Dosen Universitas Surabaya Minta Orang Tua Lakukan Deteksi Dini samueldim November 8, 2022

Dosen Universitas Surabaya Minta Orang Tua Lakukan Deteksi Dini

Surabaya ndash; Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan ada sebanyak 206 kasus gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal per 18 Oktober 2022. Penyakit ini menyerang anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Namun, penyebab penyakit ini masih belum diketahui atau masih misterius. Karena itulah, Dosen Universitas Surabaya (Ubaya) dr Lucia Pudyastuti Retnaningtyas mengimbau agar orang tua melakukan observasi dan tindakan medis dini yang bis dilakukan di rumah.
Gagal ginjal akut misterius, kata dia, adalah kondisi dimana terjadi penurunan yang cepat dan tiba-tiba pada fungsi ginjal. Penyakit ini diidap anak usia 0-18 tahun yang tidak mengalami kelainan ginjal sebelumnya atau penyakit ginjal kronik.
Sampai saat ini sendiri, belum diketahui secara pasti penyebab dari penyakit tersebut dan masih dalam tahap investigasi. “Kasus-kasus di Indonesia belum ada yang mengarah ke salah satu penyebab khusus. Masih dugaan-dugaan sementara,” ujar Lucia, Jumat (21/10/2022).
Ia mengatakan, orang tua perlu mulai waspada ketika anak sudah mengalami gejala demam, infeksi saluran pernapasan akut (batuk dan/atau pilek), atau infeksi saluran cerna seperti diare dan muntah dalam 14 hari terakhir. Ketika anak sudah menunjukkan gejala itu, maka orang tua perlu memantau tanda bahaya umum ditambah melakukan pemantauan produksi urine.
“Cara paling mudah adalah membandingkan dengan kondisi urine sebelum sakit. Jumlahnya berapa, frekuensinya bagaimana, lalu warnanya. Kalau jarang buang air kecil dan warna urinenya pekat atau kecoklatan, itu harus hati-hati,” jelas Dokter Spesialis Anak itu.
Ia menambahkan, jika urine berkurang atau tidak ada urine selama 6-8 jam saat siang hari, maka harus segera dibawa ke rumah sakit. Urine dikatakan berkurang ketika jumlahnya kurang dari 0,5ml per kilogram berat badan per jam dalam kurun waktu 6-12 jam.
“Ini adalah monitoring yang perlu diperhatikan dan bisa dilakukan orang tua ketika anaknya mengalami gejala,” ungkapnya.
Kendati demikian, Lucia mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik tapi tetap harus waspada dalam menyikapi fenomena ini. “Kita tunggu hasil investigasi resmi dan tetap mengikuti anjuran dari Kemenkes RI. Itu adalah tindakan terbaik,” pungkasnya. (ipl/ted)
Sumber: beritajatim.com