Mitos dan Fakta: Anak-Anak Tidak Boleh Menggunakan Kacamata? laurentiusivan October 17, 2023

Mitos dan Fakta: Anak-Anak Tidak Boleh Menggunakan Kacamata?

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

 

Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (FK Ubaya) mengadakan webinar yang bertajuk “Mata Minus pada Anak: Mitos dan Fakta” bersama Sejuta Kacamata. Acara ini digelar pada Kamis, 12 Oktober 2023. Bertujuan untuk memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat luar terkait penglihatan pada anak, terutama terkait mata minus. Selain itu, webinar juga diselenggarakan untuk memperingati “World Sight Day 2023”. dr. Sawitri Boengas, Sp.M., selaku dosen FK Ubaya, hadir untuk menjadi pembicara dalam acara.

Sawitri mengungkapkan bahwa anak-anak usia dini perlu diberikan edukasi untuk menjaga dan merawat kesehatan mata, mengingat hal ini merupakan sesuatu yang penting. “Sejak bayi baru lahir, bagian mata mereka sudah memiliki jaringan. Namun jaringannya belum matang,” ungkap dr. Sawitri. Jaringan tersebut dikhawatirkan akan mengalami penurunan secara terus menerus apabila tidak dijaga dengan baik, sehingga nantinya dapat memengaruhi aktivitas anak-anak dalam kesehariannya. “Anak-anak sangat bergantung pada matanya, bahkan 85 persen proses belajar pada manusia itu melalui penglihatan,” jelasnya.

Di samping adanya kemungkinan penurunan penglihatan pada mata anak-anak, dr. Sawitri menjelaskan bahwa kemajuan teknologi, yakni gadget, bisa menjadi salah satu pemicunya. “Gadget sendiri memang tidak diperuntukan untuk anak-anak, mengingat tidak semua produk teknologi cocok untuk mereka” paparnya. Ketidakcocokan tersebut terjadi karena anak-anak masih belum mampu membatasi diri sendiri dalam pemakaian gadget ini. Selain itu, anak-anak juga belum bisa mengatur jarak penglihatan maupun durasi dalam pemakaian gadget.

Lebih lanjut, kemajuan teknologi yang semakin canggih dapat menjadi satu faktor akan timbulnya gangguan pada penglihatan anak. “Peran orang tua di sini penting karena anak-anak bisa memiliki gadget itu dari orang tua mereka sendiri,” tutur dr. Sawitri. Oleh karenanya, pihak yang berperan penting dalam mengatur atau membatasi anak-anak dalam penggunaan gadget adalah orang tua mereka. “Tidak sekedar pembatasan gadget saja, tetapi juga membutuhkan terapi atau pemeriksaan lebih lanjut ke dokter untuk dapat mencegah gangguan penglihatan pada anak,” tutup dr. Sawitri. (nj,re4/vj/4429)