JawaPos.com – Teknologi blockchain menjadi salah satu inovasi digital yang mulai banyak diperbincangkan di berbagai belahan dunia. Namun, di Indonesia, istilah ini masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Consensys, perusahaan teknologi perangkat lunak blockchain asal New York, hanya 31% masyarakat Indonesia yang memahami teknologi ini. Bahkan, 63% dari mereka mengaku masih kesulitan memahami blockchain, terutama karena sering diasosiasikan dengan teknologi kripto yang dianggap kompleks.
Dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas Surabaya (Ubaya), Daniel Soesanto, mengungkapkan bahwa penting bagi masyarakat Indonesia untuk mulai memahami blockchain sejak dini. Ia menyebutkan bahwa teknologi ini memiliki potensi besar untuk diadopsi di berbagai sektor, termasuk pendidikan, industri, dan keuangan.
“Blockchain adalah teknologi yang dirancang untuk menyimpan data secara transparan dan aman. Hal ini membuatnya semakin diminati oleh perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkan transparansi data tanpa mengorbankan keamanannya. Jika masyarakat tidak mulai mempelajari teknologi ini sekarang, kita akan tertinggal jauh dari negara lain yang sudah lebih dulu mengintegrasikan blockchain dalam berbagai bidang,” jelas Daniel, Selasa (21/1).
Daniel menjelaskan bahwa blockchain memiliki keunikan dalam cara penyimpanan data. Tidak seperti sistem konvensional yang terpusat, blockchain menggunakan sistem desentralisasi yang memungkinkan setiap transaksi atau data yang tercatat tidak dapat diubah tanpa persetujuan semua pihak yang terlibat. Hal ini membuat blockchain sangat aman dan transparan.
Ia menambahkan bahwa dalam beberapa tahun mendatang, hampir semua sektor akan mulai mengadopsi teknologi blockchain. “Perusahaan-perusahaan mulai melirik blockchain karena kebutuhan akan transparansi dan keamanan data semakin tinggi. Tinggal menunggu waktu hingga teknologi ini menjadi standar di berbagai bidang. Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan membangun keterampilan untuk memahami dan mengelola teknologi ini,” ujar Daniel.
Meski terdengar rumit, blockchain sebenarnya dapat dipelajari melalui berbagai sumber yang mudah diakses. Daniel menyarankan masyarakat untuk memanfaatkan platform daring yang menyediakan kursus atau materi pembelajaran tentang blockchain.
“Banyak sekali platform yang bisa digunakan, seperti Coursera, Udemy, atau bahkan YouTube. Semua tergantung pada niat kita untuk belajar. Tantangan utama mungkin terletak pada bahasa, karena sebagian besar materi tersedia dalam Bahasa Inggris. Namun, dengan sedikit usaha, ini bukanlah halangan besar,” katanya.
Ia juga menyarankan masyarakat untuk mulai mencari tahu bagaimana blockchain dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, pemahaman dasar tentang konsep ini akan sangat membantu ketika teknologi blockchain mulai digunakan secara masif.
Sebagai akademisi, Daniel juga sedang mempersiapkan mata kuliah tentang blockchain untuk mahasiswa Sistem Informasi di Universitas Surabaya. Ia percaya bahwa pendidikan formal tentang blockchain dapat membantu mahasiswa memahami teknologi ini dengan lebih mendalam dan siap mengaplikasikannya di dunia kerja.
“Dalam mengajar blockchain, saya selalu menekankan bahwa yang terpenting bukan hanya memahami teknologi ini secara teknis, tetapi juga membangun pola pikir yang adaptif terhadap perubahan teknologi. Dengan begitu, ketika blockchain sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari industri, mereka tidak hanya siap secara teori, tetapi juga mampu merancang implementasi yang tepat,” jelasnya.
Blockchain diperkirakan akan menjadi teknologi utama di masa depan, menggantikan sistem konvensional yang rentan terhadap manipulasi dan serangan siber. Dengan semua potensi ini, Daniel menekankan bahwa penting bagi masyarakat untuk segera beradaptasi dengan teknologi blockchain.
“Kita tidak bisa menunggu sampai blockchain menjadi sesuatu yang umum untuk mulai mempelajarinya. Pendidikan dan pemahaman sejak dini akan memberikan kita keunggulan kompetitif, baik di tingkat individu maupun sebagai bangsa,” pungkasnya.
Sumber: Jawa Pos