Doktor Baru Farmasi Ubaya, Ciptakan Serbuk Kering Insulin Intranasal sebagai Alternatif Terapi Alzheimer laurentiusivan March 20, 2025

Doktor Baru Farmasi Ubaya, Ciptakan Serbuk Kering Insulin Intranasal sebagai Alternatif Terapi Alzheimer

Kabar sukacita datang dari dosen program studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya, Dr. apt. Cynthia Marisca Muntu, M.Farm. Pasalnya, Ia berhasil menyelesaikan studi lanjut di program doktor Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, pada Juli 2024.

Ia menyelesaikan studinya dengan menciptakan serbuk kering insulin intranasal sebagai alternatif terapi Alzheimer. “Fokusnya bagaimana insulin bisa bekerja ke otak, bukan untuk menurunkan gula darah. Selain itu, kami berupaya meningkatkan stabilitas insulin supaya bisa disimpan di suhu ruang, tidak perlu disimpan di kulkas atau suhu dingin,” terangnya.

Meskipun diterpa ragam tantangan pandemi Covid-19, dosen yang kerap disapa Cynthia itu berhasil menyajikan studi doktoralnya. Ia mengaku penelitiannya membutuhkan dana yang besar, sebab dibutuhkan teknologi untuk mengubah cairan insulin menjadi serbuk yang disebut Spray Freeze Drying. “Kami menggabungkan metode panas dan dingin, Spray Freeze Drying yang belum ada di Indonesia dan harganya sangat mahal. Karena dikeringkan pakai panas (Spray Drying), insulin jadi rusak dan turun kadarnya. Sementara kalau dingin (Freeze Drying), hasil akhirnya tidak nyaman untuk dihirup hidung,” jelasnya.

Mendatang, Cynthia berencana melanjutkan penelitiannya hingga pada tahap uji klinis pada manusia dan mengembangkan alat hirup serbuk kering insulin intranasal (Intranasal Spray). “Karena serbuknya bentuknya bulat, harapannya akan ada device untuk memudahkan penggunanya menghirup serbuk. Ini juga ingin kita kembangkan,” bubuhnya.

Sebagai informasi, penyakit brain degeneratif Alzheimer disebabkan oleh resistensi insulin di otak atau disebut diabetes melitus tipe 3 di otak. Cynthia menjelaskan, insulin bertindak sebagai regulator gula menjadi energi untuk kemampuan mengingat. Ketika terjadi penurunan jumlah insulin di otak, maka kemampuan insulin berikatan dengan reseptor di otak juga menurun. “Itulah sebabnya, inefisiensi regulasi gula di otak berhubungan dengan kemampuan kognitif dengan otak sehingga dapat menyebabkan lupa atau pikun,” tambahnya. (sha)