Ubaya Gelar Global Webinar Series, Perdalam Wawasan tentang Industri Gula samueldim March 4, 2023

Ubaya Gelar Global Webinar Series, Perdalam Wawasan tentang Industri Gula

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan Ubaya Global Webinar Series pada Jumat, 3 Maret 2023. Hadir dengan tajuk “Social Economics Update in Various Perspectives: Health, Social Enterprise, Labours, and Food Industry”, acara ini membahas isu-isu terkait sosial ekonomi. Sedikitnya puluhan peserta dari kalangan mahasiswa Ubaya dan umum berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting. Selain itu, agar dapat menjangkau lebih banyak partisipan, acara ini turut disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Direktorat Kerjasama Kelembagaan Ubaya.

Pada kesempatan kali ini, Ubaya mengundang beberapa narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu: Dr. Thinzar Win selaku Associate Professor, Department of Economics, University of Mandalay; Dr. Sanju Kumar Singh selaku International Lecturer, Department of Management, Universitas Airlangga; Tifani Husna Siregar selaku Assistant Professor, School of Political Science and Economics, Waseda University; dan Bok Gyo Jeong, Ph.D. selaku Associate Professor College of Business and Public Management and School of Criminal Justice and Public Administration, Kean University.

“Industri produksi gula di Indonesia sangat strategis karena dapat memenuhi kebutuhan pangan, menyediakan bahan baku untuk industri lain, dan menciptakan lapangan kerja bagi kurang lebih 273 juta penduduk,” papar Thinzar yang membawakan topik Industri Gula di Indonesia. Ia memperkuat argumennya dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa pertumbuhan konsumsi gula per tahun selama dua dekade terakhir di Indonesia rupanya lebih besar daripada produksinya. “Sebenarnya jumlah ini lebih tinggi dari negara-negara tetangga, seperti Filipina, Vietnam, dan Kamboja,” lanjutnya. Hal ini pun menurutnya memengaruhi kenaikan harga gula yang hampir tiga kali lipat dari harga pasar internasional.

Lebih lanjut, Thinzar mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi biaya masukan dan meningkatkan efisiensi teknis industri gula di Indonesia adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi. “Penggunaan energi yang tidak efisien akan merugikan sektor industri karena membentuk biaya produksi yang lebih tinggi dan keuntungan agregat atau hasil proses agregasi yang lebih rendah,” ungkapnya. Selain itu, Thinzar juga menyatakan bahwa peningkatan biaya energi yang cepat dalam kegiatan manufaktur di Indonesia dapat mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi. “Bahkan dalam jangka panjang, meningkatnya limbah energi dapat menyebabkan ekonomi yang tidak efisien melalui alokasi sumber daya buruk,” sambungnya.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan penghematan energi dalam industri gula, Thinzar mengungkapkan bahwa pemerintah perlu mengembangkan teknologi. “Dalam aspek manajerial, hal ini diperlukan untuk menghapus produksi lama dengan energi tinggi konsumsi dalam proses produksinya,” tuturnya. Tak hanya itu, para pemilik pabrik juga disarankan untuk mempertimbangkan pengembangan teknologi dalam lingkungan manajerial demi meningkatkan efisiensi dan kebutuhan produksi. Namun, ada hal yang perlu diketahui, “Pembuatan kebijakan perlu mempertimbangkan hal-hal sesuai untuk setiap daerah agar tidak menghalangi efisiensi energi di industri gula secara keseluruhan.”(dhi/dhi/4194)