tersebut, Yusti dikukuhkan sebagai guru besar termuda. Ketika dikukuhkan, Yusti masih berusia 44 tahun. Jatie sudah berumur 57 tahun dan Lieke 46 tahun. ‘Saya mengajukan permohonan menjadi guru besar sejak dua tahun lalu,’ kata Yusti di sela-sela pengukuhan kemarin.

Dia menegaskan, ilmu psikologi sangat berperan dalam penegakan hukum. Kecenderungan yang terjadi, putusan hakim kerap tidak mempertimbangkan psikologi para terdakwa. Juga masih kerap ditemui, pada kasus yang sama, ternyata, hakim memberikan putusan yang beda-beda. ‘Nah, faktor psikologi penting diperhitungkan dalam putusan hakim,’ tegasnya. Yusti selama ini memang banyak menekuni penelitian psikologi hukum. Dia juga menyusun sejumlah buku ajar tentang pembahasan putusan hakim untuk mata kuliah psikologi hukum.

Yusti pernah mendampingi kasus pembunuhan yang melibatkan Nila Vitria. Dia mengatakan, dalam kasus Nila, aspek psikologi amat kental. Meski menjadi pelaku pembunuhan, seharusnya Nila tidak dapat dihukum. Sebab, saat itu kondisi yang bersangkutan sangat tertekan. ‘Dia mengalami penyiksaan. Pasal 49 KUHP sudah jelas mengatur hal itu,’ ungkapnya.

Perempuan kelahiran Probolinggo itu juga mengaku kerap blusukan ke Lapas Anak di Blitar. Dia mengamati perkembangan psikologis anak yang dijebloskan ke bui. ‘Tentu perkembangan psikologi mereka tertekan karena hukuman itu,’ katanya.

Lieke Riadi termasuk pakar teknologi bioproses pertama di Kampus Ubaya. Ibu dua anak itu mengaku tertantang untuk menggeluti ilmu bioproses karena prediksi ilmu masa depan. ‘Anda tahu, ilmu ini masa depan,’ ujarnya. Saat ini, lanjut dia, segala sesuatu memang berbasis teknologi informasi. Namun beberapa tahun mendatang, itu akan bergeser pada teknologi bioproses yang memanfaatkan peran mikroorganisme, lalu bergeser ke teknologi nano.

Di bidang teknologi bioproses, Lieke mencatatkan banyak prestasi. Yang menonjol, sarjana dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut telah empat kali menembus jurnal internasional. ‘Selain itu, banyak penelitian tingkat nasional,’ katanya. (git/hud)

dikutip dari Harian Jawapos, Minggu 20 April 2008