JawaPos.com – Misa Zurinney Anak Minggu, lulusan Program Studi Desain Manajemen dan Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya), mencuri perhatian lewat inovasi perhiasan berbahan keramik yang mengusung motif khas suku Dayak Iban. Karyanya ini mengantarkan Misa meraih penghargaan bergengsi Indonesia Industrial Design Student Award (IIDSA) 2024 yang digelar oleh Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII).
Misa, mahasiswa asal Brunei Darussalam, menjelaskan bahwa ide awal karyanya terinspirasi dari kain tradisional Dayak Iban milik ibunya. “Saya melihat kain itu di lemari dan langsung terpikir untuk menjadikannya inspirasi desain. Sebagai keturunan Dayak Iban, saya ingin membawa warisan budaya ini ke dalam karya saya,” ujarnya, Senin (13/1).
Proses menciptakan perhiasan berbahan keramik ini penuh tantangan. Menurut Misa, keramik bukanlah material yang umum digunakan untuk perhiasan karena sifatnya yang rapuh. Ia harus melewati lebih dari sepuluh kali percobaan hingga menemukan formula yang tepat. “Keramik sering patah di awal pengerjaan, tapi saya terus mencoba sampai berhasil,” tuturnya.
Pembuatan perhiasan ini melibatkan serangkaian proses kompleks. Keramik dibentuk, dikeringkan selama beberapa hari, kemudian dibakar pada suhu tertentu. Pewarnaan dilakukan sebelum pengeringan untuk menghasilkan tampilan yang khas. Seluruh proses membutuhkan waktu sekitar satu bulan.
Hasilnya adalah enam jenis perhiasan, seperti kalung, gelang, anting-anting, dan cincin, yang dirancang untuk pria maupun wanita. Setiap desain dibuat tidak hanya untuk menonjolkan keindahan visual, tetapi juga kenyamanan bagi penggunanya. “Saya memastikan perhiasan ini ringan agar nyaman dipakai,” tambahnya.
Karya Misa menggabungkan unsur estetika dan filosofi yang mendalam. Motifnya, seperti pola pakis, terinspirasi dari simbol-simbol tradisional Dayak Iban yang melambangkan daya tahan dan kehidupan. “Pakis adalah simbol ketahanan hidup. Filosofi ini saya kaitkan dengan pengalaman saya sebagai perantau di Surabaya. Di mana pun kita berada, kita harus bisa bertahan dan berkembang,” jelasnya.
Selain estetika, konsep keberlanjutan menjadi nilai tambah dari karya ini. Material keramik yang digunakan ramah lingkungan dan dapat diperbaiki jika rusak. “Jika patah, keramik bisa diperbaiki atau diolah ulang menjadi produk baru, sehingga tidak menjadi limbah,” kata Misa.
Melalui karyanya, Misa juga ingin meningkatkan kesadaran akan budaya Dayak Iban yang sering kurang dikenal. “Saya berharap karya ini bisa memperkenalkan kekayaan budaya Dayak Iban ke lebih banyak orang,” ungkapnya.
Misa mengaku tidak menyangka karyanya akan meraih penghargaan IIDSA 2024. “Awalnya dosen saya menghubungi dan menyarankan agar karya ini didaftarkan. Saya tidak pernah menduga akan mendapatkan pengakuan di tingkat nasional,” kenangnya.
Misa berharap penghargaan ini dapat membuka peluang karier di industri desain perhiasan. Ke depannya, ia berencana mengembangkan inovasi berbasis budaya dan memperluas pasar hingga ke tingkat global. “Budaya Dayak mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan alam. Nilai ini akan terus saya bawa dalam setiap karya yang saya ciptakan,” pungkasnya.
Sumber: Jawa Pos