PPDK 2022: Dalami Prospek Karier di Bidang Farmasi samueldim December 10, 2022

PPDK 2022: Dalami Prospek Karier di Bidang Farmasi

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan Webinar Pembekalan dan Pengenalan Dunia Kerja (PPDK) pada Sabtu, 10 Desember 2022. Mengusung tajuk “One Step Closer to Pharmawork”, webinar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, gambaran, serta informasi kepada para peserta mengenai dunia kerja seorang apoteker. Apt. Lindawati, S.Farm., M.Farm-Klin., selaku Pengelola dan Pemilik Sarana Apotek Murni Farma Mojokerto; Apt. Hadi Sumarsono, S.Farm., M.Farm., selaku Apoteker Klinis Rumah Sakit Pondok Indah – Puri Indah; serta Apt. Erika Christin Ireni, S.Farm., selaku Apoteker Rumah Sakit Yowari Jayapura hadir sebagai narasumber pada webinar kali ini. Berlangsung melalui Zoom, webinar ini dihadiri oleh sedikitnya ratusan mahasiswa/i Fakultas Farmasi Ubaya dari berbagai angkatan.

Mengawali diskusi, Hadi menyampaikan dasar hukum yang digunakan seorang apoteker ketika bekerja di rumah sakit. “Kita menggunakan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 72 tahun 2016,” buka Hadi. Secara garis besar, Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit terdiri atas dua, yaitu farmasi klinis dan manajerial. Farmasi klinis sendiri mengacu pada pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat, konseling, visite, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat, evaluasi penggunaan obat, dispensing sediaan steril, serta pemantauan kadar obat dalam darah. “Sedangkan manajerial meliputi pemilihan obat yang akan disediakan rumah sakit, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, serta administrasi,” jelas Hadi.

Lebih lanjut, Hadi menjelaskan pembagian apoteker yang bekerja di rumah sakit, yaitu inpatient dan outpatient. “Apoteker inpatient artinya kita mempersiapkan dan mendistribusikan obat-obatan untuk pasien rawat inap, sedangkan outpatient berarti fokus pada pasien rawat jalan,” ungkap Hadi. Kendati demikian, fungsi farmasi klinis dan manajerial tetap dijalankan, baik untuk apoteker inpatient maupun outpatient. Selain itu, terdapat pula apoteker gudang yang lebih banyak melakukan pekerjaan manajerial, seperti: seleksi, pengadaan, penyimpanan, serta distribusi. “Ada juga apoteker mutu yang biasanya memberikan edukasi dan training secara rutin serta memantau perkembangan obat-obatan. Maka dari itu, apoteker mutu harus update dengan informasi terkini,” lanjut Hadi.

Sesi tanya jawab menjadi sesi penutup pada webinar kali ini. Salah satu peserta menanyakan terkait, “Apa yang menyebabkan narasumber memilih farmasi klinis-komunitas dibandingkan bidang lainnya?” Menanggapi pertanyaan tersebut, Hadi menjawab bahwa dirinya hanya mengikuti passion pribadi. “Saya lebih senang dengan proses interaksi dan aplikasi dalam farmasi klinis. Menurut saya, melihat dan mempelajari berbagai macam kasus pasien merupakan hal yang seru,” imbuh Hadi. Nantinya, akan muncul kepuasan dan kelegaan tersendiri dalam diri Hadi ketika berhasil mengaplikasikan dan mendayagunakan profesinya, terutama untuk kesehatan serta kesembuhan pasien.(dhi/vta)