Mantan Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung dan Kesibukannya Kini samueldim November 10, 2022

Mantan Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung dan Kesibukannya Kini

Mantan Rektor Universitas Surabaya (Ubaya) Prof Joniarto Parung sedang terlibat dalam pengembangan pariwisata sejarah. Prof Joni yang kini menjadi direktur Integrated Outdoor Campus (IOC) Ubaya tengah mengembangkan Museum Pawitra di UTC (Ubaya Training Center) Trawas. Kepada Jawa Pos, pria yang pernah menjadi guru militer di bidang peluru kendali itu menceritakan aktivitasnya tersebut.
Q: APA kabar, Prof?
Baik.
Q: Setelah purna sebagai rektor Universitas Surabaya (Ubaya), apa saja aktivitasnya sekarang?
Saat ini aktif melakukan kegiatan tridarma. Mengajar khususnya di magister teknik industri, penelitian termasuk publikasi, dan pengabdian kepada masyarakat khususnya di Kecamatan Trawas.
Q: Pengabdian masyarakat apa yang sedang digeluti, Prof?
Ya, pada 2021 memperoleh hibah matching fund untuk pengembangan Museum Pawitra di UTC (Ubaya Training Center) Trawas bekerja sama dengan Museum Gubug Wayang, Mojokerto. Museum Pawitra ini berisi dokumentasi foto, lalu benda peninggalan, dan replika artefak yang ada di atas Gunung Penanggungan.
Artefak asli berada di BPCB Mojokerto. Kami membuat beberapa replika arca. Ratusan artefak lain dari Museum Gubug Wayang juga ditempatkan di Museum Pawitra.
Kan gunung itu dikenal memiliki ratusan situs peninggalan sejarah masa lalu ya, terutama peninggalan Kerajaan Majapahit. Dokumentasi museum ditampilkan juga dalam bentuk augmented reality. Tahun ini juga dapat hibah matching fund lagi untuk mengembangkan smart tourism di Kecamatan Trawas dengan mitra Kecamatan Trawas yang mengikutsertakan 13 desa di Kecamatan Trawas.
Q: Apa yang paling berkesan dalam berkegiatan di Museum Pawitra?
Proses untuk menemukan ratusan situs di Gunung Penanggungan/Pawitra. Itu kan sudah dilakukan Ubaya sejak 2012. Itu turut melibatkan sejarawan dan arkeolog. Sampai sekarang kurang lebih 200 situs.
Kami mencatat posisi masing-masing situs dan memakai GPS. Menariknya, di zaman Belanda ditemukan hanya 86 situs. Sebagian besar dikonfirmasi termasuk dalam 200-an situs yang didata tim Ubaya. Data langsung diserahkan ke BPCB Trowulan. Sebagian situs tersebut, ya foto dan video, dapat dilihat di Museum Pawitra IOC/UTC Trawas.
Q: Apa lagi yang menarik dari ekspedisi Gunung Penanggungan itu?
Tahun 2015, ketika Gunung Penanggungan terbakar, tim ekspedisi kami bersama juru pelihara BPCB menemukan kembali jalur kuno yang berbentuk spiral ke puncak gunung. Lebar jalan kuno sekitar 2ndash;2,5 meter.
Sebagian besar masih utuh. Tim kami menelusuri jalur itu dan membuat video dengan menggunakan drone. Video tersebut sudah sangat banyak beredar di internet. Setiap tahun, sejak 2021, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim mengajak pemuda, khususnya mapala (mahasiswa pencinta alam, Red) dari berbagai perguruan tinggi, untuk napak tilas jalur kuno tersebut.
Q: Rencana ke depan bagaimana, Prof? Apakah tetap fokus di Museum Pawitra Gunung Penanggungan atau melebarkan sayap ke lokasi lain?
Sementara di Pawitra dulu. Banyak yang bisa didalami. Bersama Ubaya, kami bakal concern ke Gunung Penanggungan saja. Karena kampus 3 Ubaya berada di kaki Gunung Penanggungan. Jalur pendakian arah selatan dapat dimulai dari UTC, Ubaya Training Center.
Q: Seru Prof pastinya. Apalagi kaitannya dengan sejarah. Kalau di dunia kampus, apa masih terlibat juga, Prof?
Masih. Saya aktif sebagai asesor di BAN-PT untuk akreditasi perguruan tinggi nasional serta sebagai asesor di LAM Teknik untuk akreditasi program studi teknik industri di seluruh Indonesia (sarjana dan magister).
Sama di reviewer/asesor nasional untuk penilaian angka kredit (PAK) dosen teknik yang mau naik pangkat/jabatan fungsional ya. Khususnya ke jabatan lektor kepala dan guru besar (profesor).
Q: Sekarang masih mengajar, Prof?
Masih kok. Di Universitas Surabaya, ya bagian dari tridarma juga.
Q: Tentang Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang masih hangat diperbincangkan, bagaimana pandangan Prof Joni?
Nah, soal Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini pada intinya memiliki konsep yang sangat baik. Kesempatan ini terbuka lebar untuk sivitas akademika mengembangkan diri sesuai passion-nya. Tanpa dibatasi sekat-sekat bidang ilmu atau program studi dan dikotomi praktisi-akademisi.
Permasalahannya terjadi ketika ada tuntutan lain pada masing-masing program studi untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi profil lulusan. Ini tantangannya. Segala operasional masih membutuhkan banyak penyesuaian yang juga akan berkaitan dengan peraturan dari Kemendikbudristek itu sendiri.
Q: Prof, ada pesan untuk kaum muda?
Ya, masa muda ini masa yang sangat baik untuk mencari berbagai pengalaman penting guna mengembangkan diri sesuai passion. Serta mempersiapkan diri untuk mengemban tugas dan tanggung jawab di kancah global sehingga masa muda digunakan untuk memperluas wawasan, network, melatih kedisiplinan, komitmen, serta tanggung jawab dengan penuh integritas.
Sama satu lagi, jangan mudah terlibat dalam intrik-intrik yang diciptakan kaum ”tua” demi kepentingan diri atau kelompok. Ini penting dan perlu diingat.
Q: Lalu untuk pendidik, Prof?
Integritas kuncinya. Komitmen dan kejujuran adalah modal utama seorang pendidik. Jadi, perlu dicontohkan kepada anak didik. Siap berseberangan dengan orang lain kalau prinsip itu terganggu.
KIPRAH PROF JONIARTO PARUNG
ndash; Lahir di Tana Toraja pada 15 November 1960
PERJALANAN KARIER
Perwira Spesialis Peluru Kendali Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) (1985ndash;1990)
Pembantu Dekan Fakultas Teknik Ubaya (1994ndash;1999)
Pembantu Rektor Ubaya (1999ndash;2003)
Rektor Ubaya (2011ndash;2019)
Direktur IOC (Integrated Outdoor Campus) Ubaya, Trawas (2019ndash;sekarang)
Komisaris Utama RS Ubaya (2019ndash;sekarang)
Sumber: jawapos.com